Dahsyatnya Ular Betina

| dilihat 1331

bang sém

Jangan mudah terpesona dengan lirikan mata dan gerak gerik manja ditingkah warna-warni membungkus tubuh. Ambil jarak dan senantiasa waspada. Karena jenis yang semacam ini punya lidah berbisa yang dahsyat dan mematikan.

Kalimat itu, saya dengar pertama kali dari petugas Kebun Binatang Ragunan, beberapa tahun lalu, untuk mengenali karakter beragam jenis bangsa ular. Hal itu saya lakukan dalam suatu observasi untuk penulisan cerita dan skenario film.

Meski observasi itu saya lakukan guna memberikan gambaran watak secara metaforik, beragam informasi dan pengetahuan yang saya dapatkan sangat menarik.

Secara spiritual, saya bahkan mendapatkan kesan, Tuhan sengaja menciptakan hewan atau fauna, tak hanya untuk kepentingan keseimbangan ekologis semesta, jauh dari itu juga supaya manusia dapat mengenali dan mempelajari beragam watak makhluk, yang berlaku untuk manusia dan hewan.

Beragam dongeng atau kisah-kisah pendek farabel banyak berkisah tentang watak hewan, termasuk ular. Termasuk dongeng ilusi dan fantasi tentang manusia ular.

Karakter ular dan hewan lain, dalam banyak hal bisa ditemukan pada diri manusia. Meskipun kelebihan untuk mengenali bahasa hewan, termasuk ular hanya diberikan Tuhan kepada manusia-manusia pilihannya. Antara lain, Nabi Sulaiman.

Dalam bentuk lain, juga dimiliki para pawang dan penangkap ular, meski mungkin bentuk komunikasinya berbeda dengan komunikasi yang dilakukan Nabi Sulaiman.

Di India, selain para pawang yang menjadikan ular sebagai sahabat untuk melakukan hiburan massal pinggiran jalan, juga berkembang para pawang atau penjinak ular generasi baru.

Narendra Kaushik, seorang penulis yang tinggal di Uttar Pradesh, India, mengungkapkan para penjinak uar, itu  melakukan 'profesi'-nya tidak untuk kepentiungan penghibur trubador yang populer disebut sebagai "Nagin." Mereka melakukannya untuk memenuhi rasa petualangan dan untuk menjaga keseimbangan ekologi alam.

Manasi Nathwani, misalnya. Ibu rumah tangga yang tinggal di Thane, ini mulai menyelamatkan ular sejak 2009. Perempuan 34 tahun yang kini bekerja untuk Wildlife Welfare Association (WWA) di dekat Mumbai, itu membantu masyarakat dan ular dari daerah pemukiman. Dia mendapatkan dukungan dari Aditya Patil, Presiden WWA, seorang insinyur mesin. Juga Ketan Patre, editor di Viacom 18, sebuah perusahaan film.

Menurut Patil, seperti ditulis Kaushik, menangkap dan menjinakkan ular adalah bagian dari "tugas mendasar," dirinya sebagai warga negara India, seperti diatur dalam Pasal 51A (g) Konstitusi India. Bagi dia,  menangkap ular adalah bakti sosial, untuk mencegah kematian sia-sia manusia akibat gigitan ular. Termasuk, sebagai bagian dari upaya untuk mengenali watak makhluk hidup.

Di lingkungan komunal ular, berbagai asumsi tentang jenis ular berdasarkan sexual type-nya, banyak keliru. Misalnya, ular jantan yang dianggap bertanggung jawab, sedangkan ular betina sebagian besar pasif. Faktanya tidak begitu. Asumsi tersebut keliru.

Seperti diungkap Sandrine Ceurstemont, jurnalis BBC yang meliput khas dunia fauna, termasuk ular. Dia mengungkap kisah ihwal Jesús Rivas, suatu ketika di tahun 2017, mengeluarkan anaconda betina dari pesta ular untuk memeriksanya.

Rivas, herpetologis dari New Mexico Highlands University di Las Vegas, mengemukakan, Anakonda betina mempunyai watak 'sadis,' memakan salah satu pasangan seksual terbarunya. Ini merupakan fenomena yang dikenal sebagai kanibalisme seksual. Anakonda hanya mengenal kanibalisme seks satu arah: betina memakan jantan.

Fenomena ini mematahkan asumsi para ilmuwan sebelumnya, bahwa ular betina selama pacaran dan kawin patuh pada pasangannya, padahal tidak demikian. Anoconda betina memainkan peran sentral, termasuk dalam melakukan poliyandri.

Menurut Rivas, “Semula ada interpretasi bahwa betina tidak punya suara dalam proses kawin-mawin.” Presumsi itu berkembang, lantaran para peneliti sebagian besar adalah laki-laki.

Ular betina, secara fisik mempesona, sehingga tidak mengherankan jika mereka dapat memikat dan memancing hubungan sexual, sebelum menelan - pasangannya. Pada kebanyakan ular, postur betina lebih besar dari jantan.  

Anaconda  betina, misalnya, rata-rata 4,7 kali lebih besar dari jantannya. Itu adalah perbedaan ukuran terbesar antara jenis kelamin di vertebrata yang hidup di darat. "Perbedaannya drastis," kata Rives.

Kebanyakan ular jantan tidak menunjukkan perilaku stereotip. Mereka tidak teritorial, dan selama masa pacaran, mungkin hanya menjauhkan pesaing mereka, alih-alih menggerakkan ekor mereka untuk secara diam-diam meraih saluran kelamin wanita. Ini bisa menjelaskan mengapa ular jantan tidak mendapat manfaat dari posturnya.

Rives menduga, mungkin, evolusi telah mendorong ular betina untuk tumbuh lebih besar. Sebuah studi tahun 2016 juga menemukan bahwa ukuran tubuh ibu ular dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh anaknya. Akan halnya ular jantan, tampaknya tertarik pada manfaat reproduksi ini: mereka lebih suka berpacaran dengan betina yang lebih besar.

Tetapi tidak jelas bagaimana pejantan membuat pilihan ini. Ular tidak memiliki penglihatan yang baik, jadi bagaimana ular jantan dapat melihat betina yang sangat besar dari kejauhan masih belum jelas.

Petunjuk yang mungkin datang dari fakta bahwa pacaran diprakarsai oleh ular betina, bukan ular jantan. Setelah betina keluar dari hibernasi dan melepaskan kulitnya, dia melepaskan feromon yang menarik jantan ke arahnya. Feromon, itu, menurut Rives, yang membuat ular jantan mabuk kepayang dan tergila-gila.

Feromon -- pada manusia, sejenis wangi tubuh -- tersebut ternyata dapat membawa informasi tentang penampilan ular betina.

Penelitian Michael LeMaster dari Western Oregon University di Monmouth menemukan fakta, bahwa aroma yang dikeluarkan oleh ular betina jenis Garter sisi merah, dapat menunjukkan ukuran fisik mereka. Selama musim kawin, betina yang bertahan lebih lama, karena memiliki proporsi bahan kimia tertentu yang lebih tinggi di kulitnya.

LeMaster terkejut, ketika menemukan bahwa ada variasi tergantung ukuran dalam feromon daya tarik seksual betina. Meskipun ular jantan bercumbu dengan betina yang lebih kecil, mereka menghabiskan lebih sedikit waktu untuk melakukannya.

Dalam studi Mark O'Shea dan kawan-kawan dari University of Wolverhampton, Inggris di hutan Borneo - Malaysia, pada jenis ular terbang, ular-ular jantan mengikuti gerak ular betina di jalan setapak, selama 30 menit sebelum masuk ke dalam semak, untuk memperebutkan posisi kopulasi prima selama perjalanan.

Anaconda hijau betina akan berdiam di lumpur atau air dangkal, kala beberapa jantannya berusaha bergerak untuk menemukannya. Seringkali, selusin calon pasangan menampilkan diri mereka sendiri, membungkus diri di sekitar betina dalam sebuah ritual yang bisa berlangsung hingga sebulan.

Rivas dengan jelas ingat melihat anaconda jantan terus-menerus mengejar anaconda betina dan kemudian berhubungan seks dengannya.

"Itu yang paling dekat dengan cinta sejati yang akan Anda temukan pada seekor ular," kata Rivas.

Watak memikat dengan pesona rupa ular betina tidak menebar feromon untuk mengusik sesama ular betina.  Tapi, dalam cerita fiksi tentang 'manusia ular,' perilaku ular betina lebih jahat dan sadis. Tidak melahap lawan jenisnya dengan mulutnya semata, tapi juga dengan kata-kata dan cerita yang lumer di lidahnya yang berbisa |

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 823
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1089
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1342
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1483
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1096
Rumput Tetangga
Selanjutnya