Muslim Perancis Menentang Islamophobia

| dilihat 1687

AKARPADINEWS.COM| PENYERANGAN bersenjata dan aksi pengeboman di Paris, Perancis, yang menewaskan 132 orang pada pada Jumat malam (13/11) menjadi sorotan dunia.  

Laku biadab para teroris yang mengatasnamakan militan Islam State (IS) atau dikenal Islamic State of Iraq and Al-Sham (ISIS) itu juga memicu menyeruak kembali Islamphobia di Perancis. Implikasinya, pemerintah Perancis pun menutup masjid-masjid karena dianggap menyebarkan pesan-pesan kebencian.

“Kami (Pemerintah Perancis) akan menutup masjid yang pengkhotbahnya selalu menyebarkan pesan-pesan kebencian,” ujar Menteri Dalam Negeri Perancis, Bernard Cazeneuve seperti dikutip Dailymail, Senin (16/11).

Sebelum aksi penyerangan itu, Pemerintah Perancis sebenarnya sudah mengkandangkan kurang lebih 20 pendakwah yang dianggap menyebarkan paham radikalisme kepada umatnya.

Tindakan itu dilakukan pasca terjadinya penyerangan kantor berita Charlie Hebdo pada Januari lalu. Tak hanya itu, Pemerintah Perancis juga sudah meningkatkan kewaspadaannya dan memantau individu-individu yang diduga menganut paham radikalisme. Cazeneuve mengatakan, pihak kepolisian sudah pernah menangkap oknum yang diduga memiliki paham radikalisme.

Tak tanggung-tanggung, sebanyak 168 orang terjaring operasi anti teror yang dilakukan Kepolisian Perancis. Hanya 104 orang yang kemudian dibebaskan dengan catatan wajib lapor kepada pihak kepolisian. Sisanya ditahan karena terbukti memiliki senjata api.

Politikus dari Partai Sosialis Perancis ini juga memberlakukan keadaan darurat yang sebelumnya dinyatakan Presiden Francois Hollande. Kebijakan itu diberlakukan agar pemerintah dapat bertindak cepat melawan pelaku terorisme, khususnya yang datang dari luar Perancis.

“Pengkhotbah asing yang menyebarkan pesan-pesan kebencian akan segera dideportasi dan masjid tempatnya berkhotbah akan segera ditutup setelahnya,” tegasnya.

Penutupan masjid ini menimbulkan protes dari beberapa pemimpin komunitas muslim di Perancis. Imam Abdelali Mamoun, tokoh muslim Perancis dan penceramah di salah satu radio Perancis mengatakan, yang harusnya dilakukan ialah mengenyahkan oknum pelaku radikalismenya. “Sasar elemen berbahayanya (oknum berpaham radikalisme), bukan masjidnya,” ujarnya pada Buzzfeed, Selasa (17/11).

Mamoun mengajak umat muslim Perancis melawan terorisme dalam bentuk apapun. “Mereka (pelaku terorisme) bukan golongan kami (umat muslim). Umat muslim Perancis harus menunjukkan bahwa kita semua merupakan warga negara Perancis dan kita harus bersatu melawannya,” katanya.

Respon senada juga dilontarkan tokoh muslim Perancis lainnya, Imam Abou Omar. Dia mengatakan, pelaku terorisme menunjukkan bahwa mereka tidak mengikuti hukum Tuhan dan hukum di Perancis.

Soal wacana penutupan masjid, Omar berpendapat, penutupan masjid, dengan alasan apapun akan menimbulkan masalah baru ke depannya. “Menutup masjid bukan solusi. Kau boleh saja mengganti pengurus masjid dan imam yang menyebarkan kebencian, tapi kami keberatan jika masjid harus ditutup,” tegasnya.

Protes yang diajukan oleh Mamoun dan Omar sangat tepat. Karena, mengidentikan masjid sebagai sarang teroris adalah pemikiran salah. Masjid merupakan tempat suci, tempat ibadah umat muslim menyembah Tuhannya. Upaya memerangi penyebaran paham radikalisme seharusnya menyasar kepada oknum pendakwahnya, bukan tempat ibadahnya.

Penutupan masjid merupakan langkah keliru yang dilakukan Pemerintah Perancis karena menganggap Islam sebagai agama teroris. Stereotif itu yang menyebabkan umat muslim di negara itu tidak dapat menjalankan hak asasi yang fundamental, menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

Wajar, jika kebijakan diskriminatif dan melanggar HAM itu ditentang umat muslim. Seorang muslim yang tidak menyebut namanya melakukan aksi damai. Aksi yang terekam pada video berdurasi sekitar satu menit itu dilakukannya di tengah-tengah Kota Paris yang ramai aktivitas penduduk.

Dia menutup matanya dan mengangkat tangannya, menawarkan pelukan kepada siapapun. Di bawah kakinya, terdapat tulisan, “Saya seorang muslim, tapi saya dituduh teroris. Aku percaya padamu, apakah kau percaya padaku? Jika iya, peluklah aku.”

Pada awalnya, penduduk hanya lalu lalang melihatnya. Namun, satu persatu kemudian memeluknya. Bahkan, ada yang memeluknya dengan rasa haru seraya merasakan pesan yang hendak disampaikannya. Aksi dalam video itu dilakukannya selama sehari tanpa bergerak di tempatnya.

Setelah aksinya berakhir, dia menyampaikan terima kasih kepada siapapun yang telah memeluknya. Dia juga membeberkan maksud dari aksinya ialah menyebarkan pesan bahwa Islam bukan agama yang mengajarkan terorisme dan kekerasan. “Aku seorang muslim, namun hal itu tidak membuatku menjadi seorang teroris,” ungkapnya.

Dia ikut berduka atas korban yang meninggal dan keluarga yang ditinggalkan. “Melalui aksi ini, saya ingin mengatakan seorang muslim bukan teroris. Teroris adalah teroris, mereka merupakan orang yang memiliki keinginan membunuh orang lain dengan alasan tak jelas. Seorang muslim tidak akan melakukan itu karena agama kami melarang hal seperti itu,” terangnya.

Aksi senada pun dilakukan oleh seorang remaja muslim bernama Yusf Pirot di Nottingham, Inggris. Kepada Nottingham Post, Selasa (17/11), Pirot berkata, aksinya direncanakan untuk beberapa bulan ke depan. Namun, pasca kejadian di Paris, Perancis, dirinya menilai, aksi ini harus segera dilakukannya. “Mendengar kabar di Paris, saya merasa aksi ini harus segera ku lakukan,” ujarnya.

Ketika menjalani aksinya, Pirot mengatakan, sempat merasa takut. “Karena mataku tertutup, aku tidak tahu apa yang aku terima. Tapi, aku yakin dalam hati, 99,9 persen orang akan memberikan reaksi positif padaku,” ungkapnya.

Meski demikian, Pirot menceritakan, dari sekian banyak orang yang lalu lalang di depannya, dia sempat mendengar beberapa orang mencemooh dirinya dan agamanya. “Sempat mendengar tadi ada pria yang ingin memukulku karena aksiku. Beruntung, ada perempuan yang menghentikan pria itu,” tutur remaja berusia 16 tahun itu.

Imam Sajid Mohammed, tokoh muslim dari Islam Centre di Nottingham, mengatakan, respon orang-orang terhadap aksi ini menunjukkan orang-orang memiliki keberanian yang menuntun masyarakat untuk mengedepankan cinta kasih antarsesama. “Aksi seperti ini memberikan pesan bahwa cinta kasih mengalahkan kebencian. Aksi ini juga menunjukkan, persatuan tidak akan dapat diruntuhkan oleh rasa takut atas aksi teror,” ujarnya.

Aksi damai yang dilakukan umat muslim di Perancis dan Inggris itu menunjukkan, melawan Islamphobia harus dengan pendekatan cinta kasih. Melawan dengan tindakan kekerasan hanya mengukuhkan tudingan Islam sebagai agama teroris. Duka Perancis merupakan duka bersama, sama halnya duka umat muslim di Palestina, Lebanon, dan Suriah. 

Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : Daily Mail Online/Buzzfeed/The Nottingham Post/Al Waba/The Sun
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 918
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1153
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1411
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1556
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 423
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 995
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 231
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 707
Momentum Cinta
Selanjutnya