Wayang

Gubahan Cerita Wayang Kreasi Sastrawan Betawi Muhammad Bakir

| dilihat 2911
 
JAKARTA, AKARPADINEWS.COM | Muhammad Bakir, penyalin sekaligus pengarang cerita Betawi Klasik abad-19, mengarang sejumlah cerita wayang untuk disewakan kepada para pembacanya. Ia menampilkan unsur cerita yang khas, menyimpang dari cerita Mahabarata dan Ramayana. 
 
Suwatama kabur setelah mencuri sesuatu dari kepala Durna di istana Maharaja Garbak Jagat, kemudian terbanglah, “lakunya seperti angin, lebih cepat dari kereta angin yang tempo ada di tanah lapang Gambir pada tahun 1890, serta menuju negeri Ngastina dengan terburu-buru adanya,” tulis Muhammad Bakir dalam karya bertajuk Hikayat Maharaja Garbak Jagat.
 
Ada hal yang aneh dan rancu dalam cerita wayang karangan Muhammad Bakir yang diselesaikan pada 19 November 1892 itu. Ada nama tempat di Batavia kala itu yang masuk ke dalam cerita wayangnya. Hal itu jelas menyimpang dari konvensi (pakem) cerita wayang yang bersumber pada cerita Mahabarata dan Ramayana.
 
Menurut Dewaki Kramadibrata, seorang peniliti karya-karya Muhammad Bakir yang juga pengajar Program Studi Sastra Indonesia FIB UI, bahwa cerita wayang kreasi Bakir memiliki ciri khas. Dia kerap memasukan acuan peristiwa dan hal-hal baru yang terjadi di masanya, dan menautkan berbagai nama tempat di Jawa seperti Bekasi, Pasar Baru, Gunung Gede, dan Banjarnegara ke dalam cerita. 
 
“Hal itu bertujuan untuk memberikan aspek realis dalam cerita fiksi karyanya,” ujar Dewaki.
 
Hal baru dan mutakhir di zaman sang pengarang yang masuk ke dalam cerita adalah minyak Sikwa. Di dalam cerita Wayang Arjuna dikisahkan Dewa Surya dan tiga batara lainnya telah terlepas dari sakitnya setelah meminum air putih pemberian Semar. Mereka amat girang bercampur kaget; “Maka heranlah dirinya keempat batara itu melihat air itu terlebih manjur dari pada minyak Sikwa yang datang di Betawi pada tahun 1892 pada bulan Juni, berbenturan bulan Hapit 1309. Maka inilah satu peringatan datangnya minyak itu.”
 
Selain acuan peristiwa keseharian, unsur jenaka juga dimasukan oleh M. Bakir dalam cerita wayangnya. Dewaki menguraikan bahwa efek lucu lahir dari hal-hal kontras, seperti kerancuan waktu kala berkisah menyinggung letusan Gunung Krakatau, pengemis Betawi, Lapangan Gambir, dan Dursasana yang mengharumkan tubuhnya dengan minyak Cologne.
 
Aspek kontras lainnya dibangun dari mempertentangkan keluhuran dan keagungan tokoh dan dewa yang ditampilkan memiliki ragam kisah keseharian manusia. Hal itu tercermin dalam Hikayat Sampurna Jaya, saat Pandita Durna yang tengah lelap tidur tiba-tiba dibangunkan oleh Ranggada. 
 
 
“Wak, wak, bangun marilah menangkap maling jikalau tiada uwak yang menangkap siapa lagi.” Lalu bangunlah Durna dengan mengucek-ngucek matanya yang riap-riap dan menggaruk-garuk rambutnya.
 
Aspek kontas tersebut memperlihatkan bahwa “cerita wayang yang berasal dari tradisi Hindu tidak dipercaya lagi kebenarannya. Salah satu contoh yang terlihat adalah jatuhnya kekuasaan dewa dalam cerita. Tokoh dewa digambarkan seperti manusia biasa,” imbuh Dewaki kepada Akarpadinews.
 
Cerita itu ada yang dikarangnya seorang diri, namun ada pula yang ditranskripsi dari cerita seorang dalang di Kampung Pajagalan, Pasar Senen (Hikayat Asal Mulanya Wayang dan Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa),
 
Perlu diingat bahwa naskah cerita wayang karyanya disewa kepada pembaca dan dilafalkan keras-keras dihadapan pendengar. Unsur tiruan bunyi pun terdapat dalam cerita, seperti “serawat-seriwit” bunyi anak panah, “kelatak kelatik kelatuk” bunyi tulang patah. 
 
Muhammad Bakir memberi warna baru dalam jenis cerita wayang. Dia adalah pembaharu dalam tradisi sastra Melayu Lama. “Dengan menggunakan dasar cerita wayang, dia menciptakan sesuatu yang baru, yang menyimpang dari konvensi,” tambah Dewaki. |Dirga Adinata.
 
 
 
Editor : Nur Baety Rofiq
 
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 91
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 246
Cara Iran Menempeleng Israel
14 Apr 24, 21:23 WIB | Dilihat : 272
Serangan Balasan Iran Cemaskan Warga Israel
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 219
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 433
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 432
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 401
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya