Cara Menyikapi Ancaman Nanomonster Covid 19

Melihat Ferry Membayangkan Cainis dan Bolsonaroan

| dilihat 792

Bang Sém

Politisi senior Indonesia, Ferry Mursidan Baldan terbilang orang yang rewel mengingatkan kolega dan lingkungan sosialnya tentang bahaya coronavirus - Covid-19.

Dia tak sekadar mengajak koleganya yang sudah berusia 60 tahun ke atas untuk menjalani pola hidup sehat dan bahagia. Lebih dari itu, paling kerap mengingatkan siapa saja untuk taat pada prosedur cegah tular Covid-19.

Ke mana saja pergi, Ferry selalu membawa hand sanitizer, spray desinfektan untuk menyemprot kursi dan meja yang akan diduduki di tempat umum, juga desinfektan aromatik untuk ruangan berpendingin. Termasuk mobil.

Selebihnya, dia lebih suka ngobrol di ruang terbuka, katimbang di ruang tertutup.

Tiga alasannya. Pertama, kita yakin hidup bergantung kepada ketentuan Allah, tapi jangan menantang-nantang nasib dan takdir. Kedua, Tuhan sudah memilih kalangan untuk menjadi ulul albab - termasuk saintis yang punya ilmu dan pengetahuan menyikapi suatu situasi dalam kehidupan sehari-hari, kita ikuti nasihatnya. Ketiga, sebagai manusia, kitya kudu pandai bersiasat, antara lain mencegah diri kita menjadi mangsa virus yang tidak kelihatan.

Nanomonster Covid-19 sudah memakan banyak korban. Tak peduli apa status sosialnya. Kaya, miskin, rakyat biasa, rakyat yang kebetulan jadi petinggi, raja, lelaki, perempuan akan mudah menjadi mangsa nanomonster ini.

Karenanya, kata Ferry, prinsip - prosedur memakai masker (sekaligus simbol perlindungan personal dan sosial) , mencuci tangan (sebagai simbol kebersihan lahir batin), dan jaga jarak sosial (sebagai latihan memahami jarak budaya) mesti dipahami dan dilakoni dengan sebaik-baiknya.

Omongan Ferry mengingatkan saya pada kematian Heman Cain, mogul Pizza Amerika berusia 74 tahun, tokoh politisi pemimpin Black Voices for Trump, yang mati tertular nanomonster Covid-19, 30 Juli 2020 lalu.

Bakal kandidat cadangan Partai Republik - bila Trump terkendala -- di Pemilihan Presiden mendatang, itu mati setelah dirawat di rumah sakit selama sebulan.

Politisi pemimpin gerakan 'anti masker,' ini dinyatakan secara resmi, telah terinfeksi virus kurang dari dua minggu setelah menghadiri rapat umum dalam ruangan presiden yang terkenal di Tulsa, Oklahoma, pada 20 Juni 2020.

Kala itu, Cain dengan beberapa pendukung  terkemuka Voice Black for Trump tampil di hadapan khalayak tanpa masker (pelitup). Sikap dan aksi anti pelitup, itu ditampakkannya dalam berbagai kesempatan di hadapan khalayak berikutnya.

Cain mati seperti kematian mangsa nanomonster Covid-19 lainnya dan memerlukan proses panjang untuk keluar dari rumah sakit dan harus mengikuti prosedur Covid-19 saat pemakamannya.

Sikap 'anti pelitup' Cain adalah salah satu variabel kritis yang menonjol dalam kasus kiematian Cain dan 150 ribu warga Amerika Serikat mangsa Covid-19 lainnya.

Kematian Cain menjawil pejabat kesehatan masyarakat Oklahoma untuk mendesak penyelenggara Pemilihan Umum Amerika Serikat untuk menunda rapat umum sampai kondisi sungguh aman.

Tapi penyelenggara Pemilu dan politisi menolak desakan itu. Mereka memilih jalan, menyelenggarakan kampanye dengan standar proisedur Covid 19.

Tentu, banyak pendukung Trump yang kemudian ingkar dan larut dalam aksi anti pelitup mereka: menghadiri pertemuan tanpa pelitup, seolah - olah nanomonster yang menyebabkan Amerika Serikat sebagai negara terparah dalam menghadapi serangan nanomonster Covid-19. Lebih dari 4 juta warga negara Uncle Sam, itu sudah terpapar dan sistem kesehatan negara itu sudah keteteran.

Presiden Trump sendiri kekeh dengan pendiriannya, bahwa COVID-19 merupakan virus politik, buah rekayasa biodiversifikasi, yang disebutnya Virus China. Sikap Trump direkayasa untuk menimbulkan xenofobia dalam skala lebih besar, seperti dia pernah menyerukan islamfobia.

Para pengikut Cain, tak menafikan pemimpinnya mati karena nanomonster Covid-19, tapi merilis penelitian yang dibiayai Cain yang menemukan hydroxychloroquine untuk kepentingan politik.

Seolah-olah hydroxychloroquine berdampak positif bagi pasien virus corona, tapi sebagian terbesar ahli virus dan vaksin menyatakan hal yang sebaliknya. Para Cainis mengatakan, penolakan para ahli itu, sangat politis. Penolakan itu, menurut mereka, karena Trump mendukung pernyataan, bahwa hydroxychloroquine merupakan obat untuk melawan COVID-19.

Bolsonaroan

Brasil mengikuti jejak Amerika Serikat, mengalami jumlah kasus terpapar dan kematian takibat nanomonster Covid-19 tertinggi kedua di dunia.

Seperti Trump, Presiden Brazil Jair Bolsonaro menganggap enteng virus yang sudah terbukti membuat dunia sempoyongan dari aspek kesehatan, sosial, ekonomi, dan akan menuai krisis politik.

Belakangan, ketika demam tinggi dan mengalami gangguan batuk keras, pejabat kesehatan Kepresidenan mendesak Bolsonaro untuk test virus. Hasilnya? Presiden Brasil Bolsonaro dinyatakan positif. Dia dinyatakan positif mengidap COVID-19.

Bolsonaro dan pengikutnya, Bolsonaroan, telah kerap kali mengecilkan risiko COVID-19, yang disebutnya sebagai "flu kecil" yang tidak akan berpengaruh secara serius.

Bolsonaro juga menentang usulan untuk menerapkan lockdown atau pembatasan sosial dalam skala besar, yang menurutnya merugikan ekonomi.

Dia keukeuh menyatakan, keputusan lock down lebih berbahaya dari Covid-19 itu sendiri. Aha ! Bolsonaro dan Bolsonaroan menuduh media seluruh penentangnya sebagai penyebar informasi palsu ihwal nanomonster yang tak bertoleransi kepada siapa saja ini.

Bolsonaro, 65 tahun, berada dalam kelompok manusia berisiko tinggi dalam menghadapi nanomonster Covid-19.

Dia menyatakan keyakinannya, seperti pernyataan Trump, dan mengaku menggunakan hydroxychloroquine, azitromisin, dan antibiotik untuk mengobati penyakitnya. Padahal, tak satupun obat yang disebutnya, terbukti efektif melawan virus.

Karena kasusnya, sejumlah Bolsonaroan yang terakhir kontak dengan Presiden yang dandy, itu ditelusuri petugas kesehatan, dan mesti mengikuti tes virus.

Direktur eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia, Dr Mike Ryan, bertutur paroidial, "Saya berharap Presiden Bolsonaro sembuh total dari penyakit ini. Saya pikir, ini pesan, bahwa kita rentan terhadap virus ini."

Ucapan itu seolah membalik omongan Bolsonaro yang diyakini, Bolsonaroan, "tidak perlu khawatir, karena saya tidak akan merasakan apa-apa, paling-paling itu akan seperti flu ringan atau sedikit flu." Faktanya, Covid-19 telah mempertontonkan kepada dunia, di Brazil angka kematian terus melonjak dari semula 3.000 dan 40.000 di bulan Maret.

Meskipun demikian, Presiden Bolsonaro berpendapat bahwa penutupan wilayah memiliki efek yang lebih merusak daripada virus itu sendiri, dan menuduh media menyebarkan kepanikan dan paranoia.

Bolsonaro yang juga mencampakkan rekomendasi jarak sosial dan menolak mempromosikan perawatan karantina personal, itu kini terkena tulah sendiri. Terbukti, negaranya tak berkutik ditekuk Covid-19.

Mengikuti tuannya. bolsonaroan pun tak begitu ambil peduli perjuangan para peneliti dan ilmuan Brazil yang sedang berjuang melawan virus corona dan juga sikap anti-sains pemerintah.

Sikap anti sains dan menganggap remeh Covid-19 sudah dia tampakkan sejak April lalu, ketika dia memecat menteri kesehatan kabinetnya, Luiz Mandetta. Lalu, Bolsonaro mengangkat Nelson Teich sebagai menteri kesehatan, yang tak sampai sebulan bekerja, lalu mengundurkan diri pada (15 Mei 2020).

Para ilmuwan dan peneliti Brazil kini bersikap realistis, melawan Presiden Bolsonaro dan kaum bolsonaroan yang  memujanya. Fisikawan Luiz Davidovich, presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Brasil di Rio de Janeiro menyatakan, terlepas dari kekacauan, para ilmuwan Brasil bekerja keras mengatasi tantangan yang ditimbulkan pandemi.|

Editor : Web Administrator | Sumber : berbagai sumber
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1181
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 236
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 459
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 450
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 419
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya