Silat Lidah Tanding Sembilu Kampanye PRU 15 Malaysia

| dilihat 548

Catatan Norayati Shari

ANWAR Ibrahim - Presiden Parti Keadilan Rakyat (PKR) / Pakatan Harapan yang selama ini menjadi Ketua Pembangkang di Parlemen memakai jurus kuntaw, menohok Perdana Menteri (PM) Malaysia, Ismail Sabri Yaakob - calon anggota parlemen dari Bera - Pahang di bawah bendera Barisan Nasional / UMNO.

Mantan Timbalan Perdana Menteri Malaysia yang pernah aktif di UMNO/Barisan Nasional itu menyatakan, anggota Angkatan Tentera Malaysia (ATM) dibayar RM300 untuk mengundi (memberikan suara) awal di Bera, yang akan berlangsung Selasa (15/11). Hari pemilihan awal PRU 15 tersebut berlaku untuk seluruh Malaysia. Anggota RTM, menurut Anwar, mestinya memberikan suara pada penghujung hari pemungutan suara PRU 15, pada Sabtu (19/11).

Tudingan Anwar dikemukakannya ketika berkampanye di Kuala Nerus - Terengganu, Jum'at (11/11/22). Ia mengemukakan, pernyataan tersebut setelah mendapatkan informasi yang dipercayainya.

Meski informasi tersebut belum terkonfirmasi, Anwar sudah menuding Ismail Sabri dan Hishamuddin Hussein - Menteri Pertahanan, yang juga calon BN di Sembrong, bersekongkol, karena sama mengetahui kondisi Barisan Nasional / UMNO yang sedang terpuruk.

Lebih jauh, Anwar juga menuding, penentuan anggota ATM memberikan suara awal Pilihan Raya Umum (PRU)-15, Selasa, 15 November mendatang, juga merupakan persekongkolan Barisan Nasional dengan Perikatan Nasional yang dipimpin mantan PM ke 8, Muhyiddin Yassin.

Anwar Ibrahim meminta SPR (Suruhanjaya Pilihan Raya) - penyelenggara pemilihan umum Malaysia membatalkan kesertaan anggota ATM pada pemungutan suara awal tersebut.

Menjengkelkan Rakyat

Tudingan Anwar kontan berbalas. Ismail Sabri yang sedang berkampanye di tanah kelahirannya, Bera - Pahang, menyangkal tudingan tersebut. Dia katakan, semestinya Anwar yang pernah menjabat Timbalan PM Malaysia tahu, hari pemungutan suara anggota ATM, polisi, dan petugas SPR dilakukan lebih awal dari hari pemungutan suara PRU.

Tudingan Anwar, bahwa anggota ATM dibayar untuk memilih awal di Bera merupakan tudingan jahat. Hishamuddin Hisham di akun instagramnya memuat naik pernyataannya, bahwa pernyataan Anwar Ibrahim tersebut menidakkan integritas dan maruah ATM, hanya kerana kepentingan politik sempit, keterlaluan!

Pernyataan berbalas pernyataan antara Anwar Ibrahim versus Ismail Sabri Yaakob merupakan kebiasaan lama hampir seluruh politisi gaek Malaysia, termasuk Tun Mahathir, Tengku Razaleigh, Muhyiddin Yassin, Tuan Guru Abdul Hadi Awang, Anuar Musa, Tok Mat, Mat Sabu, Zahid Hamidi, dan lain-lain.

Kebiasaan bermain silat lidah kampanye, yang saling menghunjam, membuka aib antara satu dengan lainnya, cenderung menjengkelkan dan memuakkan tak hanya rakyat. Melainkan para Sultan Negeri.

Selama pengamatan saya secara langsung pada penyelenggaraan PRU  sejak PRU 12 (2008), silat lidah kampanye dipakai sebagai senjata untuk memikat hati rakyat. Berbagai isu personal yang sangat pribadi, bahkan menyeruak, yang kadang menjadi ironi. Khasnya ketika mereka hendak menampakkan diri dengan citra baik sebagai negarawan.

Anwar Ibrahim selama ini memang terkenal dengan kepiawaiannya dalam memainkan silat lidah dengan jurus-jurus retorika, sehingga mengubah lidah politisi menjadi sembilu dengan gaya retorika a la Cicero. Hanya Anuar Musa yang mampu mengimbanginya. Namun, dalam PRU ke 15 kali ini, Anuar Musa tak dicalonkan lagi di kawasan Ketereh - Kelantan, karena dihalang oleh Zahid Hamidi - Presiden UMNO/BN.

Menyerang Lawan Politik

Sejak beberapa waktu berselang Anwar memang gencar menyerang Ismail Sabri dan Hishamuddin Hisham di parlemen terkait isu alutsista (alat utama sistem senjata) - proyek kapal tempur pesisir.

Anwar yang kini berkontestasi di Tambun - Negeri Perak, setelah sebelumnya memenangkan kawasan parlemen Permatang Pauh (Penang) dan Port Dickson (Negeri Sembilan) -- belum mengubah taktik kampanye menyerang lawan-lawan politiknya (Ismail Sabri dan Muhyiddin Yassin - calon dari kawasan parlemen Pagoh - Johor) yang akan memperebutkan kursi PM ke 10. Ia bertekad menang dan menjadikan kawasan Tambun sebagai tiket menuju Putrajaya.

Silat lidah yang mengubah lidah politisi menjadi sembilu setiap PRU acapkali membuat para politisi syoor sendiri. Mereka abai dan alpa, bahwa isu-isu semacam itu, kerap menenggelamkan isu utama terkait dengan manifesto masing-masing bila mereka berkuasa.

Di tengah situasi demikian, Tun Mahathir (Gerakan Tanah Air/Pejuang) dengan gaya retorika model Aristopanes -- yang terkesan diikuti Muhyiddin Yassin -- dengan siyasah konspiratif untuk menenggelamkan Barisan Nasional / UMNO, melakukan aksi-aksi hit and run, memecah sebaran suara, sehingga tak akan ada partai atau koalisi partai yang akan menang kuat.

Anwar Ibrahim dengan sekutunya, terutama Mat Sabu (Parti Amanah) masih bersiasat dengan langgam silat lidah. Akan halnya sekutu mereka, Lim Kit Siang dan Lim Guan Eng beserta seluruh calon-calonnya terkesan lebih memainkan marketing politik, jualan isu tentang demokrasi inklusif dan menafikan politik perkauman. Mereka lebih menggunakan komunikasi politik aksi temu muka dengan pemilih.

Silat Lidah Tanding Sembilu

Penggunaan siasat silat lidah tanding sembilu dalam kampanye a la Anwar Ibrahim dan perlawanan kata-kata dalam pernyataan a la Ismail Sabri Yaakob dan Hishamuddin Hussein pada kawasan-kawasan kontestasi tertentu, seperti Bera dan Sembrong tak akan banyak mempengaruhi rakyat.

Terutama kini, ketika rakyat kian sadar posisi mereka sebagai 'tuan dalam PRU' dan kian cerdas memilih siapa calon wakil rakyat yang patut menerima suara mereka. Isu-isu penghianatan, tak lagi laku dijual dalam marketing politik yang sudah terkontaminasi beragam isu dan informasi tentang habitus saling berhianat di kalangan politisi.

Akankah PRU 15 mampu mengubah keadaan Malaysia untuk kembali bangkit sebagai 'Harimau Asia' setelah dibuat terhuyung dengan krisis kesehatan, ekonomi, dan stabilitas politik selepas pandemi Covid-19?

Jawaban atas pertanyaan ini, bukan terletak pada silat lidah sembilu para politisi gaek yang pandai menirukan 'cara tupai' melompat dari dahan ke dahan, namun seringkali jatuh pada lompatan pertama. Kebangkitan Malaysia akan terjadi dan transformasi berlangsung baik, bila calon-calon wakil rakyat generasi baru yang mempunyai visi dan program kongkret konsolidasi demokrasi sebagai daya prima pembangunan Malaysia ke depan.

Dalam konteks ini, agaknya, peran Khairy Jamaluddin, Nurul Izzah, Mukhriz Mahathir, Fahmi Fadzil, Nik Nazmi Nik Ahmad, Mazlee Malik, Azalina Othman Said, Tengku Zafrul, Che Asmah Ibrahim, Wan Nazari Wan Jusoh, Nurul Asikin Mahbawi, Syeid Sadiq, Syahredzan Johan, dan Syefura Binti Othman sangat dinantikan. Khasnya, untuk menggelorakan gagasan-gagasan segar menuju konsolidasi demokrasi yang sesungguhnya.

Sudah saatnya pentas politik Malaysia tak lagi digaduhkan dengan aksi silat lidah tanding sembilu..|

Editor : delanova | Sumber : foto berbagai sumber
 
Energi & Tambang
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 219
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 432
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 431
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 401
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya