Pelajaran dari Amerika Serikat

Fenomena Politik Miras

| dilihat 632

bang sém

Theodore Roosevelt, Presiden Amerika Serikat ke 26 (1901-1909) tak hanya dikenal karena merupakan presiden termuda Amerika Serikat (belum berusia 43 tahun) di masanya. Ia juga dikenal, karena melenggang ke kursi kekuasaan dengan membawa kegembiraan dan kekuatan baru bagi negara dan bangsanya.

Ia memimpin Kongres dan rakyat Amerika menuju reformasi progresif. Dia berpandangan, bahwa Presiden sebagai 'pelayan rakyat' harus mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk kepentingan rakyat, kecuali hal-hal yang secara tegas dilarang oleh undang-undang atau Konstitusi negara.

Dengan pandangannya itu, presiden kelahiran New York City (1858), itu "sangat memperluas penggunaan kekuasaan eksekutif." Datang dari keluarga sangat kaya dan mesti berjuang melawan persoalan kesehatan, Theodore Roosevelt  bersikap tegas dalam melindungi rakyatnya dari berbagai kemungkinan yang melemahkan kesehatan secara personal, sosial, dan nasional.

Dia teguh pendirian, berpegang pada prinsip dan cita-cita kebangsaan, bahwa pemerintah harus menjadi pelindung yang kokoh bagi rakyat, dari tekanan kekuatan ekonomi yang bertentangan dengan semangat dan tujuan utama kemerdekaan negara dan bangsanya. Terutama antara modal, tenaga kerja, dan jaminan keadilan untuk masing-masing.

Selama masa pemerintahannya, dia menjaga hutan di wilayah Barat negaranya untuk kepentingan konservasi sepenuhnya, mencadangkan tanah untuk penggunaan umum, dan mendorong proyek-proyek irigasi yang hebat.

Ketika meninggal dunia, seperti tulis Frank Freidel dan Hugh Sidey untuk buku "Presiden Amerika Serikat", yang diterbitkan Gedung Putih (2006), pernyataannya yang populer dikutip, "Tidak ada orang yang memiliki kehidupan yang lebih bahagia daripada yang saya jalani; hidup yang lebih bahagia dalam segala hal."

Salah satu kebahagiaan Theodore Roosevelt dan rakyat Amerika Serikat masa, itu adalah peringatan dan tindakan tegas sekaligus keras yang dilakukannya terhadap para raja minuman keras (miras) yang sedang tumbuh.

Theodore Roosevelt menggunakan otoritasnya yang kuat, ketika melihat gejala buruk sedang mengancam  tata kelola kekuasaan negara dan rakyat Amerika Serikat, yakni mengalirnya 'kekuatan minuman keras' ke partai politik.

Theodore Roosevelt, Presiden Amerika Serikat, bicara, ketika menegaskan sikap pemerintahannya kepada para politisi dan aparatur negara, "Sekarang menjadi pertanyaan apakah kepentingan minuman keras akan mendominasi partai Anda, mendominasi kehidupan rakyat Anda dan mendominasi pemerintah Anda."

Tiga periode kepresidenan Amerika Serikat kemudian, kekuatiran Theodore Roosevelt menjadi kenyataan, ketika Partai Republik mengemas citra dan berhasil mengantar Warren G. Harding ke puncak kekuasaan sebagai Presiden Amerika Serikat ke 29 (1921-1923).

Masa pemerintahan Harding penuh skandal, termasuk Teapot Dome, yang berusaha ditutup dengan cindai politik keberpihakan dan rangkulan atas teknologi, kaum perempuan dan kaum minoritas. Lelaki dari Marion, Ohio itu tidak lagi membentengi pemerintahannya termasuk partai politik dari penguasaan para raja miras.

Sikap Amerika Serikat yang lantang tentang banyak hal dalam percaturan antara bangsa, luruh. Para pembantu dekatnya berusaha keras menjaga citranya dan menyiapkan pidatonya yang terkesan bijak. Warren G. Harding yang alkoholis, ini menyatakan, “Keperluan Amerika saat ini bukanlah kepahlawanan, tetapi penyembuhan; bukan lubang hidung, tapi kenormalan; bukan revolusi, tapi restorasi; bukan agitasi, tapi penyesuaian; bukan operasi, tapi ketenangan; bukan yang dramatis, tapi yang tidak memihak; bukan percobaan, tapi imbang; bukan tenggelam dalam internasionalitas, tetapi keberlanjutan dalam kebangsaan yang berjaya…. ”

Harding mengakomodasi kepentingan Partai Republik, yang dengan mudah mendapatkan tanda tangan Presiden untuk desain kebijakan mereka. Mulai dari menghilangkan memotong pajak, membentuk sistem anggaran Federal, memulihkan tarif perlindungan yang tinggi, sampai memberlakukan pembatasan ketat pada imigrasi (belakangan kebijakan ini dilakoni juga oleh Donald Trump).

Harding menyeru, “Lebih sedikit pemerintahan dalam bisnis dan lebih banyak bisnis dalam pemerintahan.” Pada saat bersamaan, dia mulai mendengar kabar, beberapa temannya menggunakan jabatan resminya untuk memperkaya diri sendiri. Harding mengeluh, "Teman-temanku ... merekalah yang membuatku terus berjalan sepanjang malam!"

Harding hanyut di tengah pusaran politik yang menimbulkan banyak skandal. Pada musim panas 1923 dia melakukan perjalanan ke barat dan bertanya pada Trade Secretary-nya, Herbert Hoover. “Jika Anda mengetahui skandal besar dalam pemerintahan kami, apakah Anda, demi kebaikan negara dan partai akant mengeksposnya secara terbuka atau Anda akan menguburnya?” Hoover memberi jawaban telak, semua skandal mesti dibuka kepada publik, tetapi Harding takut akan dampak politiknya.

Harding membuang risaunya dengan mengkonsumsi alkohol, agak berlebihan. Dia tak tahu, bagaimana rakyat bereaksi terhadap skandal pemerintahannya, sejak Agustus 1923, ketika dia terhuyung, kemudian meninggal di San Francisco karena serangan jantung. Kelemahannya menjadi idiom 'Warren Harding Error' yang kudu dihindari dalam proses rekrutmen kaum profesional dan politisi Amerika Serikat, sampai saat ini. (Baca: Warren Harding Error).

Adalah J.N Flynn yang geram melihat apa yang dia sebut 'politik babi buta,' kaum alkoholis yang menguasai politik dan pemerintahan. Perwira tinggi polisi Chicago, itu membuka mata rakyat untuk melihat dengan jernih, sejauh mana kepentingan miras menggunakan pengaruh jahat mereka pada pemerintahan.

Flynn menyatakan, "Setiap kali saya menangkap seorang pria yang menjalankan 'babi buta' (bisnis miras), setiap kali itu juga saya menemukan di pengadilan, perwakilan produsen pembuatan miras, telah ada sebelum saya tiba. Dia duduk di sana, mengancam siapapun hakim - dengan ancaman kematian politik, jika dia tidak mendengarkan alasan yang mereka kemukakan.

Pernyataan Flynn itu, diperkuat Robert J. Northold, seorang pengacara dari kota yang sama, yang menyatakan bahwa pabrik miras berada di belakang orang-orang 'babi buta' Chicago dan berjuang mati-matian untuk memulangkan mereka ketika tertangkap polisi.

Letnan John McCarthy mengekspresikan realitas pahit, ketidakberdayaan petugas menghadang racun alkohol miras mengalir ke mulut, kerongkongan dan membuat rakyat teler. "Jika bukan karena politisi dan pengaruh pabrik, saya akan mengusir para 'babi buta' dari Rogers Park dalam empat minggu."

'Politik babi buta' yang timbul akibat perubahan drastis kebijakan Presiden Theodore Roosevelt terhadap miras menimbulkan beragam kegiatan yang merusak secara moral, sosial dan ekonomi seperti itu pun menjalar ke mana-mana, mulai dari pelupuk mata sendiri, sampai ke seberang samodera. Membutakan mata dan memekakkan telinga, sehingga suara dan aksi perlindungan aktif dari negara-negara yang meneriakkan perlindungan paripurna bagi kesejahteraan rakyat.

Sayyid Sa'eed Akhtar dalam Alcohol and Alcoholism (Alkohol, 2015), menulis, "Minuman keras memiliki banyak manfaat bagi kuarish di kalangan politisi. Mendatangkan penghasilan untuk mereka, mendorong kejahatan dan goondaisme, yang merupakan faktor penting dalam menambah dan merusak (kejernihan) konstituen mereka."

Didukung oleh pengaruh politik yang besar yang dimiliki oleh para pengusaha besar dalam perdagangan minuman keras dalam kehidupan politik banyak negara, menurut Akhtar, mereka mereduksi kemanusiaan, melanggar setiap naluri kesusilaan dan melanggar setiap hukum yang dibuat untuk kontrol mereka, kecuali aturan yang mengharuskan mereka membayar pajak.

'Politik babi buta' adalah bagian dari strategi perang baru dengan biaya rendah untuk menaklukan suatu bangsa. | 

Editor : eCatri | Sumber : berbagai sumber
 
Humaniora
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 104
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 520
Momentum Cinta
12 Mar 24, 01:26 WIB | Dilihat : 529
Shaum Ramadan Kita
09 Mar 24, 04:38 WIB | Dilihat : 447
Pilot dan Co Pilot Tertidur dalam Penerbangan
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 432
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1505
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1322
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya