Ketika nalar, naluri, rasa dan dria tidak dikelola secara seimbang dan kepemimpinan puncak negara mengabaikan keseimbangan, arogansi kekuasaan menghentak, dimensi kekuasaan hilang nilai kemanusiaannya.
Arogansi kekuasaan semacam itu boleh disebut sebagai Trumparrogance. Yakni arogansi kekuasaan sebagaimana tercermin dari laku lajak dan kepongahan Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Baik pada kali pertama (2017-2021) maupun yang sedang dilakoninya kini (2025 - 2029).
Kemarin-kemarin arogansi Trump dengan politik dagang reciprocal yang populer dengan istilah 'tarif Trump' memantik keribetan dan ketidakpastian yang memantik kegamangan ekonomi dunia. Trumparrogance seolah menggerakkan gelombang demonstrasi lebih besar di hampir seluruh AS.
Kini, ketika trumparrogance mengulang closed door policy dengan menerapkan politik imigrasi yang keras dan kaku, meledaklah demonstrasi kaum imigran yang oleh Trump dikategorikan sebagai kejahatan dan pemberontakan.
Hanya lantaran para demonstran mengibarkan bendera Meksiko, Trump secara serta-merta menuding demonstrasi itu dipengaruhi oleh 'invasi asing.'
Dia menuding, setidaknya Republik Meksiko berada di balik demonstrasi tersebut. Tak jauh dengan tudingannya ketika sebagai Presiden Amerika Serikat kali pertama. Kala itu dia menuding Venezuela sebagai 'pihak asing' yang berada di belakang aksi demonstrasi penolakan deportasi iamigran.
Claudia Sheinbaum Pardo, Presiden Meksiko ke 66 (sejak 2024) menolak tudingan tersebut. Presiden ilmuwan energi dan perubahan iklim kelahiran 24 Juni 1962, itu menolak keras tudingan Trump.
Hari Senin (9/6/25) kala demonstrasi terjadi di Los Angeles - California, perempuan pertama yang dipercaya rakyatnya sebagai Presiden AS tersebut dengan lantang menyuarakan sikapnya menolak demonstrasi dengan kekerasan.
Sheinbaum bahkan menyatakan, para migran Meksiko dipersilakan kembali ke negaranya, jika mereka ingin kembali.
"Kami menyerukan larangan kekerasan," katanya. "Para konsul diinstruksikan untuk tetap berhubungan dengan 35 warga Meksiko yang ditahan dan keluarga mereka, dan yang terpenting, untuk mengakui pekerjaan sesama warga Meksiko di sana."
Reaksi Presiden Mexico Sheinbaum
Sheinbaum juga menekankan bahwa pemerintah Meksiko akan terus melakukan upaya diplomatik atas nama warga negaranya.
"Pemerintah Meksiko akan terus menggunakan semua saluran diplomatik dan hukum yang tersedia untuk menyatakan ketidaksetujuan melalui jaringan konsulernya dengan praktik-praktik yang mengkriminalisasi imigrasi dan membahayakan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat kita di Amerika Serikat," katanya.
Gubernur California Gavin Newsom dan Walikota Los Angeles Karen Bass kecewa berat, karena Trump 'ujug-ujug' mengerahkan 4000 pasukan Garda Nasional dan 700 marinir ke Los Angeles.masih mengandalkan Polisi Los Angeles menangani massa demonstran,
Trump mengabaikan Gubernur Newsom dan Walikota Bass dengan membalik informasi seolah-olah sudah terjadi komunikasi dengahn Newsom. Padahal, menurut Newsom sebagai diberitakan berbagai media secara luas, tak ada komunikasi tersebut.
Tindakan Trump itu menunjukkan 'trumparrogance' yang nyata. Pongah sekaligus semena-mena. Karenanya, Newsom menolak keputusan tersebut dan menggugatnya ke pengadilan.
Analis militer, Letnan Jendral purnawirawan Reginald Centracchio kepada 12 News menyebut keputusan Trump mengerahkan pasukan Garda Nasional dan Marinir ke LA tanpa koordinasi dengan Newsom adalah tindakan gegabah dan mengabaikan prosedur.
Biasanya, pasukan Garda Nasional dan militer baru dikerahkan bila gubernur meminta dukungan, apabila sumber daya penegakan hukum setempat sudah sungguh kewalahan.
Centracchio menegaskan kembali, selama masa damai, gubernur adalah panglima tertinggi Garda Nasional dan memiliki kewenangan untuk memintanya ke tugas aktif negara bagian, sebagaimana presiden memiliki kewenangan untuk menugaskan mereka melaksanakan tugas federal. Trump, menurut Centracchio telah melampaui wilayah kewenangan gubernur.
Karenanya, Newsom dan polisi di wilayah negara bagiannya menolak dan memprotes kehadiran Garna Nasional dan Marinir. Lantaran kehadiran mereka memicu eskalasi demonstran.
Jangan Menyerah
Los Angeles pun membara dan menjadi korban yang sangat merusak dan menyeret kota itu dan California ke tebing krisis. Demonstran meningkatkan perlawanan dengan brutal dan anarkis. Mereka menghunjam puluhan mobil dinas kepolisian dengan batu-batu besar, lalu menghancurkan dan membakarnya.
Newsom menyatakan, "Demokrasi sedang diserang di depan mata kita. Momen yang kita takutkan telah tiba... Yang paling diinginkan Donald Trump adalah menjadi kaki tangan di momen ini. Jangan menyerah kepadanya."
Lantaran marah kepada Trump, beberapa waktu lalu Newsom pernah melontar niat membawa negara bagian California keluar dan memisahkan diri dari Amerika Serikat. Niat itu mengemuka, ketika api kebakaran hutan yang memusnahkan beberapa bagian wilayah California.
Trumparrogance makin nampak, ketika Trump dengan pongah dalam wawancara dengan Pod Force One milik The New York Post, menjelaskan mengapa dia "bisa lebih kuat dalam menyerang Los Angeles" dibandingkan dengan yang tindakannya pada pertama kepemimpinanya.
'Saya bisa lebih kuat,' kata Trump, kendati pernyataannya itu sedang menunjukkan, bahwa dia baru saja mulai melemahkan klaim 'invasi'-nya.
Demonstrasi anarkis dan kian brutal, kini tak hanya terjadi di Los Angeles - California. Sudah menjalar ke San Francisco, New York, Boston, Chicago, Atlanta, dan ke hampir seluruh negara bagian.
Tudingan berdasar alasan intuitive Trump perihal 'invasi asing,' hanya ilusi semata yang diformulasikan seolah-olah sebagai fakta. Padahal tidak ada. Itu sebabnya, pada sidang Senat hari Rabu (11/6/25), Ketua Kepala Staf Gabungan Letnan Jenderal purnawirawan Dan Caine tegas menyatakan, Amerika Serikat saat ini sedang tidak menghadapi ancaman semacam itu.
"Saya pikir saat ini, saya tidak melihat ada orang asing yang disponsori negara yang melakukan invasi," kata Caine, menanggapi pertanyaan senator dari Partai Demokrat.
Trump : "Invasi Asing"
Analis politik Al Jazeera, Joseph Stepansky (Selasa, 10/6/25) melihat trumparrogance kian nampak menyolok, ketika Trumop menyikapi protes dan gugatan Newsom.
Juga tercermin dari ucapan Kepala Pentagon Pete Hegseth yang mengatakan, militer "memasuki fase lain" yang dapat membuat Garda Nasional dikerahkan lebih sering dalam konteks domestik, terlepas dari persetujuan pejabat negara bagian.
Itu sebabnya, mosi darurat Newsom untuk memblokir pengerahan pasukan Trump, diabaikan Trump. Padahal, hakim di pengadilan, baru akan bersidang pada hari Kamis.
Pada aat nyaris berbarengan waktunya dengan situasi kian rusuh, Trump muncul di Fort Bragg, North Carolina, untuk menggalang dukungan bagi para prajurit menjelang parade militer untuk memperingati hari jadi Angkatan Darat AS yang ke-250.
Trump menggemakan retorikanya yang keras terhadap protes di Los Angeles, dan memperingatkan, setiap demonstrasi pada parade militer akhir pekan ini akan ditanggapi dengan "kekuatan yang sangat besar".
Dalam pidato di lapangan terbuka -- laiknya kampanye -- di pangkalan militer di North Carolina, itu Pdalam pidatonya, Trump lebih banyak bicara soal politik. Dalam pidatonya, itu dia mengecam protes gerakan "deportasi massal"-nya di California. Dia menyerang lawan-lawan politiknya dari Partai Demokrat.
"Generasi pahlawan Angkatan Darat tidak menumpahkan darah mereka di pantai yang jauh hanya untuk menyaksikan negara kita dihancurkan oleh invasi dan pelanggaran hukum dunia ketiga di sini, di dalam negeri, seperti yang terjadi di California," kata Trump kepada khalayak. “Sebagai panglima tertinggi, saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Itu tidak akan pernah terjadi,” sambungnya.
Trump menggambarkan dan menegaskan kembali para peserta demonstran merupakan “perusuh yang membawa bendera asing dengan tujuan melanjutkan invasi asing ke negara kita.” Trump telah membingkai aksi demonstrasi para imigran sebagai 'invasi' kriminal untuk membenarkan penggunaan undang-undang masa perang seperti Undang-Undang Musuh Asing tahun 1798.
Ancaman untuk Pembakar Bendera AS
Trump juga terus menyerang inisiatif keberagaman di militer. Ia menyerukan pemulihan kekuatan militer, mengecam para politisi di Partai Demokrat, dan menyerukan tindakan keras terhadap para pengunjuk rasa yang menentang pemerintahannya.
Saat bersamaan, dalam pidatonya ia nampak nyata menggalang dukungan bagi pengesahan undang-undang anggaran khasnya, bertajuk “One Big Beautiful Bill.”
RUU tersebut terancam gagal, karena Partai Republik dan mantan sekutu seperti Elon Musk mengkritik usulan peningkatan utang nasional dan berbagai ketentuan yang terkubur dalam ribuan halamannya.
Trump terus berusaha 'menjual' RUU tersebut sebagai keuntungan bagi militer AS. Menurutnya, RUU tersebut akan mendatangkan 'investasi yang memecahkan rekor' bagi angkatan bersenjata.
Ia juga mengecam inisiatif keberagaman di militer, tema lain yang sudah lama muncul selama masa jabatan keduanya.
Ia menyatakan, "Di bawah pemerintahan Trump, kami fokus memulihkan semangat angkatan bersenjata AS. Tidak ada prajurit yang pernah mengajukan diri untuk Angkatan Darat diberi kuliah tentang keberagaman atau inklusi transgender."
Dengan gaya retorikanya yang khas, Trump menyatakan, para patriot Amerika bergabung dengan tentara untuk mendobrak pintu, menyerbu pantai, membunuh teroris, dan memenangkan perang Amerika. "Itulah yang kami inginkan, dan itulah yang Anda inginkan," serunya.
Di lapangan, di tengah kerusuhan dan tindakan anarkis, termasuk penjarahan toko-toko besar dan mewah, seorang demonstran perempumenerjang polisi dengan sepeda motor, penghancuran dan pembakaran kendaraan operasional polisi berlangsung, serta pembakaran bendera AS. Trump kembali mengancam akan mengkriminalisasi pembakaran bendera, meskipun ada preseden Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa pembakaran bendera merupakan kebebasan berbicara.
Pembakaran Bendera AS
Dengan kasar Trump menilai buruk para imigran yang berdemonstrasi."Mereka adalah binatang," katanya.
"Mereka dengan bangga membawa bendera negara lain, tetapi mereka tidak membawa bendera Amerika. Mereka hanya membakarnya. Apakah Anda melihat banyak bendera yang dibakar? Bendera-bendera itu tidak dibakar oleh orang-orang dari negara kita atau orang-orang yang mencintai negara kita."
"Orang-orang yang membakar bendera Amerika harus dipenjara selama satu tahun," kata Trump kemudian. "Kita lihat saja, apakah kita bisa melakukannya. Saya akan mencoba dan melakukannya."
Tahun terakhir masa jabatan pertama Trump yang sebagian besar diwarnai oleh ketegangan dan protes yang meluas menyusul kematian George Floyd di tangan polisi.
Selama protes tersebut, media AS meliput beberapa insiden pembakaran bendera AS, yang mendorong Trump meminta Mahkamah Agung turun tangan dan membatalkan presedennya.
Trump melanjutkan argumennya yang panjang tentang protes di LA, mengklaim LAPD tidak "agresif seperti tentara kita, tentara kita benar-benar agresif".
Dia juga menuding aksi demonstrasi yang melumat Los Angeles, itu dibiayai 'seseorang.' Ia mengatakan para demonstran 'mengenakan baju besi dan pelindung wajah' barang terbaik yang dapat dibeli dengan uang".
Ia berjanji meminta Jaksa Agung Pam Bondi, melacak dan mencari tahu siapa saja yang mendonasi demonstrasi tersebut. Lagi-lagi, Trump mengecam Newsom dan Bass karena 'tidak kompeten.' Ia juga menuding Newsom dan Bass membayar 'para pembuat onar, agitator, dan pemberontak' untuk berpartisipasi dalam demonstrasi.
Lantas menyebut protes di Los Angeles sebagai 'serangan besar-besaran terhadap perdamaian, ketertiban umum, dan kedaulatan nasional.. “Posisi mereka adalah bahwa kerusuhan tidak akan berhenti kecuali ICE [Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai AS] menarik diri dari Los Angeles dan menghentikan penegakan hukum imigrasi federal,” ungkap Trump lagi. | haèdar, jeanny.