Indonesia Harus Siap Masuki MEA 2015

| dilihat 1812

JAKARTA, AKARPADINEWS - Arief Yahya yang melansir konsep Paradox Marketing dan dipandang oleh Phillip Kottler, guru besar marketing dunia sebagai strategi marketing khas Indonesia mengingatkan, Indonesia hanya menempati posisi ke empat, negara yang siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Arief mengemukakan pernyataannya, itu usai menerima anugerah Best of The Best Marketer of The Year (Kamis, 12/12). Bicara di hadapan ribuan marketer yang juga datang dari Singapura dan Malaysia, dia mengatakan, Indonesia suka atau tidak suka, mau atau tidak mau harus sudah siap menghadapi? Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 itu. Paling tidak bisa menyontoh Thailand, meski negeri sedang kisruh, Thailand adalah negara ketiga yang cukup siap (setelah Singapura dan Malaysia).

Ketidak siapan masyarakat Indonesia juga dirisaukan oleh pakar manajemen Tanri Abeng. Pendiri Universitas Tanri Abeng, itu dalam percakapan dengan Akarpadinews mengemukakan, harus ada upaya simultan memacu masyarakat.

Realitasnya memang tak menyenangkan. Dari aspek entrepreneurship (kewirausahaan). posisi Indonesia juga masih rendah. Baru 2,5 persen dari jumlah peduduk Indonesia yang berani berwirausaha. Selebihnya masih menggantang mimpi menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan buruh.

Celakanya, meski Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berulang kali menegaskan era buruh murah sudah selesai, toh yang tetap diandalkan Indonesia adalah: pasar yang luas dan upah buruh murah. Akibatnya terjadilah demonstrasi nyaris tanpa henti dan mengguncang kenyamanan berinvestasi. Bangsa ini terlalu lamban merespon kompetisi global. Dari lebih seratus BUMN, yang berdaya saing tinggi belum cukup 50 BUMN. Kalangan swasta juga relatif masih belasan.

Apa pasal?

"Akses rakyat terhadap modal masih lemah," ungkap Tien, wirausahawan belia yang terus melanglang ke mancanegara. Belum lagi hambatan dalam berinvestasi akibat kebijakan yang keliru di hari kemarin, belum sepenuhnya dibenahi. Itu sebabnya, lebih banyak yang milih berinvestasi di jiran, Malaysia dan Myanmar, seperti ungkap James, seorang pengusaha muda. "Inklusi keuangan perlu diperkuat," tegasnya. Bersamaan dengan itu orientasi pendidikan juga harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Bagi Deddy Mizwar, Wakil Gubernur Jawa Barat, daya saing harus dimulai dengan fokus pada potensi keunggulan yang dimiliki. Ia kemukakan, potensi kreatif dan inovatif masyarakat harus dihidupkan dan dikembangkan. Untuk itu, dia memberi perhatian khas pada dua hal itu. Dari sisi daerah, ia menyatakan, untuk memasuki persaingan 2015 itu, pihaknya memusatkan perhatian pada industri kreatif, industri pariwisata, dan budaya.

Harus ada pula kemauan membuka dan menempa diri. "Bila tidak kita akan tergerus oleh mereka yang siap berkompetisi," katanya. Jadi? Lakoni kewajiban secara bertanggung jawab.

Bagi Hermawan Kertajaya, yang penting adalah keberanian menghadapi kompetisi itu dengan perhitungan masak dan penguatan karakter. Caranya? Jadikan 2014 tahun Marketing! |

Editor : N Syamsuddin Ch. Haesy
 
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 200
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 306
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 727
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 883
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 834
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya