Manusia Merdeka

| dilihat 1905

SEKALI-sekala mari renungkan hakekat dan makna kemerdekaan. Sudahkah kita sungguh memahami dan mempraktikannya dengan benar. Sungguhkah kemerdekaan sepenuhnya identik dengan kebebasan?

Tuhan memberikan modal pertama bagi manusia adalah kemerdekaan, paduan integral kebebasan dan tanggungjawab. Tuhan memberikan freedom of expression, freedom of choice, freedom of will, freedom of speech, human right, human responsibility, dan love. Terutama karena sebagai manusia, selain sebagai makhluk individual, kita juga makhluk sosial.

Sebagai individu kita memerlukan kebebasan dan sebagai makhluk sosial, pada diri kita melekat tanggung jawab. Untuk itulah menyerasikan kebebasan dan tanggung jawab itulah, Tuhan memilih para Rasul dan para wiseman sebagai role model, teladan, bagi banyak manusia lainnya. Kemudian memberikan panduan, yang kita kenal dengan kitab suci.

Dalam konteks itulah, kita memahami, kemerdekaan merupakan hak setiap manusia, masyarakat, dan kemudian bangsa. Karena kemerdekaan itu pula kita memerlukan etika, order, dan kemudian hukum positif yang kita sepakati bersama. Mulai dari konstitusi, undang-undang, sampai kepada peraturan yang mengatur kehidupan sosial kita, bahkan di dalam rumah tangga. Artinya, karena kita sadar kita memerlukan kemerdekaan, maka kita membatasi kebebasan dengan tanggung jawab melalui aturan-aturan yang digariskan Tuhan dan kita sepakati bersama antar insan sesama.

Dari kesadaran demikian, kita menemukan nilai-nilai hidup, yang kemudian kita sebut sebagai moral principle sebagai landasan kemerdekaan yang paling hakiki. Karenanya, setiap manusia yang sadar terhadap hakekat kemerdekaannya, boleh dijamin dia akan mematuhi etika dan hukum. Mereka yang mengabaikan etika dan hukum, kemudian disebut sebagai freeman, yang kemudian berkembang menjadi idiom: preman.

Dalam kehidupan sehari, terutama di kalangan entitas bisnis, kemerdekaan yang semacam ini memberi kemungkinan yang luas bagi siapa saja untuk berkontribusi, antara dengan cara saling memberi manfaat satu dengan lainnya. Tidak hanya secara konotatif dalam bentuk kemanfaatan untuk mencapai kinerja optimal sehingga dapat mendistribusikan kesejahteraan secara adil. Juga dalam pengertian denotatif, kemanfaatan untuk saling mengingatkan antar sesama untuk konsisten dan konsekuen melaksanakan tanggung jawab sesuai dengan aturan yang disepakati bersama.

Kemerdekaan berkemanfaatan semacam ini, adalah kemerdekaan berkeadaban, sebagai ciri utama masyarakat beradab, berbudaya. Karenanya, mewujudkan kemerdekaan sejati, sering diibaratkan laksana pendakian puncak gunung yang harus melewati rimba dan belukar. Seperti ungkap pejuang kemerdekaan Afrika Selatan, Nelson Mandela.

“There is no easy walk to freedom anywhere, and many of us will have to pass through the valley of the shadow of death again and again before we reach the mountain top of our desires,” kata Mandela. Tak ada jalan mudah untuk mewujudkan kemerdekaan di mana saja, bahkan banyak di antara kita akan harus mencapainya dengan melewati lembah bayang-bayang kematian secara berulang, sebelum mencapai puncak gunung keinginan kita itu.

Mewujudkan kemerdekaan terbaik adalah selalu konsisten dan konsekuen menegakkan kebenaran dengan melihat dan memperlukan manusia dengan atmosfir eksistensi yang setara dan adil. Karena pada dasarnya, di dalam kehidupan masyarakat, termasuk di dalam entitas bisnis, keberadaan manusia hanya dibedakan oleh fungsi dan tanggungjawabnya. Bukan oleh status (kedudukan, jabatan) atau yang sejenisnya. Apalagi, status yang disandang seseorang karena otoritasnya lebih besar secara struktural, seringkali membuat lupa, bahwa setiap manusia berjuang tanpa henti untuk mencapai tiga hal utama dalam hidupnya. Yaitu: kehidupan itu sendiri, kemerdekaan, dan kebahagiaan.

Sebaik-baik manusia, sebagaimana yang bisa kita pelajari dari ajaran agama, adalah mereka yang mampu memelihara kemerdekaannya untuk kemaslahatan orang banyak, sehingga memungkinkannya melaksanakan tanggungjawab kepada amanah yang disandangkan kepadanya.

Dengan demikian, kian merdeka manusia, kian runduk juga manusia itu kepada aturan Tuhan dan aturan yang telah disepakati bersama. Siapa saja yang mengabaikan hakikat kemerdekaan semacam ini, boleh bersiap kehilangan haknya sebagai manusia merdeka. | 

 

Editor : sem haesy
 
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 200
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 375
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 221
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Energi & Tambang