Musisi Legendaris Iran

Maestro Musik Shajarian Masih Meninggalkan Ratapan

| dilihat 727

Yasmeen Isfahani

Sudah sepekan, sejak jenazahnya dimakamkan di kota kelahirannya, Mashhad - Provinsi Korasan, di Timur Laut Iran, pada Jum'at 9 Oktober 2020. Tapi, wajahnya masih menghiasi akun media sosial begitu banyak seniman  (musik dan film), serta sastrawan Iran.

Mohammad Reza Shajarian, penyanyi klasik Iran berbahasa Persia yang kerap melantunkan syair-syair puisi penyair dan begawan besar Iran yang dikagumi dunia, seperti Hafez, wafat pada Kamis, 8 Oktober 2020 di salah satu rumah sakit di Teheran, dalam usia 80 tahun.

Mohammad Reza Shajarian lahir pada tahun 1940 di kota Mashhad di Iran di provinsi timur laut negara itu, Khorasan

Shajarian pertama kali menyanyi melalui radio di rumah pamannya, pemain tar. Dia bernyanyi pertama kali, karena sangat menikmati siaran radio bersama pamannya, itu.

Sejak itu -- usianya 12 tahun --  dia tak pernah berhenti menyanyi, dan memberi warna serta sentuhan pada sejumlah lagu yang digubah komposer dari puisi-puisi sufi yang telah berusia berabad-abad.

Allahyarham seorang qari, dan belajar membaca al Qur'an kepada ayahnya sejak berusia 5 tahun.

Abbas Milani, seorang cendekiawan Iran menyebut, Shajarian yang mempunyai suara khas dan menyatu dengan petikan sitar atau oud Iran, memberi makna lebih segar atas lagu yang dinyanyikannya.

Dalam suatu pergelaran, dia menyanyikan lagu bertajuk Morghe Sahar (Burung Fajar). Milani mengemukakan kepada NPR, penonton terhanyut dan melakukan standing occasion dengan tepukan bergemuruh yang lama sekali.

"Burung fajar, mulailah meratap," lantunnya. Di akhir lagunya, Shajarian seolah ingin meminta burung-burung bernyanyi, sehingga malam penuh tekanan bagi para seniman 'pembangkang,' berakhir, dan hari pembebasan bisa dimulai.

“Burung kebebasan bernyanyilah untukku, perbarui kesedihanku,” lantunnya, lalu penonton serentak bernyanyi, mengikuti syair berikutnya. "Oh Tuhan, oh langit, oh alam, ubah malam kegelapan menjadi fajar."

Syair lagu yang berisi metafora dinyanyikan secara aksentuatif dengan penghayatan penuh dan teresonansi kepada banyak kalangan yang dianggap sebagai pembangkang oleh penguasa.

Menurut Milani, malam selalu menjadi metafora sebagai despotisme; musim dingin, hari-hari represi yang dingin. Dan lagu bertajuk 'Burung Fajar,' itu menjadi salah satu medium ekspressif yang menyuarakan dan mengekspresikan semangat kebangkitan menjemput kemerdekaan.

Pada malam setelah mendapat kabar Mohammad Reza Shajarian meninggal, orang-orang di luar rumah sakit berkumpul dan menyanyikan larik-larik dari lagu bertajuk 'Burung Fajar,' itu.

Sebagai penyanyi, bagian dari musik klasik Persia, Mohammad Reza Shajarian adalah sosok yang karena karya dan performanya, menjulang tinggi. bagi orang Iran karena keseniannya dan sikap publiknya terhadap pengunjuk rasa yang menentang pemerintah, meninggal pada hari Kamis di sebuah rumah sakit di Teheran. Dia berusia 80 tahun dan telah berjuang melawan kanker ginjal selama lebih dari satu dekade.

Kematian Shajarian diketahui khalayak, pertama kalinya, ketika wajahnya dan kabar kematiannya diposting oleh puteranya, sekaligus muridnya, Homayoun Shajarian di akun twitter-nya. Homayoun, yang juga dikenal sebagai  penyanyi dan pemain drum tonbak musik Iran, terkenal menampilkan gambar hitam, tanda kedukaan yang dalam di akun instagramnya.  

Di akun twitter yang ditulisnya dengan menggunakan bahasa Persia, pada Kamis petang, Homayoun Shajarian, menulis "Tanah di kaki orang-orang Iran terbang untuk bertemu orang yang dicintai."

Presiden Iran, Hassan Rouhani mengungkapkan dukanya, dan mengatakan Shajarian 'abadi' bersama lagu-lagunya. Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif men-tweet belasungkawa di akun twitter-nya, mengatakan, "Maestro Shajarian adalah 'duta bersar' Iran yang hebat dan sejati, bersama anak-anaknya dan - yang terpenting - (karya) budayanya."

Menurut Homayoun, allahyarham sangat konservatif dan religius, dan menganggap musik apa pun tidak haram, tidak boleh dilarang seperti membaca Alquran, seperti yang diungkapkan NPR's Morning Edition pada tahun 2010. Sikap, itu mengalir dari paman allahyarham yang selalu mendorong untuk mengeksplorasi musik klasik dan tradisi Persia.

Sikap itu merupakan sikap protes domestik di lingkungan keluarganya, ketika belia. Shajarian tumbuh dalam keluarga konservatif yang melarang musik.

Mohammad Reza Shajarian adalah seorang penyanyi Iran yang suaranya dianggap sebagai salah satu harta nasional negaranya, asset bangsa, yang kemudian menjadi pembangkang, ketika kelompok konservatif memenangkan pemilihan umum dan menempatkan Ahmaddinejad sebagai Presiden Republik Islam Iran.

Shajarian meminta penguasa untuk meletakkan senjata mereka dan berdialog dengan para pengunjuk rasa.

Allahyarham memprotes pemilihan yang disengketakan pada tahun 2009, itu dan meminta pemerintah menghentikan musik populernya dari radio, dan pemerintah kemudian melakukannya. Tetapi, sejumlah pemimpin ulama, menanggapi protesnya, dan meminta pemerintah melarang dia merilis album dan mengadakan konser di Iran.

Seniman utama dunia musik dan sastra Iran yang dipuji sebagai salah satu dari 50 penyanyi dengan suara hebat sepanjang masa, itu penyandang kemuliaan ostad - maestro - yang dicintai. Suaranya bisa membuat siapa saja menangis dengan kepedihan yang pilu, dan melambung bersama dalam jiwa. Lagu-lagu Shajarian juga dipandang 'sebagai' soundtrack kehidupan Iran.

Dia mempopulerkan musik klasik Persia untuk kalangan generasi baru dan terus menerus mengembangkan jumlah pengikut global, yang mengalami kisah tragis sepanjang pemerintahan Ahmadinejad yang didukung kaum konservatif, yang mengatur ketat dunia seni budaya.

Seorang penyanyi Iran yang suaranya dianggap sebagai salah satu harta nasional negaranya - dan yang kemudian bertentangan dengan rezim - telah meninggal. Mohammad Reza Shajarian, seorang pemain utama yang dipuji sebagai salah satu dari 50 Suara Hebat NPR sepanjang masa, berusia 80 tahun.

Dia mendapatkan gelar ostad - master - dan dicintai karena suaranya yang memerintah yang bisa menangis dengan rasa sakit yang menghantui dan melambung dengan dalam jiwa.

Sikap kritis yang disampaikan melalui karya-karya dan pernyataan sikapnya secara terbuka, membiuatnya masuk dalam daftar hitam, sampai terpilihnya Presiden Hassan Rouhani yang juga belum mencabut berbagai ketentuan yang masih dirasakan menjerat seniman. Antara lain, larangan membawa penyanyi dan musisi perempuan solo dalam tur ke luar negeri.

Suara allahyarham yang mampu menggelorakan aksi unjuk rasa, itu sesuatu yang seolah tak selaras dengan sikapnya yang rendah hati. Itu sebabnya, Homayoun Shajarian, menulis di akun Instagram-nya dengan satu baris kalimat lirih, "Debu di bawah kaki orang-orang terbang pulang untuk bertemu cinta sejatinya. "

Seruan Shajarian -- termasuk melalui lagu-lagunya -- melintasi generasi dan faksi politik, dan berita kematiannya memantik curahan kesedihan dari orang Iran di seluruh dunia.

Di Teheran, ribuan penggemar memadati jalan-jalan di luar rumah sakit tempat dia meninggal - orang-orang dari segala usia, mengenakan pelitup (masker) karena pandemi, mereka menangis dan menyanyikan beberapa lagunya yang paling terkenal yang mengandung metafora politik.

Mereka sambil menyalakan lilin, bagai mengenang ulang, bagaimana keberadaan dan karya-karya allahyarham pernah berubah menjadi protes besar dan meluas, kala polisi bergerak untuk membubarkan kerumunan.

Berkat perjuangannya, kini di Iran berkembang kelompok musik dan penyanyi klasik persia dan bergantian menampakkan kebolehannya di BBC London edisi Persia. Juga melakukan tour keliling dunia, termasuk para penyanyi dan musisi perempuan yang banyak menghiasi siaran televisi dan YouTube. |

Editor : Web Administrator | Sumber : berbagai sumber
 
Polhukam
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 243
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
05 Mar 24, 08:18 WIB | Dilihat : 422
Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif
22 Feb 24, 11:50 WIB | Dilihat : 317
Jalan Terjal Perubahan
18 Feb 24, 05:52 WIB | Dilihat : 272
Melayari Dinamika Kebangsaan dan Demokrasi
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 823
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1089
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1342
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1483
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya