Seonggok Batik Berwiru

| dilihat 1269

PESTA pernikahan Ima dan Arif berlangsung sudah. Keharuan dan kemeriahan merebak dan menyeruak. Semua sanak keluarga mengekspresikan sukacita, karena puteri yang dicintai itu, akhirnya berhasil melepas masa lajangnya. Apalagi, Arif sang suami, meski nampak muda usia, terkesan dewasa.

Tak seorang pun yang mafhum, di balik kemeriahan dan sukacita pesta pernikahan itu, hati Fitria, sang bunda basah oleh air mata.

Sejak rencana pernikahan berlangsung, Ima banyak berubah. Ia tak lagi menjadi gadis yang lembut hati. Sikapnya, seringkali melukai hati Fitria, ibunya. Tak mau diatur, dan sibuk mengatur dirinya sendiri.

Belia molek itu lebih suka menyenangkan hati ibu mertuanya, katimbang memuliakan Fitria sebagai ibunya sendiri. Pada hari-hari menjelang pernikahan berlangsung, Ima sungguh sudah di luar kendali Fitria.

Ia tak lagi bisa merasakan bulir air mata yang netes dari mata Fitria, yang telah memberikan kasih sayang sangat luar biasa kepadanya.

Ima hanyut oleh suasana kehidupan barunya, dan terseret pada telaga fantasi kehidupan baru. Ima seolah menjadikan momentum pernikahannya, sebagai gerbang kehidupan baru, yang memerdekakan dirinya dari aneka nilai yang diberlakukan Fitria, ibunya. Ima tak mau merasakan, bagaimana pedihnya hati Fitria, ketika kain batik yang diwiru-nya hingga larut malam, mengikuti tradisi kehidupan keluarga, dicampakkan begitu saja oleh Ima.

“Kain batik berwiru semacam ini, telah kuno ma. Kuno”, seru Ima, saat Fitria, berharap Ima mengenakan batik yang diwirunya itu mesti dikenakan saat akad nikah berlangsung.

Fitria terpukul, ketika Ima melempar begitu saja kain berwiru yang diberikan Fitria, dan dengan mata melotot, serta suara bernada tinggi, Ima bilang, hanya ingin mengenakan kain batik yang dipilihkan ibu mertuanya.

“Sudahlah, mama gak usah repot. Mama duduk manis saja. Gak usah pusing aku mau pakai apa. Aku punya pilihan sendiri. Ini pernikahanku, Ma.. pernikahanku”, seru Ima.

Fitria yang pandai menyimpan deritanya, diam tertunduk. Pernyataan Ima, puteri kesayangannya, sedemikian menusuk dan melukai hatinya.

Ia segera melipat kembali kain batik yang telah diwirunya. Menyimpannya di dalam almari. Sebagai ibu, Fitria seperti kehilangan rasa percaya diri.

Ia tak membayangkan sama sekali, kalau Ima yang dibesarkannya dengan kasih sayang, melintasi jalan panjang kehidupan penuh sukacita dan dukacita, akan memperlakukannya seperti itu.

Dalam diam, akhirnya Fitria bersikap. Ia memaknai pernikahan Ima, sebagai batas terakhirnya sebagai ibu untuk berharap. Dalam do’a di hening shubuh, itu Fitria bergumam, “Ya.. Allah, kucukupkan seluruh hati dan perasaanku, untuk tak lagi berharap apapun kepada Ima, puteriku. Hamba mohon, lindungilah ia, dan berikan jalan kebaikan kepadanya sebagai isteri dan ibu bagi anak-anaknya kelak”.

Ketika akad nikah berlangsung, ia tak melihat sedikitpun keharuan di wajah Ima. Sukacita yang dilambungkan oleh fantasi dan kehendak membebaskan diri dari segala harap sang ibu, sungguh mendominasi.

Ima sungguh tak pandai merasa, bagaimana Fitria dalam kesendiriannya, terluka oleh sikapnya. Ibu yang lembut hati, itu hanya bisa menahan tangis, ketika matanya membentur kain batik yang dikenakan Ima.

Sesaat, di benaknya melintas bayang: kain wiru yang ia lipat dengan tangannya sendiri, dan bertahun-tahun ia siapkan untuk dikenakan sang puteri di saat pernikahannya, hanya menjadi seonggok kain tanpa makna.

Fitria berusaha memahami, seringkali manusia hanya bisa berharap, dan harus siap kecewa, ketika harapannya tak mewujud menjadi kenyataan. Ia menarik nafas sesaat, lalu berusaha ikhlas, meletakkan seluruh harapannya kepada Ima di lipatan kain batik berwiru, yang teronggok di almari tua, peninggalan orang tuanya.. |

 

 

Nama-nama dalam cerita mini ini adalah fiktif

Editor : Web Administrator
 
Ekonomi & Bisnis
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 276
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 139
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Humaniora
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 102
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 518
Momentum Cinta
12 Mar 24, 01:26 WIB | Dilihat : 526
Shaum Ramadan Kita
09 Mar 24, 04:38 WIB | Dilihat : 446
Pilot dan Co Pilot Tertidur dalam Penerbangan
Selanjutnya