Catatan Akhir Kampanye Deddy & Dedi

Pilih Yang Paling Siap Melayani Rakyat Jawa Barat

| dilihat 1459

Sem Haesy

PASANGAN kandidat Gubernur – Wakil Gubernur Jawa Barat dalam Pilkada Serentak 2018, Deddy Mizwar – Dedi Mulyadi (Deddy&Dedi) mengakhiri seluruh rangkaian kampanye mereka di Lapangan Kresna – Bandarjati, Kota Bogor – Jawa Barat, Sabtu (23/6/18).

Pasangan kandidat ini kian tegas menunjukkan konsistensi pada tema kampanye mereka : Bekerja untuk melayani rakyat Jawa Barat hingga tuntas, guna mewujudkan visi dan misi dalam periode pemerintahan (2018-2023), dengan adil, jujur, dan ikhlas.

Hadir di lokasi kampanye, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Kogasma Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Meski diguyur hujan lebat, ajang kampanye yang dikemas dalam bentuk pergelaran musik, bertajuk Konser Patgulipat, terus berlangsung. Konser yang dihadiri ribuan massa pendukung Deddy&Dedi itu diawali dengan orasi Asep Wahyuwijaya – Wakil Ketua Pemenangan Deddy+Dedi4Jabar.

Lantas disusul dengan orasi SBY, Aburizal Bakrie, dan AHY. “Pilih pasangan yang lebih melayani rakyat,” seru Asep.

Pesan ini menarik dan fokus, sebagaimana yang juga dikemukakan AHY, selain berbagai argumentasi yang dikemukakan para tokoh, mengapa pasangan Deddy&Dedi harus dipilih.

Pasangan dengan tingkat elektabilitas yang terus mengungguli para kandidat lain, khasnya Ridwan Kamil dan UU Ruhzanul Ulum itu, menarik untuk diamati secara khas. Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi, sejak awal proses kontestasi Pilkada Jabar, punya cerita dramatis.

Deddy Mizwar semula didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Deddy dipasangkan dengan Achmad Syaikhu yang kemudian berpasangan dengan Ajat Sudrajat. Tiba-tiba, tanpa ba-bi-bu, PKS meninggalkan Deddy Mizwar dengan beragam alasan, yang semakin didalami semakin tak jelas. Ketidakjelasan sikap PKS membuat Deddy Mizwar dan Akhmad Syaikhu (karena pertimbangan waktu yang mepet) menerima dukungan Partai Demokrat. Deddy Mizwar memang salah satu dari 99 penanda-tangan akte pendirian Partai Demokrat, meski kemudian Deddy lama tak aktif di partai itu, karena kesibukannya sebagai seorang aktor.

Ketika diminta mendampingi Ahmad Heryawan maju dalam Pilkada Jabar 2013, Deddy tampil sebagai pribadi, sesosok figur independen. Dia bukan kader PKS, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), ataupun Partai Hanura yang mengusungnya. Pasangan ini menang, Deddy Mizwar dilantik sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat, dan memainkan peran sepenuhnya sebagai wakil. Bahkan sampai ia resmi sebagai salah satu kandidat Pilkada Jabar 2018.

Entah apa pasalnya, PKS menarik dukungan kepada Deddy Mizwar, karena PKS berkoalisi dengan partai Gerindra yang mencalonkan Ajat Sudrajat. Ahmad Syaikhu pun dipasangkan dengan Ajat, yang kemudian menjadi kandidat nomor urut 3 dalam Pilkada Jabar 2018.

Deddy bersiteguh sebagai kandidat Partai Demokrat. Dalam tweetwar antara tokoh PKS – Hidayat Nurwahid dengan Deddy Mizwar, mencuat alasan partai itu tak mendukung Deddy, yakni pakta integritas yang ditandatangani Deddy Mizwar dengan Partai Demokrat. Konon dalam Pakta Integritas itu tersurat dan tersirat komitmen Deddy Mizwar mendukung Capres yang akan dimajukan Partai Demokrat.

Belakangan Partai Amanat Nasional (PAN) melakukan hal yang sama. Sehari sebelum deklarasi, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sengaja datang ke Bandung, menemui Deddy Mizwar, menyatakan partai itu tak bisa memberikan sokongan, kendati masih tetap jatuh cinta kepada sosok figur yang populer dengan sebutan Nagabonar, itu.

Kala sendirian ditinggalkan partai yang semula berkomitmen mengusungnya, itu terjadi peristiwa tak terduga di lingkungan Partai Golkar. Partai berlambang Beringin ini, semula menjagokan Dedi Mulyadi sebagai kandidat Gubernur. Belakangan, dukungan itu justru diberikan oleh Ketua Umum Setya Novanto (yang kini mendekam di lembaga pemasyarakatan Sukamiskin karus kasus korupsi e-KTP) kepada Ridwan Kamil.

Karena kasus e-KTP terjadi perubahan besar di lingkungan internal Partai Golkar. Setya Novanto digantikan oleh Erlangga Hartarto. Partai Golkar kemudian menarik dukungan dari Ridwan Kamil dan kembali memberikan dukungan kepada Dedi Mulyadi – Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat. Lalu terjadi komunikasi politik antara Deddy Mizwar dengan Dedi Mulyadi untuk berkoalisi. Keduanya bersepakat untuk berpasangan, Deddy & Dedi saling menawarkan posisi jabatan Gubernur, sampai akhirnya mereka mendeklarasikan diri: Deddy Mizwar sebagai Calon Gubernur dan Dedi Mulyadi sebagai Wakil Gubernur.

Ketika mencuat kabar keduanya berpasangan, beberapa kalangan segera mengkonfirmasi dan mencetuskan presumsi negatif kepada kedua pasangan. Sejumlah kalangan membincangkan, pasangan ini akan mengalami degradasi dukungan, karena keduanya mempunyai latar belakang dan citra yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Deddy Mizwar sebagai satu-satunya petinggi Jawa Barat ketika itu yang berani berada di depan ketika Al Qur’an dinistakan. Deddy Mizwar ada bersama para ulama yang melakukan aksi menuntut tindakan tegas terhadap penista Al Qur’an.

Tak hanya itu, Deddy Mizwar juga satu-satunya figur pejabat di Jawa Barat yang lantang mempersoalkan reklamasi, lantaran beberapa wilayah di Jawa Barat menjadi korban kerusakan lingkungan akibat pembangunan reklamasi itu di pantai utara Jakarta.

Deddy Mizwar tak peduli dirinya dibully. Dia terus bergerak dengan keyakinannya, karena secara asasi dan mendalam dia menegaskan sikapnya, bahwa kekuasaan hanya merupakan alat untuk beribadah secara lebih luas.

Dedi Mulyadi yang terkesan sangat ekspresif dan kuat mengeksplorasi kesundaan dirinya, juga menjadi sasaran keras. Secara implisit, melalui pesan whatsapp, beredar pandangan Dedi Mulyadi berlebihan dalam mengeksplorasi budaya Sunda, sehingga bertentangan dengan akidah.

Politik perkauman yang direkayasa dengan berbagai cara, termasuk kampanye hitam, seperti yang dukungan palsu paranormal, juga sandiwara dungu merekayasa seseorang sebagai dukun, yang seolah-olah sedang melakukan ritual untuk Deddy&Dedi, tak berhasil menghadang laju elektabilitas pasangan ini.

Lembaga Survey Indonesia Strategic Institute (Instrat) merilis hasil survey persepsi warga Jawa Barat jelang Pilkada Jawa Barat 2018, Jum’at (22/6/18), yang menggambarkan pasangan Deddy&Dedi yang berkompetisi ketat dengan pasangan Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum (Rindu).

Survey dengan 1.200 responden yang tersebar di 27 kabupaten dan dilakukan antara tanggal 18 hingga 21 Juni 2018, itu menunjukkan Deddy&Dedi meraih 38,17 persen. Akan halnya Rindu meraih 33,92 persen. Sedangkan Ajat-Syaikhu (Asyik) meraih 8,50 persen dan Hasanuddin – Anton Charliyan (Hasanah) meraih elektabilitas 8,67 persen. Tak kurang dari 10 persen responden belum menentukan pilihan. Survey elektabilitas yang dilakukan CSIS dan dipublikasi pada 13 Mei 2018,  menggambarkan elektabilitas Deddy&Dedi meraih 41,4 persen, sedangkan Rindu 33,5 persen.

Hasil survey Instrat dan CSIS itu memberi isyarat, pola dan orientasi memilih rakyat Jawa Barat tak lagi bertumpu pada politik perkauman atau politik identitas, kendati dala  Debat Kandidat, baik panelis maupun komentator masih sibuk dengan pola pikir lama, tak mengulik persoalan asasi kontestasi, yakni: bagaimana para kandidat kelak mengejawantahkan janji politik mereka melayani rakyat.

Tak banyak janji Deddy&Dedi, kecuali melayani rakyat mencapai kesejahteraan berbasis keadilan.  Pasangan ini fokus pada kebijakan utama : penyediaan airbaku untuk airminum dan irigasi pada daerah rawan air; penyediaan listrik untuk rakyat pada daerah yang belum terjangkau pelayanan listrik; Penyediaan pangan dan makanan tambahan bergizi untuk daerah rawan pangan dan masyarakat penyandang gizi buruk; Pembangunan ruang kelas baru, unit sekolah baru, peningkatan kesejahteraan guru, dan pemerataan kesempatan layanan pendidikan hingga perguruan tinggi; Pelayanan uji kompetensi, sertifikat keterampilan atau kehalian, dan pemagangan kerja bagi pencari kerja dan kaum buruh; Pembangunan puskesmasrawat inap dan penyediaan tenaga medis berdasarkan kebutuhan daerah; Percepatan pertumbuhan wirausaha baru, kemitraan dan layanan terhadap akses modal; Pertumbuhan ekonomi dan mendorong daya saing melalui pariwisata berbasis budaya; dan, Pengelolaan tata ruang, lingkungan hidup, dan infrastuktur termasuk rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni.

Selebihnya, seperti yang disampaikan Deddy Mizwar dalam kata akhir Debat Kandidat terakhir, hidupkan demokrasi dan jangan lakukan mobilisasi. Apalagi dengan menggunakan politik uang dan kecurangan. Pilkada Jabar, di awal deklarasi Deddy&Dedi harus menyenangkan dan bukan menakutkan, menghimpun yang terserak, mendekatkan yang jauh, mengkaribkan yang dekat, untuk membuat komitmen kebersamaan : saling memuliakan (menyejahterakan secara adil).. Berikan kesempatan rakyat menjadi subyek dan bukan obyek. Karena demokrasi, menurut Deddy Mizwar, adalah cara mewujudkan harmoni kebangsaan.. |

Editor : sem haesy | Sumber : berbagai sumber
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1095
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 821
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1088
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1341
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1481
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya