Budaya Sungai dan Peradaban yang Mundur

| dilihat 2752

AKARPADINEWS.COM | SEJARAH peradaban bangsa-bangsa di dunia, tidak terlepas dari pengaruh peradaban sungai. Peradaban Mesir, tidak terlepas dari Sungai Nil. Peradaban China juga berhubungan dengan Sungai Kuning.

Demikian pula peradaban Mesopotamia yang dibentuk oleh Sungai Eufrat dan Sungai Tigris. Kebudayaan India hingga saat ini juga masih dipengarui Sungai Gangga. Sungai Mekong pun digunakan sebagai sumber kehidupan yang membentuk peradaban bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara.

Bagaimana dengan Indonesia? Kerajaan-kerajaan besar di Nusantara juga mengadopsi peradaban sungai. Kebudayaan Maritim Kerajaan Sriwijaya dibangun oleh Sungai Musi dan Sungai Batanghari. Demikian pula kebudayaan Kerajaan Mataram yang dipengarui Sungai Bengawan Solo. Kerajaan Kediri dan Majapahit juga mengadopsi manajemen pemerintahan yang baik dari Sungai Brantas. Kebudayaan Tarumanegara juga dibangun oleh Sungai Citarum dan Ciliwung.

Jejak peninggalan peradaban sungai itu masih terlihat. Itu nampak dari kebesaran Kerajaan Sriwijaya yang sisa-sisa bangunannya ada di daerah Karang Anyar, Palembang, Sumatera Selatan dan Kerajaan Majapahit yang reruntuhan kota kunonya di daerah Trowulan

Di beberapa daerah yang mengadopsi kebudayaan sungai, masyarakatnya memiliki mitologi seperti di tanah Sunda dengan Ciung Wanara, calon raja yang dibuang di Sungai Citanduy agar selamat dari pembunuhan.

Dulu, sungai memiliki peran menjaga keberlangsungan hidup manusia. Sungai menjadi media harapan dan penyelamat yang dipercayai masyarakat. Namun, sejak keberadaan sungai tidak lagi dianggap penting, mitologi tersebut, lambat laun hilang, yang diiringi dengan lenyapnya kebudayaan sungai.

Begitu pentingnya sungai sebagai sarana transportasi hingga mendorong pembangunan bendungan, saluran air, penggalian sungai baru, dan pelabuhan. Melalui bukti-bukti inilah dapat disimpulkan kecenderungan perkembangan peradaban, tidak hanya didominasi budaya agraris.

Budaya sungai juga memiliki kontribusi dalam kehidupan masyarakat Indonesia di masa lalu.  Seperti budaya pasar terapung di Sungai Barito, Kalimantan Selatan sebagai bagian dari manajemen fungsi sungai yang digunakan sebagai sumber bagi masyarakat mendapatkan nafkah.

Mirisnya, jejak-jejak peradaban sungai, lambat laun semakin ditinggalkan. Di Jawa, tidak ada lagi kapal yang mengangkut komoditas yang lalu lalang di sungai- sungai,  kecuali rakit yang mencari ikan atau penambangan pasir.

Tergerusnya peradaban sungai tidak terlepas dari pembangunan yang massif,  peran sungai di gantikan jalan-jalan raya dan jalan tol. Penurunan kualitas lahan sungai turut pula memberikan kontribusi hilangnya peradaban sungai. Sedimentasi sungai semakin tinggi karena hutan di hulu sungai digunduli, termasuk pencemaran sungai yang disebabkan pembuangan limbah dan sampah. Dan, ketika musim hujan, sungai menjadi kambing hitam sebagai penyebab banjir.

Mengkilas balik sejarah, budaya sungai di Indonesia khususnya di Jawa, menjadi semakin tergerus fungsinya sebagai media transportasi semenjak Dendleas membangun Jalan Raya Anyer-Panarukan atau Jalan Raya Pos yang panjangnya mencapai 1.000 kilometer dengan melibatkan rakyat dengan kerja paksa.

Pembangunan jalan raya ini kemudian memicu tumbuhnya industri di Jawa. Akibatnya, budaya sungai hilang dan matinya kota-kota pelabuhan yang sebelumnya ramai dengan jasa angkut komoditas hasil pertanian, perkebunan maupun pertambangan.

Pembangunan jalan itu menjadi era Jawa baru, yang menjadi awal surutnya budaya sungai dan maritim di masyarakat Jawa. Namun, mengapa hasil fikir Deandles yang mundur, namun masih terus dianut bangsa ini?

Budaya sungai yang mulai ditinggalkan, dan lambat laun musnah, menandakan mundurnya peradaban dan digantikan oleh peradaban baru yang dianggap modern, namun berimbas pada kerusakan alam.

Sudah saatnya bangsa ini kembali menggali, menghidupkan, dan menjadikan sungai sebagai budaya dan peradaban bangsa. Caranya. menerapkan manajemen sungai yang baik, memelihara, dan menjaga eksistensi sungai sebagai sumber kehidupan.

Ratu Selvi Agnesia

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Polhukam
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 242
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
05 Mar 24, 08:18 WIB | Dilihat : 421
Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif
22 Feb 24, 11:50 WIB | Dilihat : 316
Jalan Terjal Perubahan
18 Feb 24, 05:52 WIB | Dilihat : 271
Melayari Dinamika Kebangsaan dan Demokrasi
Selanjutnya
Ekonomi & Bisnis
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 274
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 137
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya