REFLEKSI

Nestapa

| dilihat 2286

Bang Sem 

MALAM merambat. Di sudut executive lounge bandar udara, lelaki paruh baya itu, menyandarkan tubuhnya di sofa. Sesaat ia melangkah ke sudut tempat juada tersedia. Perlahan ia menuang kopi di cangkir yang tersedia, di situ. Lantas, perlahan melangkah kembali ke sofa itu.

Sambil meletakkan kembali cangkir kopi di atas meja, setelah sesaat mereguknya, lelaki itu tersenyum. Ia nampak tenang. Senyumnya mengembang, ketika beberapa lelaki lain yang nampak lelah dan tergesa-gesa menyapanya. Lalu duduk di sebelahnya.

“Ke Jakarta?” tanya lelaki yang kemudian duduk di sebelahnya.

“Ya... Anda ke Jakarta juga?”

“Tidak. Saya ke Surabaya.”

“Ooo...”

“Anda nampak tenang sekali. Padahal di media sosial dan media digital, begitu heboh informasi tentang pemberhentian Anda,” cetus lelaki yang terkesan gelisah itu.

Sambil kembali mereguk kopi yang telah berkurang hangatnya, lelaki -- yang sedang dihebohkan di media karena pemberhentiannya sebagai Direktur Utama salah satu BUMN dikesankan tak wajar,-- itu tersenyum. Sambil tersenyum, ia bicara tenang, “Ini merupakan last flight dalam kedudukan saya sebagai Direktur Utama. Esok, selepas Rapat Umum Pemegang Saham, saya akan kembali menjadi warga biasa,” cetusnya.

“Banyak kalangan kuatir, transformasi di BUMN yang Anda pimpin, akan bermasalah sepeninggal Anda.”

“Insya Allah tidak. Transformasi tak akan berhenti hanya karena saya tak lagi menjabat Direktur Utama di situ. Saya yakin, pengganti saya, siapapun dia, akan meneruskan dan memberi nilai tambah atas transformasi yang sedang berjalan.”  

Transformasi di lingkungan BUMN, tak boleh berakhir hanya karena terjadi pergantian dewan direksi. Transformasi adalah keniscayaan di tengah dinamika perkembangan bisnis di era konseptual.

“Saya beserta seluruh karyawan sudah menyiapkan road map yang kami pandang tepat untuk mencapai visi, mewujudkan misi, grand strategy, program, dan melaksanakan aksi korporasi. Jadi, siapa saja yang akan memimpin kelak, mempunyai arah jelas melanjutkan transformasi, itu,” ujarnya.

Perbincangan terhenti, karena lelaki yang gelisah itu harus segera bergegas ke boarding lounge dan masuk ke dalam kabin pesawat. Tetapi, lelaki yang akan menjadi mantan Direktur Utama BUMN, itu terus mengikuti gerak fikirnya.

Baginya, pergantian kepemimpinan di lingkungan BUMN harus dipandang sebagai bagian integral dari proses transformasi korporasi. Tak harus heboh. Tak perlu diwarnai oleh berbagai hal yang tak perlu. Apalagi pertarungan kepentingan, termasuk kepentingan politik.

Lelaki itu berpandangan: dalam proses pergantian pengurus BUMN, baik komisaris maupun direksi, hal utama yang harus menjadi pertimbangan adalah bagaimana proses transformasi -- sebagai bagian dari upaya peningkatan kinerja -- berlangsung dengan baik. Karenanya, proses pergantian pengurus BUMN merupakan sesuatu yang biasa dan harus berlangsung biasa-biasa pula.

Tiba-tiba terdengar announcement, mengingatkan seluruh penumpang pesawat yang akan ditumpangi lelaki itu harus segera masuk ke pesawat. Sigap, lelaki itu, tanpa asisten pribadi, menyeret kopor-nya. Wajahnya nampak senang, ketika ia bertemu dengan koleganya yang baru keluar dari executive lounge lain. Keduanya melangkah sambil berbincang menuju ke boarding lounge.

Ia tersenyum, ketika koleganya itu memuji proses transformasi di BUMN yang dipimpinnya.

“Ah,... terlalu berlebihan bila dikatakan transformasi itu sebagai salah satu keberhasilan saya. Transformasi itu kerja kolektif seluruh pimpinan dan karyawan. Kontribusi pemikiran karyawan sangat besar. Sebagai Direktur Utama saya lebih banyak hanya memandu saja,” ujarnya.

“Apa rencanamu setelah ini?” tanya sang kolega.

“Menata rumah dan mengurus cucu. Lalu, menulis buku dan mengajar. Ya.., berbagai pengetahuan dan pengalamanlah.. Selebihnya, mengubah nestapa menjadi angin kebajikan,” jawabnya.

Lelaki, yang esok akan menyandang status ‘mantan Direktur Utama,’ itu selalu teringat nasihat bijak Hasan al Basri, seorang wiseman: “Nikmatilah hari-harimu jika kau mau, karena sesungguhnya, kau selalu berada di antara larangan dan perintah. Dunia dan segala isinya adalah nestapa. Kalaupun ada kesenangan di dalamnya, hal itu hanyalah angin..” |

Editor : sem haesy
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 734
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 892
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 843
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 238
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 462
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 453
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 423
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya