Puisi N. Syamsuddin Ch. Haesy
Zaman berubah. Musim berubah.
Konstitusi berubah. Kekuasaan berubah.
Parlemen berubah. Partai Politik berubah.
Ormas berubah. Sejarah berubah.
Praktik demokrasi berubah-ubah.
Dan kamu, Indonesia
Kudengar juga sudah lama
berubah dan berubah-ubah.
Bahkan alamatmu pun berubah-ubah.
Indonesia, di mana alamatmu sekarang?
Kabarnya, hanya bedebah tak pernah berubah
Aku memburumu di Laweyan, sudut sunyi kota Solo
Tempat dulu KH Samanhudi
menghidupkan ghirah dan gairah kewirausahawan
Yang jelma menjadi gairah kebangsaan
Tak kutemukan kamu di sana..
Seorang nenek tua dengan canting
dalam genggaman jemari renta
gemetar menorehkan namamu
di atas lembaran kain produksi cina
tak ada lagi mori dan belacu
meski malam dari gondorukem
masih hasilkan batik sogan
kepalanya menggeleng ketika kutanyakan padanya
di mana alamatmu, Indonesia?
Di kampung Peneleh – Surabaya
Tempat dulu HOS Tjokroaminoto mendidik Soekarno
Tentang nasionalisme, tentang ghirah kebangsaan
Menggelorakan bara semangat kemerdekaan
Menanamkan cinta tanah air
Menghidupkan keberanian dan kecerdasan
Mewujudkan nasionalisme Indonesia
Di sudut-sudut negeri
Aku hanya bisa mendengar kisah heroik masa lampau
ketika Syarikat Islam, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Al Irsyad Al Islamiyah
Menjadi penghulu pergerakan
Menggelorakan semangat kebangsaan dan ke-Indonesia-an
Aku ngembara mencari alamatmu, Indonesia
Di Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang, Banjarmasin,
Samarinda, Makassar, Palu, Gorontalo, Bolaang Mongondow, Banten,
Bogor, Garut, Bandung, Cirebon, Banjarnegara, Yogyakarta, dan Kalabahi
Orang-orang yang kutemui di sana
menggelengkan kepala dan sama berteriak:
Indonesia, di mana alamatmu sekarang?
Pada sunyi separuh malam
Selepas ruwet menyergap Jakarta
Kupandangi rumah tua tempat dulu
KH Agus Salim mengurai pikiran tentang jati diri Indonesia
Tapi aku tak berani mengetukkan jemari di pintunya
Untuk bertanya:
Indonesia, di mana alamatmu sekarang?
Seorang ibu dengan merah putih lusuh di tangannya
Bertanya:
Masih perlukah kau bertanya tentang alamat Indonesia sekarang?
Ketika yang akan kau temukan hanyalah
Jutaan orang Indonesia
berayah ibu Indonesia
mengaku bertanah air Indonesia,
berbangsa Indonesia,
berbahasa Indonesia
tapi mereka, tak lagi Indonesia
sejak sejarah terjarah
nasionalisme religius terkoyak mazhab dan sekte
nasionalisme kebangsaan terporak politik golongan dan etnosentrisme
nasionalisme kerakyatan terberai indivisualisme
kemandirian berubah menjadi ketergantungan
kekayaan pemberian Tuhan berubah menjadi kemiskinan
akal budi berubah menjadi akal-akalan
keadilan terampas para hakim belum akil balig
musyawarah berganti unjuk rasa
sumpah pemuda berganti sumpah serapah pemuda
proklamasi berganti komunike transaksi
penegakan hukum dan konstitusi terampas korupsi
di sebuah bangsa yang dipenuhi petinggi
kita tak lagi memiliki elite yang mencerahkan
kita hanya punya petinggi
yang tak henti mengukir fantasi di asap setanggi
yang tak lagi mau mengisi saku dan kocek mereka
dengan Rupiah
tapi dari mulut mereka selalu saja
ada sabda tanpa makna
“Kita sedang bergerak ke zaman baru...”
Jangan berputus asa !
Indonesia, di mana alamatmu sekarang?
Aku terhempas ke sini. Di sini
Aku masih mencari alamat Indonesiaku
Indonesia yang 108 tahun lalu
Dialirkan ke darah kita
Ke darah kaum yang sungguh mecintai Indonesia
Ke darah kaum yang pantang tercerai berai
Ke darah kaum yang dilatih untuk memberi
Ke darah kaum yang dilatih untuk mandiri
Ke darah kaum pergerakan yang harus dibangunkan keinsafannya
Yang memahami demokrasi sebagai cara mencapai harmoni..
Mungkinkah alamat Indonesia ada di dada mu?
Jakarta, 10 Oktober 2013