Perkuliahan Umum Gerbang Betawi 2021 Dimulai

Gubernur Anies Ingin Kaum Betawi Jeli Baca Perubahan

| dilihat 530

JAKARTA  | Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap orang Betawi jeli membaca tren perubahan seusai pandemi Covid-19 kelak.

Menurut Gubernur dengan banyak prestasi, itu "Pandemi bakal berdampak jangka panjang di berbagai bidang kehidupan. Karena itu, penting bagi masyarakat Betawi untuk membaca tren perubahan tersebut."

Harapan itu disampaikan Gubernur Anies sebagai pembicara kunci sekaligus membuka secara Kuliah Umum daring Perkumpulan Gerakan Kebangkitan Betawi (Gerbang Betawi) bertema 'Prospek, Peluang, dan Solusi Masyarakat Betawi dalam Peningkatan Ekonomi, Pengaruh Politik, dan Kompetisi Global', pada Jumat (22/1). 

Menurut Anies, masyarakat Betawi sejak era kebangkitan kebangsaan, Sumpah Pemuda 1928, sampai kini sudah membuktikan diri sebagai simpul pengikat kebersamaan dan nasionalisme bangsa.

“Jadi, dalam kedudukannya di Jakarta, masyarakat Betawi itu (sebenarnya) fasilitator dan penjahit Indonesia,” ujar Anies.

Untuk dapat membaca tren perubahan, masyarakat Betawi harus menjadi masyarakat yang tak pernah berhenti belajar. "Learning society harus melekat kuat pada masyarakat Betawi," tegas dia.

Secara eksplisit, terkait dengan hal itu, ia menyatakan, masyarakat Betawi harus merupakan pihak pertama yang menguasai informasi dan data yang tepat.

"Di Jakarta ini, data apapun, mulai dari lokal sampai global, tersedia dan dapat disigi dan ditilik. Penguasan data dan informasi sangat penting, karena kita berada dalam era yang menempatkan data sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan di berbagai bidang.

Sebelumnya Direktur Eksekutif Gerbang Betawi dr Ashari menyampaikan sejumlah kerja ekonomi, politik, dan pendidikan yang diusung perkumpulan kaum intelektual Betawi itu dalam beberapa tahun ke depan. Antara lain pembentukan baitul mal, yang akan memberikan pinjaman kepada masyarakat kecil, menghimpun para pengusaha Betawi dalam wadah 'Juragan Betawi', dan mendorong berdirinya sekolah demokrasi bagi kaum muda Betawi.

Kuliah Umum Gerbang Betawi edisi perdana di 2021 ini menampilkan dua pemateri, yakni anggota DPRD DKI Jakarta H Purwanto dan anggota Dewan Pakar Gerbang Betawi N Syamsudin Ch Haesy. Yang dimeriahkan pembacaan sajak oleh budayawan Betawi Yahya Andi Saputra.

Akses Buat Masyarakat Betawi

Purwanto yang biasa disapa Bang Pur menekankan pentingnya masyarakat Betawi memanfaatkan kesempatan berkiprah di partai-partai politik sehingga berpeluang ikut menentukan arah kebijakan publik khususnya di Jakarta sebagai masyarakat inti ibukota.

“Sudah saatnya orang Betawi menjadi subyek, bukan sekadar obyek politik,” kata Purwanto bersemangat.

Kalau perlu, kata dia, ada kuota calon anggota legislatif buat orang Betawi di partai politik, seperti halnya kuota buat perempuan di parlemen nasional. Regulasinya bisa diatur lewat peratuan daerah (perda) atau peraturan gubernur (pergub), sehingga ada landasan hukumnya. Misalnya, kuotanya sebesar 30 persen.

Soal persentase itu bisa didiskusikan lagi ke depan, yang terpenting pemerintah mesti memberikan perlindungan atas hak-hak politik orang Betawi di Jakarta.

Pada sesi berikutnya, budayawan N Syamsudin Ch Haesy, yang akrab disapa Bang Sem, berpendapat, saat ini ada sejumlah persoalan jika bicara soal politik orang Betawi. Salah satunya,  kegamangan ketika kontestasi politik ternyata berakhir secara antiklimaks, tidak sesuai dengan harapan.

Hal itu diperburuk dengan konsep otonomi daerah yang masih membingungkan. Di satu sisi, otonomi daerah membawa angin segar bagi berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan desentralisasi, tapi di sisi lain pemilihan pemimpin daerah justru diproses oleh partai politik dengan pendekatan sentralisasi.

Belum lagi ketidakpastian kapan berakhirnya pandemi akibat nanomonster Covid-19. Ketidakpastian itu bukan hanya melanda Indonesia, tapi juga dunia.

“Pada saat bersamaan, Covid-19 merontokkan kapitalisme global dan sosialisme mondial di dunia, sehingga konsep globalisasi harus dikaji ulang,” papar Bang Sem.

Apalagi Covid-19 juga mengubah bonus demografi dunia menjadi petaka demografi.

Jadi, lanjut Bang Sem, tantangan buat Betawi, Indonesia, dan masyarakat internasional ke depan adalah bagaimana melindungi menyelamatkan bumi, membalik kemiskinan, pengendalian demografi, menaklukkan pandemi penyakit, biosfir, singularitas, transhumanisme, dan menyeimbangkan skill dengan kearifan, yang merupakan tantangan dari kompleksitas masalah akibat pandemi. “Nanomonster itu bisa dikalahkan dengan nanoteknologi,” tegasnya.

Sekolah Demokrasi Betawi

Tentang Betawi sendiri, Bang Sem menilai ada persoalan eksistensi yang selama ini berjalan secara alami dan secara tidak langsung 'merugikan' orang Betawi. Antara lain, bila Betawi dipandang sebagai etnis, ada kecenderungan orang Betawi menikah dengan etnis lain seperti terungkap dalam sejumlah penelitian.

“Banyak anak mereka kemudian enggak mau lagi mengaku sebagai orang Betawi,” ujarnya sambil terkekeh.

Bang Sem berpendapat orang Betawi mesti menilik kembali kearifan dan kecerdasan lokal yang diajarkan tetua mereka, para engkong dan kumpi.

“Kebiasaan cuci tangan di padasan yang dulu dilakukan mereka, di masa pandemi kini justru jadi sesuatu yang wajib dilakukan,” bilang Bang Sem.

Dalam hal berpolitik, Bang Sem mengajak kaum muda Betawi belajar dari role model politisi orang Betawi, mulai dari MH Thamrin, Mahbub Djunaedi, H. Ridwan Saidi, dan beberapa lainnya yang mempunyai integritas.  

Bang Sem setuju Gerbang Betawi menyelenggarakan sekolah demokrasi, agar orang Betawi memiliki bekal dalam mengisi posisi-posisi penting di legislatif dan eksekutif.

Juga sekolah bisnis untuk menciptakan para pelaku ekonomi dengan berkompetisi tinggi. Di bidang keilmuan, di tengah situasi ironis (begitu banyak sarjana dengan sedikit intelektual), para akademisi dan kuam terpelajar Betawi, juga harus menempa diri menjadi intelektual berkompetensi tinggi.

Namun, dia mengingatkan, semua itu tidak boleh lepas dari tarikan napas orang Betawi yang dalam kesehariannya, menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan budaya. Terutama akhlak, sehingga di mana pun kaum Betawi berkiprah, dapat menjadi contoh penegakan etika. Antara lain, etika politik dan etika bisnis, misalnya.

“Jadi yang harus dimiliki orang Betawi ke depan adalah kemampuan membaca perubahan. Modalnya sudah diajarkan oleh para kumpi, engkong, nyai, enyak dan babe. Antara lain, Ilmu adalah cahaya, dan transformasi mesti dilakukan dengan ghiroh dan gairah. Kuatkan pendidikan, berikan akses pada modal, akses politik, dan yang terpenting adalah harus sehat,” pungkas Bang Sem.

Akan halnya anggota Dewan Pakar GB lainnya, Agus Suradika - Guru Besar FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta mengingatkan, kaum Betawi mesti terus meningkatkan perannya di bidang pendidikan, ekonomi, dan politik. Tiga hal ini yang dirontokkan oleh penjajah, supaya kaum Betawi tidak memainkan peran sentral dalam penyelenggaraan pemerintahan, dan termarginalisasi.

"Pendek kata, kaum Betawi mesti melakukan kerja-kerja kongkret. Soal konsep, sih sudah cukup matang. Kita mesti bersatu mengimplementasikannya," tegas Agus.

Akan haknya Murodi, Guru Besar (dan mantan Wakil Rektor) UIN Syarief Hidayatullah, Ciputat, mensitir pandangan Ingerson melihat, apa yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda yang secara sistemik melakukan pelemahan terhadap kaum Betawi, akhirnya berkelanjutan, sampai kini. Ketika kaum Betawi berpendidikan tinggi dan mencapai puncak karir sebagai profesional di lapangan pendidikan dan profesional di berbagai lapagan bisnis semakin banyak bilangannya.

Beky Mardani, Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) mengingatkan, kaum Betawi mesti keluar dari kungkungan eksklusivitas dan mesti beraksi inklusif. Turun gelanggang. Maknanya, lanjut Lahyanto Nadie tokoh Forum Jurnalis Betawi, mesti sungguh menjadi masyarakat pembelajar seperti yang diingatkan Gubernur Anies Rasyid Baswedan  | fjb / sudja

Editor : delanova | Sumber : Gerbang Betawi
 
Humaniora
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 98
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 515
Momentum Cinta
12 Mar 24, 01:26 WIB | Dilihat : 524
Shaum Ramadan Kita
09 Mar 24, 04:38 WIB | Dilihat : 444
Pilot dan Co Pilot Tertidur dalam Penerbangan
Selanjutnya
Energi & Tambang