Masjid Raya Al Mashun Medan

Ekspresi Kejayaan Islam Era Sultan Deli Makmun Al Rasyid

| dilihat 2595

MEDAN, AKARPADINEWS.com | Menghubungkan kota Medan dengan Istana Maimoon dan Masjid Raya Al Mashun, adalah keniscayaan. Medan memang tak bisa dipisahkan oleh dua artefak kota yang khas ini. Dua bangunan itu pula yang menghubungkan Sultanat Deli dengan Sultanat Perak.

Masjid Raya Al Masyhun – Medan, terletak berdepan dengan Istana Maimoon. Di antara kedua bangunan ini, dulu terdapat taman sari, tempat puteri kesultanan bersenda. Bentuk arsitektur masjid ini, mirip dengan Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh.

Masjid Raya Al Mashun dibangun persis pada 1 Rajab 1324H, bertepatan 21 Agustus 1906, dan baru selesai pada 10 September 1909. Masjid ini dirancang oleh Dingemans dari Belanda, berbentuk simetris pada empat sisinya. Proses pembangunannya sendiri dipimpin langsung oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah.

Rancang arsitektural Masjid Raya al Mahsyun, merupakan paduan desain arsitektural dari budaya Arab, India, Spanyol, dan Eropa. Berbentuk oktagonal atau bersegi delapan, dengan empat sisi. Luas keseluruhan bangunan masjid ini 5.000 meter. Desain  arsitektural itu pula yang membuat masjid ini nampak khas. Memadukan tiga dimensi nilai peradaban dalam satu tarikan nafas: artistik, estetik, dan etik.

Sebagaimana umumnya masjid, masjid Raya Al Mahsun, mempunyai sahn atau ruang utama yang lapang, dengan jarak lantai ke atap yang sangat tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya perputaran udara yang optimal.

Sahn dikelilingi lorong empat sisi, sebagai mugatha atau suntuh yang lebih tinggi daripada lantai halaman. Hal itu untuk menegaskan dimensi u’la. Posisi lantai lebih tinggi, sebagai simbol muru’ah atau darajah. Pembeda kemuliaan insan yang bersujud dengan manusia pada umumnya.

Pesona artistik dan estetik masjid ini dikuatkan oleh kubah sebanyak lima buah, dengan kubah terbesar terletak persis di tengah, di atas sahn. Empat lainnya, berada pada empat sisi, yang juga disebut sayap. Inilah penanda dimensi ke-islam-an sebagai agama samawi. Tak cukup dengan itu, di setiap kubah diberi penanda bulan sabit sebagai ornamen penghias.

Masjid Raya al Mahsun terbilang sedikit masjid yang dikenal karena kuatnya perpaduan anasir artistik, estetik, dan etik-nya dalam kesatuan desain arsitekturalnya. Melambangkan kekayaan khazanah budaya dan keindahan, tulis Van Ronkel dalam majalah Nion (1916-1934). Meskipun, pada dasarnya, masjid ini juga memadukan dimensi filosofi islam tentang bait Allah, yang lebih menyeluruh.

Ratih Baiduri (1996), yang meneliti masjid ini menyebut, masjid ini mengekspresikan komponen arsitektur Islam yang berasal dari Mesir, sejak jaman raja Mamluk sampai periode Ottoman dan Maghribi. Komponen itu diperkuat dan dilengkapi dengan anasir Andalusia, India (berbasis Mughal Architecture), Arab, dan desain arsitek Kolomal (Eropa).

Walaupun demikian, reka bentuk masjid ini, terutama konsep pintu dan jendela, dipengaruhi oleh perkembangan arsitektural masa Abbasiyah. Masa diperkenalkannya konsep kesultanan dalam khilafah Islam. Desain itu agak berbeda hampir diametral dengan pola arsitektural Persia, yang lebih adaptif terhadap seni rupa dan seni bangunan. Termasuk ornamen di dalamnya.

Masjid ini juga dihiasi dengan kaca patri pada jendela, sebagai sentuhan ragam hias Persia, meski sedikit. Secara keseluruhan, masjid ini menjadi bagian dari simbol kemakmuran. Dalam banyak hal, rekabentuk masjid ini merupakan ekspresi karakter Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan yang concern memelihara dan membangun citra (image building) diri dan kesultanannya. Setara dengan Sultan Perak yang menjadi mitra karibnya. | bang sem

Editor : administrator | Sumber : berbagai sumber
 
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 525
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1046
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 267
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 740
Momentum Cinta
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 239
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 463
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 454
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 424
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya