Jadikan Pemilu 2019 sebagai Simbol Peradaban Bangsa

| dilihat 1608

MALAM baru beranjak. Kami baru saja usai salat maghrib berjama'ah di rumah seorang teman di Jakarta, Jum'at (29/12/18). Ferry Mursidan Baldan (FMB) pamit.

"Saya pamit dulu ada rapat evaluasi," ujarnya. Rapat evaluasi yang dimaksudkan FMB tentu terkait dengan Badan Pemenangan Nasional Prabowo Sandi.

Sebelum pamit, di ujung pertemuan evaluasi akhir tahun, itu FMB mengingatkan seluruh teman, untuk berpartisipasi aktif dalam menciptakan kondisi, agar Pemilihan Umum Serentak 2019, 17 April 2019 mendatang, sukses.

"Kita jadikan Pemilu 2019 sebagai simbol sekaligus ekspresi peradaban kita sebagai bangsa," ujarnya. Lalu ungkapnya lagi, "Jika kita lakukan kecurangan dan manipulasi, kita merusak peradaban itu. Secara politik, sesungguhnya perbuatan semacam itu telah menghianati amanat rakyat."

Menurut FMB kemudian, "Kekuasaan yang didapat dengan cara seperti itu, tidak akan membawa kebaikan apapun bagi kehidupan, karena kekuasaannya justru menjadi ‘sumber’ bencana bagi kehidupan."

FMB tersenyum sesaat. Lantas bicara. "Jangan lupa, Prabowo-Sandi energi baru perkembangan peradaban Indonesia mendatang," ujarnya.

Kami bersepakat dengan FMB, Pemilihan Umum Serentak 2019 adalah simbol peradaban. Karenanya, kami memilih cara dan jalan yang berbudaya, beradab.

Salah satu cara yang kami tempuh adalah perang melawan perwadulan (informasi hoax). Setiap informasi yang masuk, kami verifikasi dan konfirmasi dengan ketat. Kami teliti dengan cara bersungguh-sungguh.

Beberapa kali FMB menyatakan hal itu.

Suatu malam, dalam perjalanan dengan kereta api dari Bandung ke Jakarta, FMB mengingatkan, harus ada kesungguhan dari banyak kalangan, terutama mereka yang mempunyai akar dan pengaruh di lingkungan masyarakat untuk melihat politik dengan pendekatan budaya (estetik dan etik).

"Politik itu seni, seni itu ekspresi kebudayaan, dan kebudayaan itu akar peradaban," cetus FMB.

Dia juga menegaskan, praktik demokrasi memang menempatkan politik sebagai cara memperoleh kekuasaan dari rakyat untuk kepentingan yang lebih luas. Yakni menegakkan keadilan dan kemakmuran secara proporsional.

Tapi, kata FMB, demokrasi yang beradab atau demokrasi sebagai simbol peradaban, merupakan cara untuk mencapai harmoni kebangsaan.

Dalam konteks Pemilu Serentak 2019, kita mesti lebih bersungguh-sungguh melakukan proses pendidikan politik kepada rakyat.

Caranya?

"Tidak menjatuhkan lawan dengan cara yang tidak etis. Lawan kita bukan musuh kita, melainkan kompetitor yang mesti kita nilai secara obyektif," tegasnya.

"Bila lawan lebih banyak bermain dengan sensitivitas dan emosi, kita tidak. Kita mesti bermain dengan keseimbangan nalar, naluri, rasa, dan indria dalam satu tarikan nafas," ujar FMB.

"Wah. Ideal sekali. Tapi, apa bisa?" desak saya.

"Sangat bisa. Setiap kali kita melihat kelemahan lawan di satu hal, kita mesti tunjukan, bahwa pada hal itu, kita jauh lebih unggul," katanya. "Artinya, ketika lawan main akal-akalan politik, kita main dengan nalar politik," ujarnya sambil tersenyum khas.

Cara lain?

"Kita bisa total, tidak bisa setengah-setengah. Kita mesti eksplorasi berbagai hal yang memungkinkan kita memenangkan kontestasi. Tidak perlu melakukan rekayasa, karena yang kita perlukan adalah rekacita. Kita mesti mengenali betul, siapa sungguh rakyat itu," urai FMB.

Maksudnya, kenali betul, apa yang menjadi masalah dan tuntutan utama rakyat. Untuk itu, menurut FMB, kita perlu sering-sering berinteraksi dengan rakyat,

Untuk itu, Direktur Relawan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Sandi, ini lebih sering mengunjungi relawan di daerah-daerah, katimbang relawan menemuinya di Jakarta.

"Sebagai Direktur Relawan, saya mesti kenal betul dan tahu, siapa relawan yang sesungguhnya. Bagaimana kiprahnya, bagaimana kekuatan riilnya di lapangan, apa persoalannya, dan bagaimana pula relawan berinteraksi dengan rakyat sebagai konstituen," ujar Ferry yang tak pernah lelah menguatkan jaringan relawan di seluruh Indonesia.

Dalam perjalanan dari Pekalongan di Jawa Tengah ke Jakarta, tengah malam, FMB cerita, bagaimana di setiap kota, dan stasiun dia berdialog dengan banyak simpatisan pendukung Prabowo Sandi, yang kemudian menjadi relawan yang sungguh relawan.

Menurutnya, pembentukan dan pengikatan jaringan relawan berjalan berdampingan dengan jaringan yang dibentuk oleh partai koalisi pendukung Prabowo-Sandi.

"Saya mengurusi jaringan non partai pendukung, dan mendorong jaringan relawan untuk memperkuat aksi yang dilakukan jaringan partai," katanya.

Di tengah arus politik transaksional, seberapa besar tantangan dalam melakukan praktik politik dikelola sebagai simbol peradaban?

"Inilah keindahannya. Justru karena tantangannya cukup berat, saya melihat begitu banyak peluang kreatif dan inovatif bisa kita lakukan," cetusnya.

"Apa misalnya?" tanya saya.

"Menghidupkan simpul-simpul jaringan secara mandiri. Simpul-simpul itu didirikan dan dibentuk oleh masyarakat sendiri, dan kemudian mereka biayai sendiri dengan kesadaran dan keikhlasan. Dan ini luar biasa. Terutama dari kalangan emak-emak dan generasi milenial," jawabnya.

Menjawab pertanyaan saya, FMB mengemukakan, situasi menjelang Pemilu Serentak 2019 ini agak berbeda dengan lima tahun lalu.

"Gerakan menjemput kemenangan Prabowo Sandi, sebagian besar dimotori oleh emak-emak dan generasi millenial. Seru. Heboh. Dan kreatif," ungkapnya.

FMB yang mempunyai jaringan luas di kalangan emak-emak dan generasi millenial dengan beragam minat, hobi, dan profesi itu mengatakan, prinsip utama yang dia alirkan kepada relawan adalah bagaimana melayani konstituen.

"Untuk itu, emak-emak juga kita perkuat dengan berbagai bekal pengetahuan praktis di lapangan. Tak hanya meyakinkan konstituen, tetapi sekaligus mengawasi dan mengawal suara sampai proses akhir," ujarnya.

Antara lain, ujar FMB sambil tertawa. "Membantu menggunting kuku petugas di TPS, supaya para petugas itu terhindar dari kemungkinan berbuat curang," jelasnya.

Sebagai simbol peradaban, pelaksanaan teknis Pemilu Serentak 2019 harus clear and clean. Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil. Inilah kesempatan terbaik bagi seluruh warga negara Indonesia menunjukkan kepada dunia, kita bisa mewujudkan demokrasi dengan akalbudi.

"Tidak mudah memang. Tapi harus kita wujudkan. Inilah tugas dan tanggungjawab kita," serunya. | Bang Sem

Editor : Web Administrator
 
Humaniora
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 104
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 520
Momentum Cinta
12 Mar 24, 01:26 WIB | Dilihat : 529
Shaum Ramadan Kita
09 Mar 24, 04:38 WIB | Dilihat : 447
Pilot dan Co Pilot Tertidur dalam Penerbangan
Selanjutnya
Energi & Tambang