Kesurupan Atawa Kerasukan

| dilihat 2872

Bang Sem

FIFI menggelepar. Berteriak-teriak, lalu meracau di sudut kantornya. Tak seorangpun bisa mengendalikan. Matanya nyalang memandang sekeliling. Mulutnya menyeringai.

Hrrghrrrghgrrhrrrghrrghrrrgh….. Fifi merangkak, bagai singa hendak menerkam. Teman-temannya kabur sambil menjerit-jerit.

“Fifi kerasukan.”

Fifi masih menggelepar. Matanya kian nyalang. Tina mengerjapkan matanya, ketika Fifi tiba-tiba memandang ke arahnya.

Hghh… Hgrrghhh… Hggrrrghghhhhhhh… Kucing Garong… Kucing Garong, ke sini kamu !!!”, teriaknya sambil memandang Tuti.

Praaak!! Praaang!!. Secangkir kopi dalam genggaman Tuti terjatuh ke lantai. Berburai. Tuti termangu. Kantor heboh.

Tio yang berwajah padri komat-kamit membacakan sesuatu. Tiba-tiba Fifi menggerakkan tangannya seperti hendak mencabik wajah Rino. Lelaki agak kerempeng yang selalu patah hati, itu menghindar.

Sape’i tiba dengan Ustadz Nuar. Fifi memandang ke arah Ustadz Nuar. Matanya yang nyalang mulai berubah, agak sayu. Ustadz Nuar nampak menghimpun berbagai energi, dan menghempaskannya ke arah Fifi. Perempuan yang tengah kerasukan, itu meradang, lalu terempas ke sudut ruang. Nafasnya tersengal.

Ustadz Nuar meminta Tina, mengusap wajah Fifi. Lelaki itu mengalirkan energinya ke Tina.

Fifi rebah. Ustadz Nuar mendekat. Wajahnya menengadah. Berulang-ulang ia membaca do’a, kemudian mengalirkan energinya kepada Tina. Fifi tersedar. “Ada apa ini?”, tanyanya. Semua yang menyaksikan tersenyum.

“Alhamdulillah”, seru ustadz Nuar.

FIFI patut demikian. Ia tak sadar, kalau dirinya baru saja Kerasukan. Sape’i manggut-manggut ketika Ustadz Nuar berujar, kerasukan merupakan fenomena seseorang berada di luar kendali pikiran. Biasanya terjadi, ketika sedang berada dalam situasi ‘blank’.

Ustad Nuar tak menyangkal, kerasukan bisa mungkin terjadi, ketika fungsi orang-organ di dalam tubuh manusia tak lagi kompak, karena stress atau underpresser. Dalam situasi demikian, ‘ruang hampa’ keseimbangan jiwa dan indria terbuka. Maka terjadilah kecamuk, mengendalikan gerak nalar secara tak terkontrol.

Ustadz Nuar tak menafikan, kerasukan atau trance bisa terjadi karena raga sebagai wadah bagi jiwa, tak lagi bisa menampung efek kelelahan jiwa. Karenanya, kerasukan seringkali dipandang sebagai terjadinya dominasi energi roh atas raga.

Mereka yang kerasukan, justru mengalami pengurasan energi internal. Karenanya, seringkali, usai Kerasukan, mereka yang kerasukan langsung lemas. Nyaris tanpa daya. Pada saat itulah, air jernih dipakai untuk menyegarkan.

 Air yang didoakan, menghimpun seluruh molekulnya dan memadukan energi yang diperoleh dari proses kohesif, dan memberi nilai lebih atas mineral yang terdapat di dalamnya. Karena itu, air menghimpun kembali tenaga, memberi daya kepada raga.

Dalam situasi begitu, energi raga diperkuat dengan kembalinya kesadaran nalar, yang sekaligus menjadi pangkal kekuatan psikoenergi, alias energi roh. Tapi, mereka yang berjiwa kokoh, tak mudah rapuh oleh beban mental dan fisik, tak akan mudah kerasukan.

Gaya dan daya hidup yang menempatkan nalar akan membebaskan manusia dari segala jenis kerasukan. Itulah sebabnya berbagai laku yang melemahkan energi ruh positif manusia, diharamkan dalam agama. Seperti minum-minuman keras, narkoba dan sejenisnya.

Untuk menghindari kerasukan (termasuk kerasukan politik) , ada cara paling sederhana: biasakan hidup di jalur positif. Tidak mabuk-mabukan, tidak bergosip, tidak berburuk sangka, tidak hasad, tidak hasud, tidak pula berfantasi secara berlebihan... dan enjoy…lah |

Editor : Web Administrator
 
Ekonomi & Bisnis
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 273
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 136
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1095
Rumput Tetangga
Selanjutnya