Gunemcatur Rocky Gerung dan Content Analysis Itu

| dilihat 1768

Catatan Bang Sem

Kebaikan dalam kata-kata menciptakan kepercayaan diri.

Kebaikan dalam berpikir menciptakan kedalaman.

Kebaikan dalam memberi menciptakan cinta.

Lao Tse

Dalam beberapa kali talkshow atau gunemcatur di layar televisi, seorang yang diundang sebagai narasumber, beberapa kali menyebut tentang teori content analysis. Terutama, acapkali dia berlawan bicara dengan Rocky Gerung (RG).

Content Analysis disebut-sebut untuk memberi kesan kepada khalayak pemirsa, seolah-olah RG hanya seorang yang lihat bersilat lidah dan bermain-main dengan kata.

RG yang berbasis sastra dan berinteraksi dengan filsafat, ilmu politik, dan berbagai pengetahuan yang diserapnya dengan beragam cara, secara sepintas memang terkesan 'piawai berkata-kata.'

Para lawan bicara terkesan, tak mampu mengimbangi kemampuan atau kepiawaian RG mengelola kata sebagai instrumen menyalurkan nalar, naluri, perasaan, dan dria-nya secara integral sekaligus dimensional.

Akibatnya, lawan bicara, selalu cenderung terganggu dan cepat kehilangan kendali untuk menyimak dan menyerap esensi kata dalam keseluruhan konteks pandangan dan pemikiran, sekaligus ekspresi sikap RG.

Mereka sibuk dengan retorika dan mencoba menduga-duga arah pembicaraan RG, dengan rasa dan sikap was-was. Tapi, kemampuan mengelola retorika secara paripurna tak pula mereka kuasai.

Akibatnya, yang sering dilakukan adalah melakukan penetrasi hipodermis dengan mengulang kata, memojokkan RG. Dan ketika berlangsung acara ILC (Indonesia Lawyers Club), Selasa (18/12/18), bertajuk "Kotak Suara Kardus," lawan bicara 'terkesan' sampai di gang buntu, putus asa menghadapi RG, dan "selesai."

Mereka lari dari substansi dalam dialog 'jarak jauh,' itu.

Apa sungguh content analysis atau analisis isi, yang kerap disebut-sebut itu?

Secara umum bisa dikemukakan, analisis isi adalah instrumen penelitian untuk menentukan keberadaan kata atau konsep tertentu dalam teks atau pumpunan teks.

Analisis isi dipergunakan peneliti untuk mengukur dan menganalisis keberadaan, makna dan hubungan kata-kata dan konsep tersebut. Tak berhenti hanya dalam konteks narasi dan diksi. Lantas, membuat kesimpulan tentang pesan-pesan di dalam teks, penulis, penyampai dan khalayak, bahkan budaya dan waktu di mana kata menjadi bagiannya.

Teks dapat didefinisikan secara luas sebagai buku, bab buku, esai, wawancara, diskusi, headline surat kabar dan artikel, dokumen sejarah, pidato, percakapan, iklan, dialog teater, percakapan informal, atau dalam bahasa komunikatif.

Palmquist (1990) melihat teks dalam konteks kejadian atau peristiwa berbeda dan komposisi peristiwanya. Teks dikodekan atau dipecah dan diuraiĀ  menjadi beberapa kategori, yang dapat dikelola pada berbagai peringkat kata, arti kata, frasa, kalimat, atau tema, dan diperiksa melalui analisis isi, sekurang-kurangnya terkait dengan analisis konseptual dan analisis relasional.

Analisis isi yang sudah dipergunakan sebagai metode sejak dekade 1940-an, tak cukup memadai untuk mengikuti arus besar pusaran dinamika makna kata secara esensial dalam penggunaannya. Termasuk dalam konteks programa siaran talkshow yang sangat dinamis.

Awalnya analisis isi dipergunakan terbatas pada penelitian yang memeriksa teks untuk frekuensi terjadinya istilah yang teridentifikasi (jumlah kata).

Pada pertengahan dekade 1950-an, analisis isi dipergunakan peneliti untuk mengulik konsep, bukan hanya kata-kata, dan hubungan semantik bukan hanya kehadiran, seperti diungkap de Sola Pool (1959).

Belakangan, bahkan, analisis isi sebagai metode, dipergunakan untuk mengeksplorasi model mental, dan kepentingan linguistik, afektif, kognitif, sosial, budaya dan sejarah (latar) para pengguna kata dalam programa siaran talkshow televisi.

Siapa saja, yang mendalami dan belajar secara tartil terkait dengan metode analisis isi, dapat menerapkan metode ini untuk beragam kajian lebih luas, mulai dari pemasaran komersial, pemasaran sosial, studi media, retorika, etnografi dan budaya, sosiologi dan ilmu politik, psikologi dan ilmu kognitif, dan banyak bidang penyelidikan lainnya.

Penggunaan analisis isi kian meluas, karena metode ini terkorelasi dengan sosiolinguistik dan psikolinguistik, sekaligus berperan integral dalam pengembangan kecerdasan buatan.

Berelson (1952) melihat penggunaan analisis isi untuk mengungkap perbedaan konten komunikasi internasional, mendeteksi keberadaan propaganda, identifikasi motif - fokus - tren komunikasi (individu, kelompok, lembaga), menjelaskan sikap dan perilaku terhadap komunikasi, menentukan kondisi psikologis (khasnya emosionalitas) orang dan kelompok,

Dalam konteks talkshow televisi, terutama ILC, bila hendak diteliti dengan metode analisis isi, terutama untuk membatasi subjektivitas, serta membatasi masalah reliabilitas dan validitas, termasuk untuk melihat tren dinamika sosial (termasuk politik) dalam konteks topik-topik yang diangkat, akan terlihat siapa sungguh lawan bicara RG.

Apalagi bila analisis isi difokuskan pada analisis konseptual dan relasional dengan analisis semantik, seperti dimaksudkan Palmquist. Ada beban berat yang harus dipikul oleh para lawan bicara RG, karenanya selalu cenderung menggunakan intuitive reason. Akibatnya sering terpelanting dan hilang kontrol, ketika RG yang relatif tanpa beban dan cermat dalam memilih kata dan menyusunnya dalam kalimat -- sebagai cermin kematangan dalam mengelola harmoni nalar - naluri - rasa dan dria.

Kata-kata yang melompat melalui mulut RG yang terolah cepat dengan kecerdasan logikanya, akan selalu menjadi momok bagi lawan bicaranya yang memikul beban berat. Terutama karena mereka harus memilih kata yang seolah-olah merupakan jendela realita dan pintu utama aksi yang mereka sendiri meragukannya.

Meski jarak fisik RG dengan lawan bicaranya sangat dekat -- hanya berbilang centimeter, inchi, dan meter, tapi jarak mental mereka sangat jauh. RG -- yang biasa naik turun gunung -- melompat dalam quantum mind, berjalan di atas paradigma, sedangkan lawan bicaranya dalam gunemcatur masih berkutat dalam katastrop fenomena.

Ini menarik bagi peneliti komunikasi massa dan komunikasi publik dalam menggunakan analisis isi (konseptual dan relasional) untuk penelitian tentang wajah gunemcatur televisi kita. Khasnya di tahun politik, jelang Pemilihan Umum Serentak 2019. |

Editor : Web Administrator
 
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 429
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1007
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 237
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 713
Momentum Cinta
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 714
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 871
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 822
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya