Mengenang KH Maimun Zubair

Mbah Mun dan Hakikat Pernikahan

| dilihat 2784

Catatan Bang Sèm

Suatu malam, setahun lalu, di salah satu Pondok Pesantren Nuril Anwar - Maron, Kabupaten Purworejo, yang diasuh dan dibina Gus Chakim (KH Abdul Chakim Chamid).

Ketika itu, Gus Chakim menikahkan puterinya dengan santri, putera seorang Kyai salah satu Pondok Pesantren di Jawa Timur.

Begitu masuk, sudah ada Mbah Mun (KH Maimun Zubair) - ulama kharismatik di antara para Kyai.

Sebelumnya, beberapa kali saya menyambangi beliau di kediamannya. Begitu kami saling lihat, Mbah Maimun meminta saya duduk di barisan depan, di deretan beliau duduk bersama para Kyai dari berbagai pesantren.

Ketika saya cium tangannya, beliau memegang pundak saya, mendoakan, sambil berbisik, "Jaga kesehatanmu. Teruslah berkarya. Saya baca tulisanmu dan Gus Mus di Balaghi Kyai Hamid."

Lantas beliau berbisik dengan Kyai di sebelahnya, sambil memperkenalkan saya.

Di dekat pelaminan, seorang Kyai dari Jawa Timur memberikan nasihat pernikahan. Mbah Mun menyimak dengan tekun.

Setelah itu, beliau dimohon untuk memberikan nasihat pernikahan dan mendo'akan mempelai dan semua yang hadir.

Ulama tawaddu' yang air wajahnya memancarkan cahaya kedamaian ini kemudian menyampaikan nasihat pernikahan yang sangat khas. Ihwal kesetiaan dalam konteks kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, yang dikuatkan oleh rahmah.

Mbah Mun menasihati, keluarga yang sakinah, mawaddah, dan penuh rahmah menjadi pangkal kehidupan masyarakat, negara dan bangsa yang damai, tenteram, sejahtera, dan terhindar dari sengketa (friksi dan konflik).

Bilapun terjadi kondisi yang mengarah kepada kemungkinan terjadinya friksi dan konflik, segera atasi dengan kesadaran untuk menghidupkan gairah pada kebaikan, dilandasi kasih sayang. Mesti ada upaya dari setiap pribadi untuk mewujudkan kondisi yang sakinah, tenteram karena dihidupkan oleh sikap qana'ah. Yaitu, menerima apa yang Allah berikan, karena Allah lebih paham apa yang diperlukan manusia, katimbang apa yang diminta.

Sikap qana'ah ini yang memungkinkan tumbuh mawaddah. Kesadaran berkorban dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan hidup bahagia di dunia dan akhirat, serta terbebas dari petaka. Baik di dunia maupun di akhirat.

Ikatannya adalah cinta dan kasih sayang, yang ditumbuhkan oleh rasa saling menghormati, saling menghargai, dan saling melengkapi satu dengan lainnya.

Ini berlaku juga dalam kehidupan sosial sehari-hari di tengah dinamika masyarakat, negara, dan bangsa.

Lantas, Mbah Mun bercerita tentang nasab dan mengurai dengan sangat rinci dan menggugah, bagaimana nasab menjadi pegangan dalam mewujudkan suatu kondisi kehidupan sosial, yang dihidupkan oleh kualitas insaniah, mulai dari ahsanittaqwim - makhluk terbaik, sampai kualitas insan kami - manusia mulia.

Nasihat pernikahan yang disampaikan dalam bahasa Jawa, khas, di sana sini, mengundang senyum. Terutama ketika beliau bercerita, terlalu banyak kalangan yang salah tampa terhadap kehidupan rumah tangga Rasulullah Muhammad SAW.

Rasulullah menikah lebih dari satu, menurut Mbah Mun, bukan atas kemauannya sendiri. Melainkan karena ada 'perintah' untuk menyelamatkan anak-anak yatim dan janda para syuhada, sehingga gairah syiar Islam terpelihara.

Karenanya, Rasulullah hanya sekali saja menikah dengan gadis, yaitu Siti Aisyah puteri Abu Bakar Shiddiq, selebihnya Rasulullah menikah dengan janda yang memikul beban berat dan harus diringankan. Ghirah yang kemudian hidup dalam rumah tangga Rasulullah adalah ghirah dalam konteks berlomba-lomba berbuat kebajikan, fastabiqul khairaat.

Beliau 'menyentil,' belakangan hari, banyak kyai yang hanya melihat dari satu sisi saja, bahwa Rasulullah menikahi beberapa perempuan sebagai istrinya, tanpa mau mendalami, asbab atau alasan utama mengapa pernikahan itu terjadi.

Rasulullah tak akan melakukan sesuatu yang tidak dipandu oleh wahyu Allah. Sekarang, ujar Mbah Mun, banyak yang menikah lagi - lebih dari satu, karena istiharah.

Nasihat indah Mbah Mun ini membuka wawasan saya tentang hakekat istiharah yang sesungguhnya merupakan permohonan kepada Allah yang diinisiasi oleh tafsir atas fenomena dalam interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Jangan cepat menduga, sesuatu yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari merupakan jalan takdir, karena wahyu Allah, terakhir hanya diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW belaka.

Mengutip berbagai kitab, Mbah Mun membuka wawasan dengan sangat cerlang tentang hakekat nikah dan pernikahan. Pun tentang hakekat do'a, termasuk istiharah, dalam keseluruhan konteks kehidupan insan.

Saya pamit kepada Mbah Mun dan para Kyai malam itu, sepanjang jalan dari Maron ke Magelang, saya merenung tentang banyak hal terkait dengan pernikahan.

Saya sampai pada kesimpulan sendiri, bila sudah beristri, jangan pernah berinisiatif menikah lagi, tanpa Allah menggerakkan situasi yang penuh mawaddah dan rahmah sungguh menghampiri. Misalnya, inisiatif dan restu isteri pertama dan seterusnya. Kata kuncinya adalah kendalikan nafsu dan ubah menjadi cinta, kendalikan hasrat asmara dan ubah menjadi kasih sayang.

Mbah Mun, yang wafat hari Selasa (6/8/19) - hari ketika Allah menurunkan ilmu pengetahuan bagi ketentaraman hidup manusia untuk mensyukuri nikmat semesta yang diciptakan-Nya, berpulang dalam kasih sayang-Nya.

Allah memudahkan beliau pulang ke haribaan-Nya di Makkah al Mukarramah dan dimakamkan di Ma'la. Di kota yang selalu dijaga oleh kasih sayang Allah, dan kita di sini.. di tanah air, mestinya mengalirkan cinta kepada beliau dengan mengamalkan begitu banyak ajaran hikmah dan kebajikan yang beliau tinggalkan.

Lagi, kita kehilangan panutan, orang tua yang selalu menjadi solusi kebajikan untuk kehidupan negeri yang damai dan tenteram, dan insyaAllah dalam ampunan Allah, bila kita tahu diri. Sikap keadaban yang beliau teladani. |

Editor : Web Administrator
 
Humaniora
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 102
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 519
Momentum Cinta
12 Mar 24, 01:26 WIB | Dilihat : 527
Shaum Ramadan Kita
09 Mar 24, 04:38 WIB | Dilihat : 446
Pilot dan Co Pilot Tertidur dalam Penerbangan
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 634
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 784
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 751
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya