Reuni Mujahid 212 Referensi Relasi Rakyat dengan Media

| dilihat 1366

Opini N. Syamsuddin Ch. Haesy

Emanuel Dalbo, seorang jurnalis, menulis dalam blognya (14/11/18) tentang jurnalisme dan jurnalis. Artikel bertajuk "Rôle du journal et mission du journaliste," itu menarik disimak.

Dalam salah satu bagian artikelnya itu, Dalbo menulis: Le journaliste est celui là-même par qui s’accomplit la fonction sociale du journal. L’information, c’est l’objet qui donne valeur et sens au journal.  Jurnalis adalah manusia yang fungsi sosialnya memenuhi surat kabar (media). Informasi adalah objek yang memberi nilai dan makna bagi surat kabar (media).

Dalbo mengutip pandangan Devirieux Claude Jean, yang terkenal dengan pandangannya dalam Manifeste pour la liberté de l’information, Montréal (1971). Menurut Devirieux,  seorang wartawan adalah insan yang mencari fakta menarik tentang kekinian manusia, termasuk tindakan dan pikiran manusia saat ini dan memberi kepada manusia lain, apa yang seharusnya mereka ketahui.

Karenanya, media beroleh peran fungsional secara sosiologis, sebagai kekuatan moral, yang dalam konteks trias politica (yang paling dasar) melengkapi peran eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam sistem ketatanegaraan.

Karenanya, jurnalis, jurnalisme dan media, tak hanya menjalin hubungan sosial dengan seluruh kalangan, baik rakyat pada umumnya maupun penguasa. Karenanya, dalam mengemban amanah profesinya, jurnalis hanya berkomitmen melayani khalayaknya, tak peduli mereka siapa, apa latar belakangnya, bagaimana pula posisinya dalam masyarakat dan negara.

Jurnalis, tulis Dalbo, membebaskan setiap individu khalayaknya untuk menggunakan informasi yang disampaikannya (secara tepat dan benar sesuai dengan standar kode etik jurnalistik dan hukum yang mengaturnya).

Pandangan Dalbo menarik, untuk saya.  Terutama, karena Dalbo menyegarkan kembali pelajaran pertama dan dasar seorang jurnalis. Selain harus bertegak pada cara yang benar dalam melakukan praktik jurnalisme, kudu taat pada kaidah-kaidah dan norma yang berlaku, juga musti sadar, bagaimana dia mesti mengabarkan apa yang semestinya dikabarkan, kendati secara pribadi dia tak suka.

Jurnalis kudu menyampaikan informasi tentang sesuatu momen dan peristiwa, yang menjadi hak khalayak, kendati ia tak suka -- karena berbagai alasan, termasuk alasan politik.

Dalam konteks ini, saya sepandangan dengan Aldo Falkoni, tentang fungsi media. Yakni: Menyampaikan informasi kepada khalayak, tentang apa yang terjadi di negara mereka dan di dunia, dan membuka ruang opini dan pendapat khalayak untuk membincangkan dan mengkaji momen atau peristiwa itu.

Dengan cara itu, media mempromosikan realitas dalam suatu momen dan peristiwa, yang diharapkan berdampak positif bagi perubahan masyarakat. Antara lain, meminjam pandangan Kasonga, membangkitkan kesadaran khalayak, membentuk opini publik yang mendorong transformasi sosial, dan mendorong tanggungjawab sosial secara simultan terhadap kemajuan masyarakat, negara dan bangsanya.

Dalam konteks kekinian dan ke-di sini-an, khasnya momen dan peristiwa Reuni Mujahid-Mujahidah 212, pada Ahad (2/12/18) TV-One, Rakyat Merdeka, Republika, dan sedikit media lainnya telah memainkan perannya sebagai medium yang mempertemukan dialektika antara khalayak dengan masyarakatnya.

Mereka memberikan kepada khalayaknya, hak untuk memperoleh informasi secara proporsional. Terutama dalam konteks peran mediasi media.

Mereka tidak menekuk hak khalayak atau konsumen media, hanya karena kebijakan redaksi atau news room policy yang tidak memandang penting momen dan peristiwa itu.

TV-One, Rakyat Merdeka dan Republika, dan sedikit media lain, sesungguhnya hanya menjalankan fungsi primer media, menempatkan jurnalisme dan jurnalis pada tempatnya yang wajar.

Ketiganya menjadi sangat istimewa, karena banyak media arus utama yang tidak ambil peduli atau sekadarnya menginformasikan momen dan peristiwa yang sungguh positif itu.

Momen dan peristiwa Reuni Mujahid - Mujahidah 212, tak hanya mencitrakan kebaikan bagi penyelenggara dan partisipannya, serta umat Islam yang secara demografis merupakan khalayak terbesar di negeri ini. Momen dan peristiwa itu mencitrakan kebaikan dan keadaban bagi (masyarakat, negara, dan bangsa) Indonesia sebagai suatu bangsa yang maju, modern, dan beradab.

Momen dan peristiwa Reuni Mujahid - Mujahidah 212, mengabarkan kepada dunia (karena dipublikasikan oleh banyak media internasional) tentang keadaban dan peradaban Indonesia yang sedang berada dalam proses konsolidasi demokrasi, selepas gagal menjaga gerakan reformasi yang melincir menjadi gerakan deformasi.

Momen dan peristiwa Reuni Mujahid - Mujahidah 212, menjelaskan kepada dunia, bahwa demokrasi tak semata-mata sebagai sistem untuk berlomba meraih kekuasaan. Karena terbukti, jutaan orang yang berhimpun di Lapangan Monas menunjukkan hakikat demokrasi sebagai cara mencapai harmoni kebangsaan.

Secara historis, lapangan Monas telah menyambung momen historis, bila hendak ditarik dari momen dan peristiwa Rapat Akbar 19 September 1945, ketika rakyat berkumpul menyimak pidato Bung Karno dan menegaskan komitmen kebangsaan, memelihara dan mempertahankan Negara Republik Indonesia.

TV-One, Rakyat Merdeka, Republika dan sedikit media lain yang memberi porsi pemberitaan proporsional atas momen dan peristiwa Reuni Mujahid-Mujahidah 212 telah mau dan mampu menjaga muruah media, sebagai medium dialektika rakyat dengan negara.

Pada media-media tersebut, masih terasa spirit pers perjuangan justru ketika secara industrial, media sedang berada pada rembang sandhyakala.

Mempertahankan dan memberikan aksentuasi atas peran fungsional media secara proporsional, pun bagian dari kesadaran kreatif dan inovatif untuk membangun relasi media dengan konsumennya.

Tak soal, banyak media arus utama mengabaikan momen dan peristiwa yang berkembang sebagai monumentasi historis, itu. Jangan pula heran, bila kelak khalayak mengabaikan mereka. Apalagi kini, ketika setiap orang bisa menuliskan berita dan mengabarkan informasi lewat gadget di genggaman tangan mereka.

Reuni Mujahid Mujahidah 212 secara alamiah menentukan relasi media dengan rakyat. |

Editor : Web Administrator
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 714
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 871
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 823
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1159
Rumput Tetangga
Selanjutnya