108 Tahun Bergerak untuk Bangsa

Secercah Harapan kepada Muhammadiyah

| dilihat 548

N. Syamsuddin Ch. Haésy

Salah satu sisi  wajah Islam di Indonesia terlihat dalam Persyarikatan Muhammadiyah, yang didirikan KH Ahmad Dahlan di Kampung Kauman, Jogjakarta, 18 November 1912.

Organisasi yang namanya, secara harafiah bermakna pengikut Rasulullah Muhammad SAW dalam keseluruhan konteks ke-Islam-an (aqidah, syariah, muamalah, dan akhlaq) ini, lahir, hadir dan mengalir di tengah tumbuh dan berkembangnya kesadaran kebangsaan, menyusul kelahiran dan kehadiran Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam. Diikuti oleh Nahdlatul Ulama (NU), Al Irsyad al Islamiyah, dan berbagai organisasi kemasyarakatan Islam lainnya.

Membicarakan perkembangan Indonesia modern, tak bisa melepas dimensi peran aktif dan tanggungjawab organisasi ini. Tak hanya sebagai organisasi dakwah yang berorientasi pada perjuangan eksistensi Indonesia sebagai suatu baldah thayyibah wa rabbun ghafur - negara bangsa yang unggul dan dalam pemeliharaan keampunan Ilahi.

Sejak berdirinya hingga kini, boleh dikata, secara keorganisasian, Muhammadiyah sangat konsisten dan konsekuen dalam menjunjung tinggi ajaran Islam sebagai ad dhien, jalan kehidupan, way of life, sampai terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sekaligus memainkan peran strategis sebagai suatu gerakan Islam da'wah Islam amar ma'ruf nahyi munkar, sekaligus melakukan transformasi (tajdid) yang bersumber pada al Qur'an dan as Sunnah as Sahihah.

Muhammadiyah memberikan contoh yang jelas dan amat benderang, bagaimana memainkan peran strategis di lapangan dakwah yang nyata, melalui dakwah bil litsan dan dakwah bil hal.

 

Melalui ribuan lembaga pendidikan, rumah sakit, dan sentra-sentra layanan kesejahteraan umat lainnya, termasuk lembaga ekonomi keumatan, dari masa ke masa Muhammadiyah berada di garda depan mewadahi umat Islam Indonesia untuk menjawab tantangan, melihat peluang, melakukan introspeksi dan melihat potensi - kekuatan umat yang relevan dengan perkembangan zaman.

Gerakan dakwah Muhammadiyah (bil litsan dan bil hal) dalam konteks aktualisasi prinsip amar ma'ruf nahyi munkar, juga jelas dan konsisten. Antara lain melalui prinsip-prinsip budaya sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Al Qur'an dan as Sunnah as Sahihah, bil hikmah wal mauidzah hasanah (dengan kearifan dan komunikasi yang baik).   Hasilnya adalah kesadaran, antusiasme, simpati, empati, apresiasi, dan respek yang menghidupkan ukhuwah dan ta'awun.

Nilai-nilai ini sudah ditanamkan dan dibangun di dalam lingkungan keluarga, komunitas, dan institusi pendidikan Muhammadiyah.

Bergerak ke masa depan, berpijak pada nilai-nilai hidup dan budaya, yang menegaskan prinsip kebangsaan dalam nafas ke-Indonesia-an, ke-Islam-an, dan ke-Ilmu-an kita meyakini Muhammadiyah dapat memainkan fungsi strategisnya yang lain, memediasi kepentingan publik (umat Islam) dan Republik (negara) dengan formulanya yang khas.

Formula Muhammadiyah (dalam pandangan saya), antara lain: tegas tanpa harus keras, melayani tanpa kehilangan integritas, efektif - efisien dan tepat sasaran dalam melayani, memuliakan tanpa kultus individu, egaliter dan kosmopolit tanpa kehilangan identitas, elegan tanpa kehilangan karakter, unggul tanpa merendahkan. Saya meyakininya sebagai cerminan budaya yang melekat dalam performa Muhammadiyah, melalui para tokoh dan institusinya.

 

Muhammadiyah kini mempunyai peluang menjawab tantangan 'menaklukan' pandemi penyakit, apapun jenis dan ragamnya. Universitas Muhammadiyah di seluruh Indonesia, memungkinkan untuk menggerakkan ilmuan dan fakultas-fakultasnya untuk melakukan sinergi, melakukan penelitian khas terkait vaksin berbasis isyarat ilahiyah di dalam Al Qur'an dan cara Muhammad Rasulullah mengatasi wabah di masanya. Termasuk bagaimana mengelola biosfer sebagai ekosistem yang meliputi biota (organisme hidup) maupun abiotik  yang tidak hidup), tetapi darinya mereka memperoleh energi dan nutrisi. Termasuk pengembangan pengetahuan lingkungan bumi meliputi atmosfer, hidrosfer, litosfer, dan biosfer.

Penelitian itu bisa dilakukan paralel dengan penelitian lain yang berkaitan dengan proses ikhtiar membalik kemiskinan (bukan mengentaskan kemiskinan) dengan multi disiplin keilmuan. Tak terkecuali dalam melakukan reaktualisasi ajaran Islam terkait dengan tata kelola ekonomi yang berorientasi pada universe prosperity (kesejahteraan semesta), sebagai pilihan utama, setelah terbukti kapitalisme global atau sosialisme mondial, tak lagi relevan dengan perkembangan orientasi baru umat manusia di dunia.

Melalui Universitas dan lembaga-lembaga penelitian atau kajian yang berada dalam naungan Muhammadiyah, amat perlu dilakukan berbagai penelitian dan kajian esensial yang aplikabel dan mudah diterapkan. Khasnya dalam merespon perkembangan mutakhir singularitas sebagai bagian tak terpisahkan dari perkembangan sains, sistem komputasi, teknologi informasi, dan artificial intelligent.

Pada gilirannya kajian atau penelitian ini mempunyai manfaat yang luas dalam menghidupkan kesadaran kolektif bangsa 'melayari' transhumanisme, untuk tetap menjaga keseimbangan kecerdasan dan keterampilan dengan kearifan dan kesadaran religius. Khasnya, dalam mempraktikan dalam realitas nyata 'amal ilmiah' - 'ilmu amaliah.'

Kesemua itu bertalian dengan dinamika perkembangan pemikiran terkait dengan sustainable development goals (SDG's) sebagai salah satu cara dalam merancang peradaban baru yang sesuai dengan nilai kemanfaatan eksistensial manusia sebagai rahmat atas semesta.

 

Saya selalu yakin dan percaya, dalam situasi negara dan bangsa melintasi lorong remang sejarah yang panjang kini, Persyarikatan Muhammadiyah selalu mau dan mampu menyerap inspirasi di balik tantangan sulit yang sedang dihadapi umat manusia kini.

Bila 108 tahun lalu, KH Ahmad Dahlan dan kemudian Nyai Ahmad Dahlan mampu mengelola berbagai inspirasi dari realitas umat Islam yang berada dalam tekanan dan terjebak oleh keterbelakangan dan kemiskinan, saya yakin dan percaya, kini para tokoh dan pemimpin Muhammadiyah mampu mengelola inspirasi dan aspirasi umat di tengah kejumudan, sehingga selalu menemukan dan memberi solusi-solusi terbaik bagi bangsa ini.

Dengan sesanti, "Hidup-hidupkanlah Muhammadiyah dan Jangan Mencari Hidup di Muhammadiyah," kita mesti hidup-hidupkan terus  nilai kepeloporan Muhammadiyah di tengah perubahan zaman yang teramat cepat.

Tahniyah 108 Tahun Muhammadiyah dengan "Islkam berkemajuan..," dan jangan pernah lelah merawat bangsa ini! |

 

Editor : Sem Haesy | Sumber : foto foto berbagai sumber
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 914
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1151
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1407
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1551
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Energi & Tambang