Sosok Seniman

Choreopainting Revki dan Daya Magis Biola

| dilihat 3258

BANDUNG tak pernah sepi dari beragam kreativitas dan inovasi. Sejumlah seniman sohor dengan kreativitasnya lahir di kotra yang pernah dijuluki Paris van Java ini.

Salah seorang seniman kreatif kota ini adalah Revki Maraktiva. Dia musisi, penari, sekaligus pelukis. Belakangan hari, Revki menggagas apa yang dia sebut Choreopainting.

Sore itu, Rabu (4/10/17) petang baru merangkak, ketika saya tiba di Studio Sitare, miliknya, di jalan Engkol No. 2 – Palasari – Buahbatu, tak jauh dari sentra perbukuan.

Revki yang murah senyum, ramah, dan bersahabat, itu sedang menyiapkan sebuah karya, paduan lukisan dengan batang-batang baja, laiknya di sebuah bengkel besi.

Tak berapa lama dia tinggalkan kesibukannya. Revki menyambut saya (yang datang dihantar Iin Widya) dengan welcome song.

Sambil menikmati teh manis, saya menikmati suara Revki yang renyah didengar, mendendangkan sebuah lagu berirama blues.

Tak berapa lama kami berbincang tentang budaya Sunda dan tentang Bandung. Bercakap ringan tentang rumpaka (puisi khas Sunda) yang biasa disajikan dalam pergelaran kecapi suling.

Tentang Bandung, kami bercakap ihwal dinamika kota ini yang mesti bertegak di atas nilai-nilai budaya khas, meski sebagai metropolitan, Bandung sudah berkembang sebagai kota multikultural.

Revki antusias berdiskusi ihwal paduan kearifan dan kecerdasan lokal. Termasuk kearifan dan kecerdasan yang ditunjukkan paraji (bidan tradisional penolong persalinan), melalui jangjawokan (mantra Sunda).

Seketika saya merasa bagian dari studio yang sangat nyeni dan nyaman itu. Studio yang tak hanya menyediakan ruang untuk latihan musik anak-anak muda, bahkan menyediakan keluasan hati dan fikiran untuk berinteraksi dengan beragam seni.

Saya suka dengan pemikiran genial tentang kreativitas seni yang memadukan beragam format, medium, dan platform. Revki sepaham dengan pandangan saya tentang dimensi keindahan seni yang memadukan anasir : artistika, estetika, dan etika.

Revki yang karib dengan beragam instrumen dan beragam genre musik, itu bahkan memandang, seni memadu-padan secara harmonis beragam instrumen dan genre musik (blue, rock, pop) dalam satu tarikan nafas.

Kendati begitu, meskipun sangat karib dengan gitar dan harmonium, Revki tak mengingkari, instrumen musik gesek (string) biola punya daya magis tersendiri, dan merasuk kuat ke dalam naluri dan sukmanya. Dan biola itu pula yang dominan menjadi obyek lukisannya.

“Biola memberikan sesuatu yang istimewa,”ujarnya lepas sambil tersenyum.

Revki memperdengarkan beberapa lagu pop Sunda yang diciptanya. Lagu Ayun Ambing yang mengeksplorasi imajinya tentang tanggungjawab orang tua terhadap anak-anaknya, menyeret kesadaran kita tentang cara mendidik.

Termasuk menanamkan nilai-nilai budaya lokal dalam proses sosialisasi anak.

Salah satu lagu yang ditulisnya, berisi doa untuk ibu bapak yang menggugah:

Ampunkan Ya Allah, dosa ibu bapak hamba / Cintai mereka dengan cinta-Mu yang mulia. Limpahkan sawarga, berkatilah keduanya / Dibuai, dicium, hamba dipelukannya, tak pernah sedetikpun lelah cintanya / Sungguh Ya Allah, sayangi mereka, sebagaimana mereka menyayangi hamba. Tulus serta mulia. Sungguh tiada terhingga kasih ibu dan bapak kepada hamba selama-lamanya.”

Revki juga memperdengarkan lagu Wilujeung Sumping di Bandung, yang sangat pantas dan patut diperdengarkan di Bandara Husein Sastranegara dan Stasiun Kereta Api Bandung.

Revki tak hanya mencipta lagu-lagu pop Sunda. Dia juga mencipta beberapa lagu kritik sosial. Antara lain, lagu bertajuk Senayan, yang berisi kritik tajam dia tentang perilaku wakil rakyat. Juga lagu tentang penguasa.

Dalam lagu itu, Revki mengisyaratkan, pemimpin kudu punya cinta. “Kalau kau tak punya cinta, jangan mimpi berkuasa. Nanti malah bikin rakyat tambah melarat..,” dendangnya.

Mengerti dan paham saya ingin menyaksikannya berekspresi mamadupadan musik, tari, dan lukisan, sambil kami berbincang. Para asistennya menyiapkan lagu, kanvas, dan bertube-tube cat lukis.

Ketika musik terdengar, Revki mulai menari. Dia meminta saya menorehkan cat di atas kanvas, sesuka hati saya. Saya lakukan. Dan Revki, sambil menari menyempurnakan torehan cat dari tangan saya, menjadi lukisan, biola yang artistik dan indah.

Dari rekaman Choreopainting yang diposting di YouTube, terlihat Revki melukis tak hanya dengan iringan musik latin. Tapi juga gamelan Bali.

Tentang itu, Revki menulis, “Ketika suara gamelan Bali menggetarkan jiwaku dan menuntun seluruh gerak tubuhku, aku mendengar bisikan dari Kahyangan dimana Dewata meninggalkan mereka bagaimana memiliki kebahagiaanmu dengan cara yang sederhana, kejujuran."

Choreopainting Revki dan daya magis biola dalam lukisannya, seolah berbisik: “Sampaikan pada dunia, di kota ini, Indonesia punya mutiara, seniman yang berkarya dengan cinta..” | 

Editor : sem haesy
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1157
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 219
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 431
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 430
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 400
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya