SOSIAL

Peduli Anak Yatim dan Manula

| dilihat 2043

SALAH satu tugas pemimpin pemerintahan di seluruh tingkatan adalah memelihara anak yatim dan manusia lanjut usia (manula). Letak kemuliaan suatu bangsa, antara lain terdapat pada bagaimana kualitas pemberdayaan dan perawatan anak yatim dan manusia. Bila kedua kelompok ini terawat dengan baik, insyaallah bangsa itu akan memperoleh kemuliaan.

Amirilmukminin Ali bin Abi Thalib, menekankan penting dan utamanya pemeliharaan atas anak yatim dan manula selama masa pemerintahannya. Kepada salah satu gubernurnya di Mesir, ia menasehati: “Carilah berkah Allah dengan memberi apa yang seharusnya pada mereka. Tempatkan mereka dalam dirimu sebagai satu tugas yang mulia dan suci.” Anak yatim dan manula, menurut Amirilmukminin, memang tak bisa hidup mandiri dan hanya mampu berkeliling mencari derma atau shadaqah.

Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang berpihak kepada kaum papa. Terutama, karena keberpihakan itu merupakan bukti bahwa pemerintah bersungguh-sungguh mengatasi ketimpangan sosial yang terjadi. Konstitusi negara kita sudah mengamanatkan, bahwa anak yatim dan manula yang papa, termasuk kategori fakir miskin yang harus diurus oleh negara.

Beranjak dari pandangan ini, program pro rakyat merupakan program yang senantiasa harus diorientasikan kepada pemberdayaan kaum fakir miskin, khususnya anak yatim dan manusia. Dalam konteks inilah, antara lain kita memahami dan menerjemahkan program pro rakyat secara aktual dan praktis. Untuk melihat seberapa jauh pemerintah sungguh peduli terhadap kaum fakir miskin, khasnya anak yatim dan manula, kita bisa mencermati dengan seksama program-program pemberdayaan itu.

Agar program semacam ini bisa berjalan dengan baik, tak bisa tidak, di dalam belanja negara, porsi untuk kaum papa ini harus nampak menonjol, dibandingkan dengan belanja rutin yang lebih banyak menghabiskan anggaran secara mubazir. Umpamanya program jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat), tak terkecuali jamkesmas yang dijamin oleh daerah atau kota. Pun program-program lainnya, seperti kredit usaha rakyat (KUR), sekolah gratis, dan sejenisnya.

Karena program-program itu lebih diperlukan oleh keluarga miskin, khasnya anak yatim dan manula papa, maka semestinya seluruh program itu tak bisa diterapkan secara flat alias pukul rata. Sekolah gratis, misalnya. Harus diberlakukan hanya bagi keluarga miskin dan papa. Memukul-ratakan  program sekolah gratis untuk semua orang, justru tidak berkeadilan. Karena dalam prinsip keadilan yang sesungguhnya, yang terpenting bukanlah memperlakukan semua orang secara pukul rata.

Memberi prioritas kepada anak yatim dan manula papa, adalah keniscayaan yang tak bisa dan tak boleh diabaikan, meski hanya sekejap. Soalnya adalah: mau kah kita melakukannya? | Haedar

Editor : Web Administrator
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1159
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Energi & Tambang