AS (Amerika Serikat) - SA (Saudi Arabia

Siasat Kushner Mesrakan Trump dan Muhammad bin Salman

| dilihat 720

Putra Mahkota Saudi Arabia, Muhammad bin Salman, pekan lalu, berbincang selama berjam-jam dengan Jared Kushner, penasihat Gedung Putih. Keduanya nampak karib.

Kushner memesrakan hubungan politik kepentingan Presiden AS Donald Trump dengan Puitra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman (MbS)

Kunjungan Kushner, seperti ditulis Abdullah Alaoud bersama Michael Eisner dan diterbitkan Al Jazeera (Sabtu, 4/9/20), untuk membahas apa yang disebut 'Abraham Accord' - tentang hubungan antara Arab Saudi dengan Israel, yang juga sudah disepakati Uni Arab Emirat.

Jika pernyataan pemerintah Saudi bisa dipercaya, tulis kedua jurnalis, itu kecil kemungkinan Kushner berhasil dalam waktu dekat, mewujudkan misi itu. Tetapi Kushner dapat memanfaatkan dialognya yang berkelanjutan dengan MbS untuk merumuskan berbagai kebijakan.

Penasihat Gedung Putih, itu harus memanfaatkan hubungan dekatnya dengan sang putra mahkota yang 'amat berkuasa,' untuk memohon pembebasan sejumlah tahanan politik Saudi, termasuk warga negara ganda AS-Saudi, Salah al-Haidar dan Bader Al-Ibrahim.

Arab Saudi telah menahan dua orang Amerika itu tanpa dakwaan sejak April 2019. Al-Haidar dan al-Ibrahim adalah warga negara kelahiran AS, yang masing-masing berasal dari Virginia dan Washington.

Mereka tinggal di Arab Saudi, dan dicokok lantaran memicu kemarahan otoritas Saudi. Keduanya dituding telah terlibat dalam diskusi politik, yang di berbagai belahan dunia lain, dianggap sebagai diskusi politik yang normal.

Al-Ibrahim adalah salah satu penulis buku tentang minoritas Syiah di Arab Saudi, sedangkan Al-Haidar adalah seorang jurnalis, yang merilis pandangannya di channel YouTube-nya, yang sekarang sudah dihapus.

Di channel YouTubue-nya Al Haidar menampilkan para intelektual dan pemikiur 'pembangkang' terkemuka Saudi membahas topik-topik politik.

Pemerintan Kerajaan Saudi, menilai Al-Haidar melakukan kejahatan nyata, mungkin hanya karena dia merupakan putra Aziza al-Yousef, seorang pensiunan profesor di Universitas King Saud dan feminis terkemuka yang dituntut oleh otoritas Saudi atas aktivisme masa lalunya, mendesak kerjaan untuk mengakhiri larangan mengemudi bagi perempuan. Pejabat keamanan negara Saudi menangkap Al-Haidar, beberapa hari setelah mereka membebaskan (dengan jaminan), ibunya.

Informasi dari berbagai sumber di Saudi yang digali Alaoud dan Eisner mengemukakan, Pengadilan Pidana Khusus untuk Keamanan Negara, memutuskan untuk menuntut Al Haidar dan Al Ibrahim di bawah undang-undang terorisme, 30 tahun penjara. Seperti hampir semua persidangan di Pengadilan Pidana Khusus, persidangan kedua pria tersebut akan digelar secara rahasia.

Presiden AS Donald Trump yang sedang berusaha mendulang simpati konstituennya, akan memainkan aksi politik luar negeri secara optimal, dan diharapkan memberi dukungan signifikan bagi keberhasilannya, menjelang pemilihan Presiden AS, November 2020 mendatang.

Karenanya, membebaskan al-Haidar dan al-Ibrahim dan membawa mereka pulang ke AS, merupakan suatu kebutuhan mendesak, akan menjadi langkah yang akan menaikkan popularitas dan elektabilitasnya. Baik dukungan para pemilih dari Partai Republik dan maupun 'simpatisan' dari Partai Demokrat.

Di sisi lain, Putra mahkota Saudi, MbS dapat menunjukkan bahwa sistem peradilan Saudi berfungsi dan dapat membebaskan kedua pria itu, atau memberi mereka hukuman lebih ringan, sebelum mengizinkan Kushner mengklaim 'keberhasilan Trump' atas pembebasan mereka.

Bila hal itu, terjadi, MbS bisa mengklaim, keputusannya merupakan hadiah dia 'yang mengikat' kepada pemerintahan Trump. Dia juga bisa merilis klaimnya untuk memoles citra Presiden Trump sebagai pelindung warga Amerika yang dipenjara secara tidak adil di luar negeri.

MbS memang cenderung akan membantu Trump, karena dia berhutang budi kepada Presiden Trump dan Kushner, dalam kasus pembunuhan atas koresponden Washington Post, Jamal Kashogi di Kedutaan Besar Arab Saudi di Ankara - Turki, 2018.

Akibat pembunuhan biadab yang dikecam seluruh dunia, itu selama beberapa waktu, Putra mahkota MbS 'diisolasi dan terguncang.'

Kala itu, negara-negara demokrasi Barat berbicara serempak, mengutuk pembunuhan itu dan menuntut pertanggungjawaban MbS. Bahkan, banyak yang menindaklanjuti dengan tindakan, memberlakukan larangan perjalanan ke Saudi Arabia, sekaligus memberikan sanksi dan penangguhan ekspor senjata ke Saudi.

Pada titik terendah posisi MbS, pemerintahan Trump dan Penasihat Khusus Kushner melakukan penyelamatan, memberikan bantuan penting. Jared Kushner dilaporkan menjadi 'pahlawan' bagi MbS di Gedung Putih.

Kushner juga dinilai telah menjadi pahlawan atas s penasihat informal putra mahkota MbS dan mampu mengendalikan opini yang dapat merusak citra sang penasihat informal, itu.

Delapan bulan setelah pembunuhan Khashoggi, Trump memveto undang-undang bipartisan yang akan menangguhkan penjualan senjata ke Arab Saudi, dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengambil keputusan, mempercepat pengiriman senjata untuk menghindari persyaratan tradisi pelaporan di kongres.

Sejauh menyangkut administrasi Trump, itu akan menjadi bisnis seperti biasa antara Amerika Serikat dan Arab Saudi. Tapi, dunia menyorotinya.

Selain al-Haidar dan al-Ibrahim, banyak aktivis dan intelektual (dan ulama) Saudi terkemuka lainnya mendekam di penjara, karena dituding sebagai pembangkang, dan lawan politik.

Mereka yang dicokok dan dipenjarakan, antara lain Loujain al-Hathloul, yang telah dicambuk, disetrum, dan disiram air karena membela hak-hak perempuan; Salman Al-Awdah, seorang ulama terkemuka yang menyerukan reformasi demokrasi dan menghadapi hukuman mati; Nouf Abdulaziz, seorang blogger dan aktivis telah disiksa dan dilecehkan secara seksual di penjara; Fadel al-Manasif, seorang aktivis dan penulis Syiah, telah menjalani hukuman 15 tahun karena aktivisme damai; dan Waleed Abulkhair, seorang pengacara hak asasi manusia juga menjalani hukuman 15 tahun penjara.

Atas perintah putra mahkota MbS, daftar mereka yang ditangkap, terus bertambah dan berlanjut.

Untuk menaikkan pamor Trump, Kushner cukup mengamankan pembebasan kedua orang Al Haidar vdan Al Ibrahim, dan beberapa tahanan politik Saudi ini.

Pengamat internasional yang mencerca perilaku putra mahkota, MbS mengemukakan, sekecil apapan tindakan yang diambil dan disepakati oleh keduanya, tidak akan menghapus noda buruk yang terpercik dari persahabatan Kushner dengan MbS, tapi hal itu akan menjadi berita besar, sebagai sesuatu yang memang sepatutnya terjadi.

Pembebasan tahanan politik Amerika dan Saudi yang ditengahi AS juga akan memberikan sinyal kepada Mesir, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan sekutu otokratis lainnya di kawasan itu, bahwa pemerintahan Trump, terlepas dari pelanggaran hak asasi manusia yang mengkhawatirkan di dalam negerinya sendiri, mungkin salah. | Aboud

Editor : Sem Haesy | Sumber : Al Jazeera
 
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 423
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 995
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 231
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 707
Momentum Cinta
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 712
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 869
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 820
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya