Perubahan Minda Menggerakkan Quantum Budaya

Jawa Barat Layak Menjadi Destinasi Wisata Dunia

| dilihat 3661

AKARPADINEWS.COM | INDUSTRI pariwisata pada masanya akan menjadi tumpuan dan leading sektor pembangunan ekonomi Jawa Barat di masa depan. Dalam perbincangan dengan akarpadinews.com, di Rumah Dinas Wakil Gubernur Jabar, Jl. Ir. H. Juanda – Bandung, Sabtu (28/5), Deddy mengungkapkan keyakinannya.

Dikemukakannya, pemerintah provinsi Jawa Barat dengan dukungan pemerintah pusat, tengah membangun berbagai mega proyek infrastruktur. Antara lain, Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati – Majalengka, pembangunan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung, Jalan Tol Cirebon Sumedang Dawuan (Cisumdawu), dan lainnya. Termasuk pembangunan light traffic transportation (LRT) di kawasan metropolitan Bandung Raya dan Bogor.

Khusus tentang BIJB, Deddy mengatakan, hal tersebut selaras dengan perubahan dekade aviasi dunia, yang semula bertumpu di di Eropa – Amerika Serikat, ke Asia Pasifik. Dia juga mengatakan, kalau pemerintah pusat menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta pada tahun 2019, “Jawa Barat mestinya bisa berkontribusi besar terhadap target itu.”

Keyakinan itu, juga dilatari oleh upaya pemerintah provinsi Jawa Barat yang kini sedang mengembangkan wilayah metropolitan Bodebekkarpur (Bogor Depok Bekasi Karawang Purwakarta), Bandung Raya dan Cirebon, serta zona pembangunan berbasis wisata Pangandaran dan Palabuan Ratu. Di sentra-sentra pembangunan itu, sejak beberapa tahun terakhir dilakukan berbagai even internasional. Baik berupa kegiatan yang diselenggarakan bersama dengan pemerintah pusat, pemberintah kabupaten dan kota, serta yang diselenggarakan secara mandiri oleh pemerintah kabupaten / kota.

“Jawa Barat, sangat layak dan patut menjadi sentra budaya dan destinasi wisata berkelas dunia,”ungkap Deddy Mizwar.

Dia mengatakan, Jawa Barat atau dikenal sebagai tatar Sunda, memiliki narasi sejarah yang terhubung dengan berbagai bangsa di seluruh dunia sejak berabad lampau.

Dari beberapa hasil penelitian dan catatan kajian yang pernah dibacanya, menurut Deddy, jelas Jawa Barat terhubung (dan dikenal) dengan dunia internasional.

Deddy menyebut koneksi perniagaan internasional yang dilakukan Prabu Surawisesa dengan Sultan Iskandar dan wakil pemerintah Portugis Albuquerque di Malaka sebagai salah satu contoh.

Ketika itu, Pajajaran menjadi pengekspor tamarin terbesar ke Eropa, dan Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi pelabuhan strategic hub bagi ekpor rempah-rempah Nusantara ke Eropa.

Di masa itu, Sunan Gunung Jati (Cirebon) dan para Wali Sembilan di Jawa, terhubung dengan negara-negara Timur Tengah, seperti Saudi Arabia dan Persia.

Dari kalangan tasawwuf, sejumlah ulama Jawa Barat dikenal dan mempunyai link khusus dengan Saudi Arabia dan negara-negara Islam. Antara lain Syekh Mubaroq dari Suralaya – Tasikmalaya. Pada masanya sempat dikenal tiga syekh dari tanah Jawa dan Madura : Syekh Abdul Karim (Cilegon), Syekh Mubaraq (Tasikmalaya), dan Syekh Kholil (Bangkalan).

Contoh lain yang disebut Deddy adalah kegiatan intelektual – kultural yang digagas Wangsakerta dengan menggelar Gotrasawala, yang diikuti berbagai pujangga dan intelektual Nusantara.

Di era berikutnya, KH Hasan Mustofa meneruskan peran, antara lain ketika diangkat sebagai penghulu urusan agama Islam di Aceh dan Johor, Jawa Barat juga dikenal di dunia.

Di era paska kemerdekaan, Bung Karno mengambil inisiatif penting menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung, yang kemudian menjadi motor penggerakan Gerakan Non Blok. Dengan peristiwa itu, Bandung dikenal sebagai ibukota Asia Afrika.

Selepas itu melalui para tokohnya dan diaspora Jawa Barat di dunia, Jawa Barat dikenal sebagai salah satu sentra keunggulan Nusantara. Termasuk pada era industri, ketika Jawa Barat menjadi sentra industri strategis pesawat terbang dan persenjataan. Juga, pada masanya industri tekstil.

Belakangan, penelitian Gunung Padang – Cianjur, menempatkan kembali Jawa Barat sebagai pembicaraan di kalangan peneliti multi-disiplin keilmuan. Terutama terkait dengan pandangan Sephen Oppenheimer (tentang Surga yang Hilang) dan Aryoso Arisio Santos (tentang Atlantis) terkait era pasca bigbang di penghujung era es.

Terkait dengan industri dan seni kreatif, Jawa Barat dikenal sebagai tempat lahirnya film Indonesia, Angklung, dan Wayang Golek. Juga, seni sclupture yang beken di Amerika Serikat. Proses perkembangan kreatif dan inovasi kalangan seniman Jawa Barat,  seperti musik bambu (Bandung) dan musik keramik (Majalengka).

“Alhasil, Jawa Barat sangat pantas dan patut sebagai sentra budaya dan destinasi wisata dunia,”ungkap Deddy.

Dalam konteks itulah, menurut Deddy, pemerintah provinsi Jawa Barat tak pernah lelah membenahi industri wisata, termasuk industri kreatif dan seni. Tak terkecuali membenahi dan memberdayakan potensi wisata alam, seperti Geopark Ciletuh di Selatan Jawa Barat.

SESUAI dengan semangat kepariwisataan nasional, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, intensif melobi pemerintah pusat untuk membangun infrastruktur yang akan memperkuat Jawa Barat sebagai destinasi wisata dunia. Antara lain pembangunan dan peremajaan bandar udara di Sukabumi Selatan dan Pangandaran.

Dalam konteks kebudayaan, pemerintah provinsi Jawa Barat juga terus berusaha membenahi mindset : cara berfikir, bersikap, dan bertindak berbasis budaya (terutama kearifan, kecerdasan, dan nilai-nilai peradaban lokal), dengan orientasi global sesuai perkembangan zaman.

Untuk itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, membentuk Dewan Kebudayaan yang dipimpin Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA –  sebelumnya Rektor Universitas Padjadjaran – untuk memikirkan pengembangan kebudayaan sebagai landasan pembangunan Jawa Barat.

Dari berbagai kegiatan yang dilakukannya hampir setahun ini, Dewan Kebudayaan melakukan berbagai kajian strategis pembangunan dari sudut budaya dan kebudayaan dalam makna yang sesungguhnya dan luas (bukan hanya kesenian). Mulai dari pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, serta pemberdayaan insani, yang berhubungan langsung tak langsung dengan budaya dan kebudayaan.

Dewan Kebudayaan juga mengkaji konstelasi pariwisata Jawa Barat dalam dalam konteks pariwisata Indonesia, ASEAN, Asia Pasifik, dan Dunia. Termasuk membahas mendalam terkait dengan man power plan lokal untuk merespon seluruh dinamika pembangunan infrastruktur di Jawa Barat.

“Kita sudah membahas secara internal dan mengomunikasikan hasilnya dengan Sekda dan Kepala Bapeda Jawa Barat terkait hal itu. Misalnya untuk kesiapan sumberdaya manusia lokal mengisi begitu banyak fungsi di BIJB,” ungkap Ganjar.

Berbagai fungsi yang perlu disiapkan, antara lain meliputi: Airport Cleaning Services, Information Services, Aviation Security, Ground Handling Services, Aircraft Cleaning Services, Passanger Services (Check In Officer), Passanger Counselor, Traffic Controller, Bagage Control Officers, Shop - Cafe Servant, Hotel – Resto Servant, dan sebagainya. Tentu, termasuk aplikasi nilai budaya dan tata krama khas Jawa Barat yang melekat pada fungsi-fungsi yang berinteraksi langsung, dalam konteks people relation services.

Di sisi lain, Dewan Kebudayaan juga membahas tentang reorientasi nilai dan budaya petani dalam memproduksi hasil pertanian untuk keperluan khusus di dalam lingkup kawasan bandara yang akan berkembang menjadi Aerocity bahkan Aetropolis.

“Supaya jelas, bahwa kawasan Aerotropolitan itu sungguh dapat menyerap tenaga kerja lokal,”ungkap Ganjar.

Hal yang sama juga dikaji mendalam terkait dengan upaya menjadikan Jawa Barat sebagai destinasi wisata dunia. Baik terkait dengan obyek, atraksi dan sarana – prasarana wisata. Termasuk strategi quantum (lompatan) budaya yang harus disiapkan Jawa Barat, yang akan melibatkan instansi dan institusi pendidikan.

Sejalan dengan itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat terus menyelenggarakan berbagai agenda terkait dengan promosin dan pemasaran wisata, antara lain : Jawa Barat Travel Exchange (JTX).

Pada 24-26 Mei 2016 lalu, diselenggatakan JTX ke 18, diikuti 80 buyer dari 16 negara: Singapura, Malaysia, Philipina, Jerman, Austria, Libanon, Thailand, Laos, Jepang, Belanda, Denmark, Perancis, dan Indonesia sendiri.

Informasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa barat, menyebut, tak kurang dari 72 perusahaan dari Bandung, Surabaya, Balikpapan, Pontianak, Medan, Padang, Lampung, Jogyakarta , Makassar dan Jakarta juga ikut dalam JTX yang digelar di Hotel Grand Preanger, itu. | Bang Sem

Editor : sem haesy
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1096
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 168
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 340
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 365
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 335
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya