Siapkah Indonesia dengan Nuklir?

| dilihat 3963

AKARPADINEWS.COM | KRISIS energi yang bersumber dari fosil menjadi permasalahan pelik yang dihadapi sejumlah negara, khususnya negara-negara industri. Karenanya, upaya menemukan energi alternatif terus dilakukan. Salah satunya adalah mengembangkan energi nuklir.

Namun, tak sedikit masyarakat yang phobia terhadap nuklir. Peristiwa kelabu yang masih melekat di benak khalayak adalah meledaknya pembangkit nuklir Chernobyl di Ukraina pada tahun 1986. Tragedi itu menelan korban tewas sekitar 5.000 orang akibat radiasi nuklir.

Dan, phobia terhadap nuklir pun sempat muncul kembali tatkala terjangan tsunami tahun 2011 menghantam reaktor nuklir di Fukushima, Jepang. Pemerintah Jepang bertindak cepat dengan menutup semua reaktor nuklirnya karena kekhawatiran terjadinya kebocoran reaktor nuklir di daerah lainnya yang dapat berdampak radiasi.

Nuklir pun menjadi momok masyarakat dunia ketika disalahgunakan untuk kepentingan bersenjata seperti yang dituduhkan masyarakat internasional terhadap Korea Utara dan Iran.

Namun, tidak dapat dipungkiri, energi nuklir adalah salah satu alternatif sumber energi yang layak diperhitungkan saat ini. Semakin berkurangnya energi fosil dan tidak stabilnya harga minyak dunia, dan sulitnya mengembangkan sumber energi baru, menjadi alasan pengembangan energi nuklir. Nuklir yang dianggap menyeramkan kini diyakini tidak mengeluarkan efek rumah kaca, lebih murah, meski membutuhkan dana yang sangat besar untuk mengembangkannya.

Selain meletusnya bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 dan bencana Chernobyl sebagai kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah pada tanggal 26 April 1986, tercatat lebih dari 2000 ledakan nuklir yang terjadi sejak 1945. Amerika Serikat meledakkan 1.039 bom nuklir sejak berakhirnya Perang Dunia II.

Sementara Uni Sovyet 718 kali, Perancis 198, Inggris dan Cina 45 ledakan. Lalu, India dan Korea Utara, masing-masing tiga kali, dan Pakistan dua kali. Puluhan ribu manusia terpapar zat radioaktif secara langsung akibat uji coba tersebut. Isu-isu ini membentuk bayangan buruk dan menakutkan tentang nuklir dan pengembangannya.

Namun, saat ini, masyarakat dunia mulai melupakan bencana bom atom dan Chernobly. Sejak awal 2.000, keinginan mengembangkan energi nuklir mulai melanda Asia, termasuk Indonesia. Sebenarnya, perkenalan Indonesia dengan nuklir sudah berlangsung cukup lama. Pada tahun 1958, Indonesia membangun Lembaga Tenaga Atom yang pada tahun 1964 berubah menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).

Menurut Sulfikar Amir, sosiolog Indonesia yang mengajar di Nanyang Technological University, Singapura, yang meluncurkan film dokumenter “Nuklir Jawa”, menjelaskan, Presiden Soekarno sangat serius mengembangkan nuklir antara lain karena tujuan politik. Kepala BATAN kala itu adalah jabatan penting setingkat menteri. Soekarno ingin mengembangkan bom atom untuk menakuti-nakuti Malaysia yang saat itu sedang berkonfrontasi dengan Indonesia. Sampai-sampai, Indonesia kala itu meminta bantuan Cina untuk membangun senjata nuklir. Tapi, rencana itu gagal karena tahun 1965, Soekarno terguling dari kekuasaannya.

Pada era Orde Baru, BATAN memiliki tiga reaktor dengan tujuan untuk penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan energi di Indonesia. Reaktor Triga 2000 di Bandung dibangun atas bantuan Amerika Serikat, Reaktor Kartini di Yogyakarta bantuan Rusia dan Reaktor Serba Guna GA Siwabessy di Kawasan Pupiptek di Serpong, Banten atas bantuan Jerman yang merupakan reaktor terbesar di Asia Tenggara.

Lebih dari 50 tahun bangsa ini sudah mengoperasikan reaktor nuklir. Bahkan, dunia internasional dalam hal ini Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) pernah menyatakan, Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang paling siap untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Kepala BATAN, Prof Dr Djarot S Wisnubroto menjelaskan, BATAN telah mencapai berbagai keberhasilan seperti di bidang pangan, kesehatan dan obat-obatan, energi, industri, sumber daya alam, dan lingkungan.

Di bidang energi, BATAN telah melakukan persiapan untuk terwujudnya listrik nuklir. Ditandatanganinya 'Buku Putih PLTN' Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, tinggal menunggu keputusan atas persetujuan Presiden Joko Widodo.  

Indonesia semakin tertarik dengan nuklir lantaran kewalahan membiayai energi bahan bakar minyak yang bersumber fosil. Tapi, apakah kita siap dengan resikonya?

Belum lagi resistensi masyarakat. Sejumlah akademisi dan aktivis lingkungan menentang rencana pengembangan nuklir. Mereka mendesak Presiden untuk tidak pembangunan PLTN. Pembangunan PLTN diharapkan akurat dan sesuai dengan uji publik karena dampak yang akan ditimbulkan sangat luar biasa, salah satunya limbah nuklir.

Dalam cara pandang sosiologis, Sulfikar Amir seperti dilansir laman Deutsche Welle, menjelaskan tentang interaksi masyarakat dengan teknologi. Menurutnya, nuklir adalah isu teknokratik tingkat tinggi, tapi punya dampak sangat luas. Para teknokrat selama ini hanya menghitung aspek teknologi dan ekonomi, tidak membicarakan resiko sosial.

“Saya membicarakan nuklir dari isu tata kelola resiko. Kita selama ini hanya bicara keuntungan nuklir bagus untuk pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan lain-lain, tapi kita tidak banyak tahu tentang resikonya,” jelas Amir. 

Bahkan, dalam kasus tragedi Fukushima, Jepang, kesimpulan akhir menyebut tragedi itu terjadi bukan karena bencana alam, tapi akibat manusia, karena kalangan industri nuklir tidak mengantisipasi situasi darurat. “Bayangkan, jika Jepang yang terkenal punya disiplin sangat tinggi, bisa kebobolan, bagaimana Indonesia yang sistemnya korup dan tidak punya dukungan infrastruktur? PLTN itu butuh infrastruktur sangat solid, karena kalau tidak, akan sangat mengerikan jika terjadi bencana,” tegas Amir.

Ratu Selvi Agnesia

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 633
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 781
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 750
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Humaniora
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 98
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 515
Momentum Cinta
12 Mar 24, 01:26 WIB | Dilihat : 524
Shaum Ramadan Kita
09 Mar 24, 04:38 WIB | Dilihat : 444
Pilot dan Co Pilot Tertidur dalam Penerbangan
Selanjutnya