Tragedi Archimides di Tangan Serdadu

| dilihat 4301

Catatan Florentique Fatheema

SIAPA tak kenal Archimides? Rumusnya sangat sohor : bila benda padat dicemplungkan ke air, maka benda itu akan mendapatkan tekanan dari air sebesar berat jenis benda itu.

Archimides menemukan rumus itu, setelah melalui proses yang mendebarkan. Suatu hari, Archimides mendapat tugas dari raja yang dia kagumi, Raja Hieron untuk menguji mahkota raja yang baru, sepenuhnya terbuat dari emas murni yang diberikan kerajaan, atau mencampurnya dengan perak.

Raja curiga kepada pande emas pembuat mahkota itu. Dia mulai mengutak atik rumus untuk memberi pernyataan sekaligus penilaiannya. Ia tak mau serampangan, karena kuatir, bula penilaian dan pernyataannya akan mengorbankan pande emas, itu.

Bermalam-malam, Archimides belum juga menemukan rumus yang tepat untuk itu. Archimedes berpikir panjang dan keras namun tidak bisa menemukan metode untuk membuktikan bahwa mahkota emas itu tidak utuh.

Segera setelah itu, dia mengisi bak mandi dan melihat bahwa air tumpah di tepi saat dia masuk dan dia menyadari bahwa air yang terlantar oleh tubuhnya sama dengan berat tubuhnya.

Mengetahui bahwa emas lebih berat daripada logam lain yang bisa dimasukkan mahkota mahkota, Archimedes memiliki metode untuk menentukan bahwa mahkota itu bukan emas murni. Karena lupa bahwa dia telanjang, dia berjalan telanjang di jalanan dari rumahnya sambila berteriak, “Eureka!” – dalam bahasa Yunani yang berarti, “Sudah kutemukan.. !!”

Cerita lain mengisahkan, ketika melihat fenomena di bak mandi, Archimides belum puas. Lantas dia pergi ke kolam dekat rumahnya. Telanjang bulat dia menceburkan dirinya ke dalam kolam.

Setelah usai, Archimides naik dari atas kolam lalu sambil berjalan (dalam keadaan bugil) ke rumahnya sambil berteriak: “Eureka! Eureka!” 

Cerita ini pertama kali ditulis oleh Vitruvius, seorang arsitek Romawi, pada abad kesatu Sebelum Masehi (SM).

Karena berjalan sambil telanjang di jalan kota (karena lupa) itulah, dia sempat dituduh gila. Belakangan, Eureka menjadi istilah untuk temuannya tentang Gaya apung benda padat di dalam air itu.

Menurut Boundless, prinsip (Eureka) Archimedes menyatakan bahwa gaya apung pada benda yang terendam dalam cairan sama dengan berat cairan yang dipindahkan oleh benda itu.

Jika sebuah gelas terisi ke atas dengan air dan kemudian es batu ditambahkan ke dalamnya, apa yang terjadi? Sama seperti air yang tumpah di tepi saat Archimedes memasuki bak mandinya, air di kaca akan tumpah saat es batu ditambahkan ke dalamnya. Jika air yang meluah (tumpah) keluar ditimbang (berat adalah gaya ke bawah), maka akan sama dengan gaya yang naik (apung) pada benda itu. Dari gaya apung, volume atau kerapatan rata-rata objek dapat ditentukan.

PRINSIP Archimedes merupakan metode yang sangat berguna dan serbagunam khasnya untuk mengukur volume benda tidak beraturan, seperti mahkota emas, serta menjelaskan perilaku benda yang ditempatkan dalam cairan apapun.

Menurut Science Clarified, Prinsip Archimedes menggambarkan bagaimana kapal mengambang, kapal selam menyelam, balon udara terbang, dan banyak contoh lainnya. Prinsip Archimedes juga digunakan dalam berbagai macam topik penelitian ilmiah termasuk teknik (teknik entomologi dan geologi).

Dalam produksi kapal selam dengan desain yang sederhana, handal, hemat biaya, seperti ditulis dalam jurnal Informatika, Elektronika, dan Visi (2014), diungkap, prinsip Archimides digunakan dalam suatu rancangan desain, agar kapal selam benar-benar tenggelam dan tetap melaju di bawah air untuk menjaga kedalaman konstan.

Perancangan kapal selam prototipe ini menggunakan perhitungan yang melibatkan massa, densitas, dan volume kapal selam dan air terlantar untuk menentukan ukuran tangki ballast yang diperlukan, yang mampu menentukan jumlah air pada kedalaman dimana kapal selam bisa menyelam.

Prinsip Archimedes juga digunakan dalam desain kapal selam untuk membantu mereka menyelam dan muncul kembali, sekaligus untuk menjelaskan alasan, mengapa beberapa serangga dapat berjalan di atas air.

Di bidang medis dan kedokteran gigi, Prinsip Archimedes memiliki banyak kegunaannya, dan dimanfaatkan untuk menentukan kepadatan tulang dan gigi. Tahun 1997, dalam sebuah makalah di jurnal Medical Engineering & Physics, para peneliti menggunakan prinsip Archimedes untuk mengukur volume bagian dalam spons tulang, yang juga dikenal sebagai tulang cancellous.

Fraksi volume tulang cancellous dapat digunakan dalam berbagai usia dan studi kesehatan termasuk menjadi indeks dalam studi penuaan, osteoporosis, kekuatan tulang, kekakuan, dan studi elastisitas.

Berbagai metode yang menggunakan prinsip Archimedes dipakai untuk meningkatkan reproduktifitas pengukuran  di mana tulang terendam dalam air suling, dalam larutan air dan surfaktan. Pun. ketika tulang ditempatkan di tempat yang tertutup rapat dalam wadah, dimana terjadi perubahan tekanan gas.

Prinsip Archimedes dibandingkan dengan menggunakan tomography computed beam cone (CBCT) untuk mengukur volume gigi. Tes yang membandingkan prinsip Archimedes dan pengukuran CBCT menunjukkan bahwa yang terakhir akan menjadi alat yang akurat dalam merencanakan prosedur gigi.

ARCHIMIDES tinggal di Syracuse, pulau Sisilia (kini menjadi wilayah Italia) pada abad ketiga SM. Pada masa itu, menurut Scientific American, Syracuse merupakan salah satu kota paling berpengaruh di dunia kuno.

Pelabuhan kota ini menjadi gerbang utama interaksi dengan bangsa-bangsa lain. Di pelabuhan Syracuse, datang dan pergi kapal-kapal dagang dari beragam bangsa, seperti Mesir, Yunani, Fenisia, dan Atlantis.

Syracuse, menurut Palimedim Archimedes, adalah juga kota pusat perdagangan, seni dan sains. Archi meninggalkan kota ini, kala masih belia. Dia pergi belajar geometri dan astronomi di Alexandria,” yang pada masa itu merupakan pusat intelektual terbesar di dunia kuno.

Selepas belajar di Alexandria, Archimedes pulang dan menetap di Syracuse untuk menjalani kehidupan pemikiran dan melaluikan berbagai  penelitian dan penemuan.

Dalam legenda apokrif, Arci dicatat sebagai tokoh yang banyak memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang mengganggu Raja Hieron II. Salah satunya adalah memberi solusi bagi raja untuk mengeluarkan genangan air hujan yang menggenang di lambung kapal kerajaan.

Tugas yang diberikan Raja Hieron, itu memungkinkan Archimedes membuat mesin peluah genangan air, yang terdiri dari tabung berongga, berupa spiral yang bisa diputar oleh pegangan di salah satu ujungnya untuk menarik air dari lambung kapal dan membuangnya ke laut.

Metode ini, di era modern dalam bentuk mini dan untuk kehidupan sehari-hari dipergunakan sebagai pembuka botol dengan tabung berongga.

Temuan itu disebut sebagai Screw Archimides, yang akhirnya sampai kini (dengan berbagai modifikasi dan ubah suai) masih digunakan sebagai metode irigasi di negara-negara berkembang, seperti dipublikasikan Palimetris Archimedes.

Archimides adalah ilmuwan unggul di dunia pada masanya. Dia seorang fisikawan, matematikawan, astronom, penemu dan insinyur. Banyak penemuan, teori dan konsepnya terus digunakan sampai kini, dan mungkin juga nanti.

Sebagai ahli geometri, Archimedes juga terkenal dengan kata-katanya, "Beri aku tuas dan tempat untuk berdiri, dan aku akan memindahkan dunia."

Ungkapan itu dianggap sebagai ekspresi kesombongan, padahal dengan pernyataannya itu, Archimides mengungkapkan kekuatan leverage, yang -- paling tidak secara kiasan --menggerakkan dunia. Archimedes menyadari bahwa untuk mencapai jumlah atau pekerjaan yang sama, seseorang bisa melakukan integrasi antara kekuatan dan jarak dengan menggunakan tuas.

Teorinya tentang Lever menyatakan, "Magnit berada dalam keseimbangan pada jarak yang secara timbal balik sebanding dengan bobotnya," seperti ditulis Chris Rorres di New York University, dalam bukunya yang viral, menurut "Archimedes 21st Century."

Archimedes juga merancang pertahanan untuk Syracuse melawan tentara Romawi. Dia memperkuat dinding Syracuse dan membangun mesin perang, sehingga menahan orang-orang Romawi selama dua tahun.

Namun, Archimides wafat dalam keadaan menyedihkan. Dia dibunuh seorang prajurit, pada tahun 212 SM. Prajurit itu utusan Jenderal Marcellus yang memaksa Archimides menghadap sang jenderal, ketika dia sedang menyelesaikan prinsip pemikirannya tentang gaya ungkit.

Archimides menolak dan marah karena tekanan, itu dan mengusir sang prajurit, yang lalu menempeleng dan memukulinya hingga tewas. Jenderal Marcellus memerintahkan agar Archimedes dimakamkan dengan hormat. Batu nisan Archimedes diukir dengan gambar bola di dalam silinder, yang menggambarkan salah satu risalah geometrisnya.

Belakangan, di awal abad 21, prinsip-prinsip dan buah pikir Archimides juga diperguanakan dalam konversi ilmu sosial, termasuk sosial, politik, dan budaya. Kebesaran dan kemasyhuran Archimides mendunia, meski dia menjadi korban kekerasan yang tak pernah dipikirkannya.|

                                                                                                                                                     
                                                                                                                                                                  Penulis sains asal Bordeaux - Perancis, berayah Perancis beribu Mesir

Editor : sem haesy | Sumber : The Archimides Palimpsest, ETC University of South Florida, dan berbagai sumber
 
Energi & Tambang
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 503
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1585
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1373
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya