Fenomena Media Sosial

Kepribadian Topeng Maya, Penyebab Keberingasan di Media Sosial

| dilihat 1498

AKARPADINEWS| Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna media sosial terbanyak di dunia. Berdasarkan survei Pew Research Center, yang dilansir oleh Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL),  penggunaan media sosial di Indonesia, hampir tiga dari empat orang dewasa (72 persen) dengan pendidikan menengah atau lebih banyak menggunakan situs media sosial seperti Facebook. Survei tersebut melibatkan 30.133 orang responden di 27 negara yang dilakukan pada 14 Mei sampai 12 Agustus 2018.

Sayangnya, sebagian dari pengguna media sosial itu, menggunakan akunnya untuk “tampil” sangar. Mereka begitu beringas di media sosial dengan olahan status pada akun pribadinya dan komentar-komentarnya terhadap sebuah postingan orang lain. Bahkan, tak sedikit yang akhirnya menyebarkan hoaks, provokasi, hingga ujaran kebencian di akun-akun pribadinya.

Padahal, di dunia nyata para pengguna media sosial yang beringas itu tidak sesangar isi dari postingannya. Seolah-olah, ada dua kepribadian yang berbeda, satu kepribadian di dunia maya dan satu di dunia nyata.

Hal itu menjadi fenomena sosial yang cukup menarik untuk dibahas. Oleh sebab itu, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) menyelenggarakan Kampanye Publik Anti Hoaks dan Bijak Bermedia Sosial dengan tema “Dunia Maya VS Dunia Nyata” di Car Free Day (CFD) Sudirman, Jakarta Selatan.

Dalam kampanye terbuka itu, MAFINDO menyelenggarakan edukasi publik melalui diskusi terbuka dengan pembicara Ratih Ibrahim, Psikolog Klinis sekaligus Presidium MAFINDO. Pada diskusi yang diadakan pada pukul 07.00-10.00 WIB, Ratih menjelaskan salah satu faktor penyebab kepribadian topeng atau muka dua lantaran adanya sesuatu yang gagal untuk diekspresikan di dunia nyata.

“Sebenarnya bermuka dua ini bisa berakibat karena ia tidak punya sesuatu yang tidak tersalurkan. Ada yang menyalurkannya melalui karya, contohnya Adele yang kalau dia galau dia buat lagu dan lagunya bagus. Kalau lagunya tidak galau bukan Adele. Tapi, kadang bentuknya juga negatif. Mulai dari self harm hingga mem-bully (perundungan) kepada orang lain, termasuk melalui media sosial,” papar Ratih.

Hal lain yang menyebabkan seseorang memiliki kepribadian topeng di dunia maya ialah mencoba melakukan pembelaan diri atas keyakinan dalam diri pengguna media sosial. Pembelaan diri itu, jelas Ratih, jenisnya berbeda-beda.

“Jenisnya berbeda-beda. Ada yang self defense-nya norak. Ada yang sophisticated atau elegan. Tapi intinya sama, mereka mempertahankan keyakinan mereka dan melawan keyakinan orang lain,” ungkap Pendiri Personal Growth Indonesia tersebut.

Ratih menyarankan, bila memiliki kolega dengan kepribadian topeng baiknya untuk tidak memaksakan mereka berubah secepatnya dan didoakan untuk berubah lebih baik. Sebab, banyak orang yang memiliki kepribadian tersebut terkadang tidak dapat dipengaruhi orang luar.

“Biarin aja mereka. Karena saya pun jarang mendapatkan pasien yang mempunyai masalah seperti ini. Kalaupun ada ya karena didorong sama orang tuanya. Kalau ada temen yang seperti itu doakan saja mereka kembali ke jalan yang benar. Karena mereka juga mendoakan kita kembali ke jalan yang benar,” ucap Ratih sembari berkelakar.

Ratih pun mengatakan, bila kolega berkepribadian topeng itu menyebarkan hoaks, baiknya diberitahukan secara perlahan. “Kita bisa mengingatkan mereka secara perlahan bahwa apa yang disebarkannya adalah hoaks. Selain itu, perlu pula melaporkan hoaks itu kepada MAFINDO agar diperiksa faktanya,” pungkasnya.

Selain melakukan kegiatan diskusi publik, MAFINDO juga melakukan edukasi tentang hoaks kepada para pengunjung CFD Sudirman. Edukasi tersebut dikemas melalui beberapa permainan, yakni ular tangga cerdas bermedia sosial dan lempar dart. Permainan-permainan itu cukup menarik perhatian para pengunjung CFD.

Paparan Ratih dalam kegiatan tersebut merupakan bagian dari aksi MAFINDO bersama para relawan-relawannya untuk menangkal dan melawan hoaks di tengah masyarakat. Dewi S Sari, Direktur Operasional MAFINDO, mengungkapkan bahwa MAFINDO memiliki beragam kegiatan luring dan daring untuk melawan hoaks.

Adapun, Dewi berharap, melalui kegiatan semacam ini, masyarakat memahami  etika bermedia sosial dan tidak terperangkap hoaks. “Melalui kegiatan ini, MAFINDO berharap masyarakat memahami  etika bermedia sosial dan dapat mengantisipasi berita hoaks serta ujaran kebencian yang dapat menjadi bibit perpecahan persatuan,” ungkap Dewi.

Apa yang dilakukan oleh MAFINDO kiranya patut diberi apresiasi. Sebab, menangkal dan memberantas hoaks bukanlah tugas mudah. Apalagi, saat ini hoaks begitu masif tersebar di dunia maya, khususnya melalui media sosial.

Imunitas terhadap virus hoaks harus dipupuk oleh setiap pribadi warga Indonesia. Dengan begitu, masyarakat memiliki kesadaran dalam diri untuk tidak mempercayai informasi palsu atau hoaks.

Diketahui pula, MAFINDO memiliki beberapa buah karya yang kiranya bisa dimanfaatkan untuk melakukan verifikasi informasi. Pertama, MAFINDO secara aktif melakukan pemeriksaan fakta terhadap berbagai informasi yang beredar di masyarakat. Hasil periksa fakta tersebut dipublikasikan MAFINDO di platform Grup Facebook Forum Anti Fitnah Hasut dan Hoax (FAFHH), laman turnbackhoax.id, hingga aplikasi Hoax Buster Tools (HBT).

Selain itu, beberapa waktu lalu, MAFINDO juga sudah meluncurkan Kalimasada, yakni nomor kontak Whatsapp untuk melaporkan dan memerika informasi. Kalimasada tersebut merupakan salah satu hasil program kerjasama MAFINDO dengan Whatsapp.

Hoaks itu harus dilawan. Oleh sebab itu, tiap elemen bangsa Indonesia harus bersatu untuk melawannya. Mulai dari rakyat biasa hingga para elit-elit pemimpin bangsa ini.

LA Nurani

Editor : Muhamad Khairil
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 823
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1089
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1342
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1483
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 168
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 340
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 365
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 335
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya