Hari Guru Nasional

Guru Tak Sekadar Pengajar Tetapi Pendidik

| dilihat 1986
JAKARTA, AKARPADINEWS.Com - Hari ini 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Guru yang kenal dengan predikat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa itu, kini lebih dalam dimaknai tak hanya sekadar pengajar tetapi juga pendidik generasi muda bangsa ini.
 
Bakti guru pada bangsa patut diapresiasi dan dihormati oleh seluruh rakyat Indonesia. Karena bakti guru, anak-anak generasi penerus dipersiapkan untuk terus membangun bangsa ini. Segala ahli dari berbagai bidang di negeri ini merupakan hasil dari bakti guru terhadap bangsa.
 
Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan dalam artikel berjudul “VIP-kan Guru-Guru Kita!” pada rubrik opini di laman kemendiknas.go.id bahwa guru menjadi inti dari proses pendidikan dan guru menjadi kunci utama kualitas pendidikan. Ya, bicara guru sama halnya bicara pendidikan. Guru dan pendidikan tidak bisa dilepaskan satu dengan lainnya.
 
Bila mengacu pada opini Anies tersebut maka menjadi guru bukan sekadar menjadi seorang pengajar. Menjadi guru seharusnya menjadi pendidik yang tak hanya mengajar di kelas namun juga memberikan ilmu kepada anak-anak muridnya. Masa depan generasi bangsa ada di tangan guru. 
 
Kesadaran akan nasib penerus bangsa haruslah tertanam dalam hati setiap guru. Pepatah “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” muncul untuk mengingatkan setiap guru untuk berhati-hati dalam mendidik murid-muridnya. Pasalnya, bagaimana seorang guru memberikan ilmunya maka proses itu yang akan tertanam dalam diri sang murid.
 
Menghadapi anak murid memanglah tidak mudah. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda satu dengan yang lain. Di zaman ini masih ada saja guru yang pola mendidiknya dengan menggunakan kekerasan. Baik secara fisik maupu mental. Padahal, bila dapat disalurkan pada jalur yang benar, anak murid dengan keunikannya pun akan sukses dengan cara yang berbeda dengan anak-anak lainnya.
 
Ngatirah, guru seni rupa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 68 Jakarta, memiliki cara menyikapi tiap murid-muridnya. Ia berpendapat bahwa anak-anak haruslah dilayani dengan cara yang tepat sehingga ilmu dari mata pelajaran tersampaikan dengan baik. “Menghadapi anak-anak harus dengan sikap yang tepat.”, ujarnya.
 
Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, pernah menyerukan idiom Jawa yang akhirnya menjadi slogan Kemendikbud hingga kini, yakni Tut Wuri Handayani. Akan tetapi, slogan tersebut masih kurang lengkap bila mengacu pada sikap ideal seorang guru. Idiom Jawa dari slogan tersebut secara lengkap berbunyi, Ing Ngarsa Sing Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Arti dari idiom tesebut ialah “Di depan menjadi teladan, di tengah menjadi penyeimbang, di belakang memberikan dorongan”.
 
 
Idiom itu dapat dimaknai sebagai sikap ideal seorang guru. Seorang guru harus mampu menjadi tauladan bagi murid-muridnya. Karena, perilaku seorang guru akan ditiru oleh anak muridnya. Anak-anak pada dasarnya memiliki insting peniruan yang kuat sehingga apa yang diterimanya akan menjadi cermin dari siapa yang memberinya.
 
Lalu, guru harus mampu bergaul dan memposisikan diri sebagai teman bagi murid-muridnya. Hal itu diperlukan agar murid dan guru bisa saling berkomunikasi. Selain itu, guru juga akan mudah memetakan karakteristik murid-muridnya dan menemukan cara mengarahkan muridnya sehingga keunikan bakat si murid dapat tersalurkan.
 
Terakhir, seorang guru harus bersedia memberikan dorongan kepada murid-muridnya untuk terus berkarya dan berprestasi. Guru haruslah menjadi motivator murid-muridnya dan menjadi ruang untuk berbagi setelah orang tua. Dengan begitu, kepercayaan diri muridnya pun akan bangkit. Menumbuhkan kepercayaan diri bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa diperlukan untuk memberikan kesadaran bahwa dirinya mempunyai hak untuk menentukan jalan hidupnya nanti.
 
Ketiga sikap yang dicanangkan oleh Ki Hadjar tersebut merupakan sikap ideal guru. Sikap tersebut haruslah tertanam dalam benak dan hati seorang guru. Karena, menjadi guru bukan sekedar suatu profesi mengajar, melainkan menjadi pengembang potensi generasi bangsa. Masa depan Indonesia bergantung pada generasi penerus dan guru yang membimbingnya. Selamat hari guru. |Muhammad Khairil.
Editor : Nur Baety Rofiq
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 712
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 869
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 820
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 498
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1581
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1372
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya