Tirakat

| dilihat 2279

BAWOR masih sibuk mengurusi Babudes (Badan Usaha Desa). Ia tak terpengaruh oleh beragam spekulasi kawula di hampir seluruh sudut desa. Padahal, lewat berbagai pelintiran bewara (berita), aneka informasi seliweran membuat kawula pusing.

Bewara yang berkembang wara-wiri ke mana-mana. Ada informasi, seolah-olah Bawor menyatakan, dirinya hendak disingkirkan dari kepengurusan desa.  “Sungguh saya tidak pernah mengatakan hal seperti itu,” ujar Bawor, saat dijumpai Bilung di sudut Baledesa.

Bawor dicandai Dawala.

“Sampean sudah siap menerima serangan balik dari Balekawulan?”

Bawor ketawa ngikik. Dia pura-pura bertanya, “Serangan balik apa? Apakah saya menyerang wakil kawula? Rasanya tidak,” jawab Bawor.

Bawor menjelaskan, apa yang disampaikannya kepada Dewan Kehormatan Balekawulan, bukanlah serangan. “Boleh jadi saya tidak adil hanya menyebut dua atau sembilan wakil kawula yang meminta upeti dan memeras pengurus Badudes,” ujarnya. Ketika dipanggil Dewan Kehormatan Balekawulan, Bawor mewanti-wanti sifat informasinya yang sangat rahasia. Confidential.

“Makanya saya kaget beberapa detik, ketika para juruwarta mengonfirmasi nama-nama yang dibocorkan salah seorang anggota Dewan Kehormatan Balekawulan. Koq bisa ya, sesuatu yang confidential, diumbar begitu saja,” tuturnya.

Dawala mengingatkan Bawor, jangan mudah percaya, meskipun mereka menunjukkan komitmen untuk merahasiakan sesuatu.

“Wor, para kawula, seperti kebanyakan kita, tidak terbiasa dengan keteguhan menjaga rahasia apa yang belum saatnya diumbar kepada para kawula,” ujar Dawala menasehati.

Bawor senyam-senyum seperti biasa, meskipun senyumnya sempat dianggap tanda dia tak punya hati saat menyerahkan nama-nama para wakil kawula yang diminta Dewan Kehormatan Balekawulan.

Dia tak ingin tergoda mempersoalkan hal itu. Bawor malah memusatkan perhatian membenahi Babudes. Dengan begitu dia melakukan tirakat. Bekerja, bekerja, dan bekerja, bagi Bawor adalah bagian dari laku padha  gulangen ing kalbu, seperti tersurat dan tersirat pada pupuh Kinanti. Melatih kalbu, menjernihkan sukma.

Dengan cara itu, Bawor yakin, akan sampai pada keadaan menguasai sasmita, ilmu kedalaman lahir batin. Inilah, menurutnya, yang akan melatih dirinya menjadi manusia lantip, cerdas lagi bijaksana. Termasuk bagian dari upaya mencapai kaprawiran den kaesthi, keperwiraan yang sejati. Wujudnya: sikap tak gentar menghadapi keadaan apapun.

Bilung merenungkan apa yang dikemukakan Bawor. Ketika singgah di Kedai Gambuh, tak seperti biasanya, ia seperti orang tak berminat makan. Mban Pedagangan agak heran.

“Sampean sedang nglakoni apa? Koq tumben seperti orang tak bergairah makan?,” tanya Mban. Maksudnya, Bilung sedang melaksanakan tirakat apa? Spontan Bilung mengatakan, “Saya sedang ngalokoni gulangen ing kalbu.”

Mban Pedangan cekikikan, ketika Bilung menjelaskan, ia menempuh cara gulangen ing kalbu, dengan cara tidak memprioritaskan makan (cegahen dhahar) dan tidur (cegahen guling). Apalagi ketika Bilung cerita, apa yang dilakukannya merupakan strategi pribadi untuk tidak suka kasuk-sukan, tak suka berfoya-foya. Termasuk dalam berpakaian, pun dia memilih pakaian yang sederhana (anganggoa sawatawis).

Kesederhanaan yang akan melatih insan menghindari diri dari keburukan watak orang yang berfoya-foya. Menurut bilung, kebiasaan mengambil upeti dan memeras, terbentuk karena membiarkan diri dari watak berfoya-foya.

Begitulah cara Bilung membentengi diri dari hasrat kaya dan terhormat secara tak wajar, hasrat yang membuat manusia tidak karuan. Bilung tersentak, ketika dari balik dapur, Mban Pedangan melantunkan serat.

Sugih singgih kalah karo kuwasa, sing kuwasa kapengin mukti wibawa, sing mukti wibawa isih ngresula dhuwit, sing sugih kapengin singgih, sing singgih kapengin kuwasa, sing kuwasa kapengin mukti wibawa, bola-bali kareping manungsa ora karu-karuwan.”

Bilung tersedar. Kekayaan dan kehormatan terkalahkan oleh kekuasaan. Yang kuasa ingin dihormati, yang terhormat pun mengeluh perlu uang. (Padahal) yang kaya pun ingin terhormat. Keinginan manusia, selalu tidak karu-karuan. Terbolak-balik.

Menirukan Bawor, Bilung menggumam, “Bandha iku gawe mulya lan uga gawe cilaka. Gawe mulya lamun saka barang kang becik, gawe cilaka lamun saka barang kang ala.” Harta, itu dapat membuat mulia atau celaka. Mulia bila berasal dari hal-hal yang baik dan membuat celaka bila berasal dari hal-hal yang buruk. |

Editor : Web Administrator
 
Polhukam
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 246
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
05 Mar 24, 08:18 WIB | Dilihat : 425
Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif
22 Feb 24, 11:50 WIB | Dilihat : 318
Jalan Terjal Perubahan
18 Feb 24, 05:52 WIB | Dilihat : 274
Melayari Dinamika Kebangsaan dan Demokrasi
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 168
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 340
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 365
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 335
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya