H.M Nasruddin Anshoriy Ch
RUBAIYAT KIAMAT
1.
Dengan mengucap Bismillah
Rubaiyat ini kutulus di bening kalbu
Bertabur di cakrawala
Menyemerbak di dalam jiwa
2.
Al Qori'ah berdiri gagah
Tuhan berfirman pada manusia dan seluruh makhluknya
Apakah kiamat hanya isapan jempol belaka?
Apakah bencana cuma hiasan bibir semata?
3.
Mal Qori'ah
Apakah hari kiamat itu
Apakah kiamat itu semacam pesta
Apakah hari kiamat itu masih menyisakan sepatah kata?
Ataukah dunia binasa tanpa menyisakan Izrail sang pencabut nyawa?
4.
Wama Adrokamal Qori'ah
Tahukah aku apa makna kiamat itu?
Tahukah engkau kapan kiamat tiba?
Tahukan kita dimana kiamat itu kini berada?
5.
Yaumatakununnasukalfarosyilmabtsutsus
Hari kiamat itu manusia seperti serangga di atas kobaran api
Jiwa manusia porak-poranda tak tentu rimba
Raga manusia tercerai-berai antara daging dan tulang-belulangnya
6.
Watakunuljibalukal 'ihnil manfus
Manakala gunung-gunung seperti taburan debu
Ketika alam seketika berkubang lumpur jelaga
Tatkala bumi remuk dan langit ambruk tanpa tiang penyangga
7.
Faammantsaqolat Mawaazinuh
Lalu tampaklah mizan keabadian
Neraca akal budi yang adil tiada terperi
Saat amal kebaikan ditimbang dan pahala menjelma cahaya
8.
Fahuwafii'isyatirrodhiyah
Saat manusia berakhlak mulia disemayamkan di singgasana
Ketika iman ditampakkan seperti kilau permata
Manakala budi-pekerti menjadi zamrud dan rubi
9.
Waammamankhoffat Mawazinuh
Dan orang-orang yang tanpa bekal kebaikan dalam hidupnya
Manusia-manusia pemuja berhala
Makhluk penuh penuh keculasan dan kebencian itu akan memanen amal buruknya
10.
Faummuhu Hawiyah
Tempat terburuk bernama neraka
Seburuk-buruk bencana sesudah kematian tiba
Sehina-hina penjara dan kerak kebusukan tiada hingga
11.
Wamaa Adrokamal Hawiyah
Tahukan kita apakah neraka bernama Hawiyah itu
Tahukah aku orang-orang seperti apa yang akan menjadi penghuninya?
Tahukah engkau manusia penuh jumawa yang akan kekal di dalamnya?
12.
Naarunhamiyah
Ibu segala api yang menyala tiada henti
Yang cipratan panasnya melelehkan tempurung kepala dan seisinya
Yang jilatannya mendidihkan gunung-gunung es dimanapun berada
Gus Nas Jogja, 20 Januari 2021
BENCANA
Pada gempa dan banjir kupetik kelopak rahasia
Sebab bunga-bunga mekar yang tak pernah disyukuri
Hutan belantara yang terus digergaji tiada henti
Adalah puncak petaka dan kemanusiaan yang telah mati
Bencana datang silih berganti
Sebab langit dan bumi tak lagi menemukan mimpi
Pada manusia yang kehilangan marwah dan budi pekerti
Bencana menjelma watak bengis alam semesta
Saat manusia sudah melampaui batas kemanusiaannya
Menyeret-nyeret agama untuk cipratan ludah tipudaya
Menjual iman pada lapak kebencian di pasar loak dunia
Kucari hikmah sejati di rumah-rumah roboh
Pada lalat-lalat yang berdengung di tenda-tenda pengungsi
Tapi yang kutemukan adalah kerontang jiwa
Orang-orang yang kelaparan pada ruh dan jati dirinya
Berjalan di antara puing-puing hati nurani
Air mataku menjelma banjir bandang dan gemalau duka
Detak jantungku mewartakan gempa di kebisuan kata
Tuhanku
Kembalikan takbirku pada pembuka sembahyangku
Bukan takbir yang bercipratan di jalan raya
Bukan takbir penuh jumawa sembari menepuk dada
Sebab pada puncak Attahiyat bertabur cinta
Hanya ada salam dan keberkahan pada seisi dunia
Gus Nas Jogja, 20 Januari 2021
MAMUJU
Mamuju berkalang rindu
Gempa yang datang di senjakala
Menghamburkan ratap duka ke cakrawala
Mamuju mendadak bisu
Rumah-rumah bersujud serendah tanah
Doa membeku di kegetiran kalbu
Kuucap belasungkawa pada senyap tangisku
Kudekap keabadian dalam peluk tasbihku
Hanya air mata yang kukirimkan bersama bait-bait rasa sakit pada puisiku
Diam-diam kuseruput hikmah dari cangkir musibah yang mendidih dalam pahit kopiku
Gus Nas Jogja, 18 Januari 2021
CAPITOL HILL
Apa yang kau cari, Amerika
Di wajah Donald Trump aku menyaksikan badai dan kelam
Demokrasi yang carut-marut dan matirasa pada manusia
Gedung Putih menghitam dalam biru puisiku
Magna Charta hanya menyisakan jelaga
Di mana kutemukan suara renta dari kerongkongan negeri Adidaya
Yang meneriakkan hak-hak asasi manusia sembari membantai kaum kulit hitam di seantero kota
Pemimpin buruk yang tanpa keteladanan
Yang menjadikan Palestina dan Afghanistan sebagai alas kaki
Yang menjadikan Irak dan Syiria hilang harga diri
Di Capital Hill kutatap satu demi satu para tamu
Tapi tak kujumpai wajah Suku Indian yang hadir di situ
Inikah makna Magna Charta dan gemulai Patung Liberty itu?
Tiba-tiba aku menyaksikan Amanda Gorman berdiri gagah di sana
Penyair belia berkulit hitam itu membelalakkan mataku
Ya, Amanda Gorman seakan sedang menyihir dunia dengan bait-bait puisi
Ia berteriak lantang tentang rusaknya akal sehat dan hati nurani
Tentang para pendemo yang mengepung Capital Hill dengan amarah dan rasa benci
Gus Nas Jogja, 22 Januari 2021
TEPUK DADA
Carilah kalimat malaikat
Pilihlah bahasa cinta para Nabi
Maka doa-doa akan mengepakkan sayap-sayap cahaya hingga menembus cakrawala
Tepuklah dada di ujung sakaratul maut
Sebab takabur hanyalah comberan lumpur
Petiklah Asmaul Husna pada bait-bait jiwa
Tangkaplah Ismul A'dzam di wilayah dukalara manusia yang ditakdirkan yatim-piatu
Orang-orang lapar di sepanjang trotoar dan debu jalanan
Allah yang selau kusebut
Tak akan hanyut walau mendung menggelayut dan badai merenggut
Iman yang kita kenal
Bukan syahadat yang kita hapal
Tapi orkestra keabadian yang menyenandungkan bening tadarus dalam percikan Cinta
Agama tak butuh tepuk dada
Tapi tepuklah jidat jika hidup hanya menyembah syahwat dan menjadikan diri sebagai berhala
Gus Nas Jogja, 18 Januari 2021