The Red-Haired Woman: Oedipus Masa Kini, Hidup Mengikuti Mitos

| dilihat 3041

"Akan tetapi, ketika melangkah masuk ke rumah, dia melirikku dan kuda tua dibelakangku. Seulas senyum sedih tersungging di lekukan bibirnya yang sempurna, seakan-akan dia melihat sesuatu yang tidak biasa pada diriku atau kuda itu. Tubuhnya tinggi, aku baru menyadarinya, tanpa terduga senyumnya begitu manis dan lembut." Hal: 29. 

The Red-Haired Woman adalah novel pertama Orhan Pamuk yang baru saya baca. Ketika membuka halaman pertama demi halaman saya tidak bisa berhenti untuk tidak membacanya. Cerita berawal dari seorang pemuda berumur 19 tahun yang memendam mimpi ingin menjadi penulis. Cem berhadapan dengan pilihan yang sulit. Antara meneruskan mimpinya atau kuliah di perguruan tinggi. Namun, ia harus mengubur dalam-dalam mimpi dan meneruskan kuliah di perguruan tinggi karena tidak memiliki biaya. Ditambah harus bertahan hidup di Besiktas, karena tabungan ibu dan ayahnya sudah habis.

"Ayah tidak pernah memperhatikan aku sampai begitu. Aku tidak pernah bisa sepanjang hari bersamanya seperti dengan Tuan Mahmut. Namun, Ayah tidak pernah memandang rendah diriku. Satu-satunya saat aku pernah merasa bersalah terhadapnya adalah ketika dia penjara. Jadi, ada apa dengan Tuan Mahmut sehingga dia bisa membuatku merasa tidak enak? Mengapa aku selalu berusaha keras mengumpulkan keberanian untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini ketika kami berdua menarik kerekan, tetapi aku tidak pernah sanggup. aku justru melihat ke arah lain dan memendam sendiri kemarahanku." Hal: 78. 

Cem harus mengabdi dan bekerja magang dimusim panasnya ke enam belas sebagai asisten penggali sumur dengan Tuan Mahmut. Mereka menjalin hubungan ayah dan anak. Karena Cem kehilangan sosok ayah. Ayahnya sering menghilang diculik tentara Turki. Ibunya bilang jika ayahnya adalah pahlawan. Ayahnya akan kembali. Tapi Cem sudah terbiasa tanpa ayahnya. Walau kenangan-kenangan kebersamaan ayahnya sangat dirindukannya.

"Setiap sketsa berlangsung selama beberapa menit dan dengan cepat diikuti yang lain. Bertahun-tahun kemudian, aku mencari informasi dari berbagai buku dan film untuk melacak sumber-sumber setiap sketsa itu. Salah satu sketsa, misalnya menampilkan pria yang kuanggap sebagai ayah Wanita Berambut Merah naik ke panggung dengan hidung sepanjang wortel. Mula-mula kukira ini pinokio, tetapi kemudian orang itu mengucapkan monolog pesan sketsa ini adalah "Yang paling penting bukanlah penampilan fisik, melainkan keindahan jiwamu." Hal: 106. 

Suatu hari Cem bertemu dengan wanita cantik dengan rambut merah tergerai panjang. Wanita itu berada di dekat lokasi penggalian sumurnya di seberang desa. Ia benar-benar tergila-gila dengan wanita itu. Wanita itu pemain teater di Ongoren. Pamuk menyajikan cerita yang indah sekaligus menyentuh tentang hubungan ayah dan anak laki-laki, pernikahan, memori masa kanak-kanak dan obsesi. 

"Malam itu aku tidur dengan seorang wanita untuk kali pertama dalam hidup. Itu saat yang penting, dan rasanya mukjizat. Persepsiku tentang kehidupan, tentang wanita, dan tentang diriku sendiri, semuanya berubah dalam sekejap. Wanita berambut merah itu menunjukkan siapa diriku dan apa artinya bahagia." Hal: 121.

Novel ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama sebanyak 146 halaman. Kisah perjalanan Cem sebagai narator orang pertama menjadi pemagang penggali sumur mengikuti Tuan Mahmut mencari sumber air. Hingga ia dipertemukan oleh wanita berambut merah, jatuh cinta dan jatuh ke dalam pelukan wanita itu. Bagian satu diakhiri oleh pelarian Cem dari kota Ongoren ke kampung halamannya Besiktas karena lari dari rasa bersalahnya yang besar terhadap Tuan Mahmut. Bagian pertama saat saya membaca ritmenya pelan tapi konsisten tidak terlalu cepat.

"Aku tahu Ibu sangat berharap aku menjadi insinyur, kalau bukan dokter, jadi aku menulis "teknik geologi" pada formulir. Ibu memperhatikan bahwa pekerjaanku saat menjadi asisten penggali sumur telah meninggalkan tanda pada diriku. Sejalan dengan waktu aku bertanya-tanya apakah dia menyadari, entah bagaimana, bahwa "kedewasaan" baru yang dilihatnya pada diriku sebenarnya noda hitam pada jiwaku." Hal: 157.

Bagian kedua, ritme ketika saya membacanya cepat alur ceritanya. Disini menceritakan Cem masih sebagai narator orang pertama yang akhirnya bertemu dan menikahi wanita lain bernama Ayse. Pada bagian ini Cem dan istrinya membangun sebuah perusahaan besar yang dinamai Sohrab. Seperti anaknya sendiri. Karena sudah berumur 40 tahun mereka tidak dikaruniai seorang anak. Fakta demi fakta akan terungkap pada bagian dua. Seorang akan datang dari masa lalunya meminta pertanggungjawaban. Di bagian ini pula kisah Cem ditentukan menemui takdir hidupnya yang mengikuti mitos. 

"Pada suatu malam yang suram pada musim gugur, aku pergi menemui nyonya Fikriye, pustakawati kepala di Topkapi Palace Manuscript Library Perpustakaan Naskah Istana Topkapi, yang disarankan Dr. Hasim, teman kami berdua dari Toko Buku Deniz, yang mengajar kesusastraan di sebuah universitas. Dr. Hasim memberi tahu wanita itu tentang minatku pada Rostam dan Sohrab, lalu Nyonya Fikriye berkata kepadanya, "Sebaliknya dia datang ke sini supaya aku bisa menunjukkan Shahnameh bergambar kami yang sangat indah." Ketika kami duduk dan berbincang-bincang di kediaman Sultan Abdulmajid di halaman istana yang luas, wanita itu mengingatkanku bahwa pencarian tanpa harapan akan seorang ayah bisa menimbulkan akibat-akibat yang tidak bisa diramalkan." Hal: 199.

Membaca novel ini kita diajak ikut menelusuri naskah-naskah kuno bersama Cem dan istrinya. Naskah-naskah kuno yang berisi kisah Oedipus Rex dari Barat dan Rostam dan Sohrab dari Timur. Dari satu kota di Paris hingga kota-kota di Turki membuat saya ingin pula menapaki tempat-tempat yang disebutkan dinovel ini. Turki negara para Sufi juga dipenuhi sejarah dan masa lalu yang menarik. Masyarakatnya masih percaya pada cerita-cerita dongeng dan mitos. Sama halnya negara-negara lainnya. 

Bagian ketiga, narator orang pertama nyonya Gulcihan, si wanita berambut merah. Bagian ini narator menceritakan kisahnya awal bermain teater. Kepada siapa ia mencintai laki-laki yang ditemuinya. Kisah dari sudut pandang kesedihannya, perjuangannya, juga percintaannya. Bagian ini merupakan suara hatinya yang tak pernah tokoh lain tahu. Suara hati seorang wanita sekaligus ibu. 

"Ayah adalah sosok mengagumkan, karismatik, yang sampai hari kematiannya akan selalu menerima dan mengawasi anaknya yang dia asuh. Dia sumber dan pusat semesta. Ketika yakin punya ayag, kau akan merasa damai bahkan  jika tidak dapat menemuinya karena tahu dia selalu ada, diap mencintai dan melindungimu. Aku tidak pernah punya ayah seperti itu." Hal 294.

Dengan gaya bahasa sehari-hari dan ringan. Metafor yang sederhana. Membaca novel ini seperti mendengar Orhan Pamuk berbicara menceritakan kisah Oedipus masa kini kepada saya. Saya berada di depannya mendengarkan setiap adegan demi adegan dari obsesi hingga tragedi. Penggambaran Cem jatuh cinta dengan sosok Gulcihan wanita dewasa yang berbeda dua kali lebih lama sangat memikat. Cem berumur 19 tahun dan Gulcihan 33 tahun. Seorang pemuda yang lebih cocok menjadi anak jatuh cinta kepada wanita dewasa yang lebih cocok menjadi ibunya. Namun itulah cinta tidak memandang usia, suku, ras dan agama. 

Orhan Pamuk adalah penulis asal Turki yang memenangkan penghargaan Nobel bidang Sastra di tahun 2006.  Ia dianggap sebagai salah satu penulis dunia terbaik saat ini. Novel-novelnya yang paling dikenal antara lain My Name is Red, Snow, The Museum of Innocence, The Black Book,  dan The Red-Haired Woman. Novel ini adalah salah satu karya terbaik Pamuk yang mempertemukan dua mitos besar dunia yaitu Oedipus Rex dari Barat dan Kisah Rostam dan Sohrab dari Timur. Selain mengulas hubungan antara ayah dan anak, ia juga menceritakan bobroknya negara, politik dan kebebasan individu. @agengwuri

 

Editor : sem haesy
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1096
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 168
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 340
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 365
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 335
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya