Botol Susu di kamar Tidurku

| dilihat 3633

Cerita Pendek Haedar

BOTOL susu itu selalu bersama tidur malamku, sejak hujan turun lebat selepas maghrib. Kami bergegas bersama Sharita, menjamu teman makan malam di resto tak jauh dari tempat tinggalku. Lalu kita berpisah.

Tanya pergi bersama Sharita. Menghilang di remang malam. Purnama menghantar keduanya pulang ke rumahnya, dengan cahaya yang berkasnya menghias langit tak berawan.

Aku pulang ke tempatku. Botol susu itu teronggok di sudut sofa.

“Biarlah botol susu itu bersamamu, supaya Sharita selalu ada dalam dekapanmu,” ujar Tanya, ketika kutelepon.

Sejak itu, setiap kali kukangen Sharita dan Tanya, botol susu itu selalu kugenggam.

Setiap pagi, selepas berpakaian dan bersiap menjalani agenda kerja, tak pernah lupa kujerang air, mengisinya ke dalam botol susu, itu.

“Itu botol susu, bukan botol untuk air jernih,” ujar Herry, sahabat serumah, suatu hari. “Kenapa gak beli susu aja sekalian, terus minum dari botol itu,” serunya sambil ngakak.

“Kujerang air dan memasukkan ke dalamnya, supaya botol susu itu selalu steril. Kelak, bila Sharita ke sini, dia boleh pakai lagi,” kataku.

Herry tertawa. “Lebih baik kemas botol itu dan hantarkan ke rumah Tanya,” serunya.

Kukontak Tanya. “Mau ngomong botol susu Sharita lagi ya? Di sini ada tiga lagi botol susu dia. Biarlah yang satu itu bersamamu,” ujar Tanya.

Tak berapa lama dia kirim video lewat WA. Di rekaman video itu, Sharita sedang asyik menyusu. Matanya sayu, karena kantuk.

Sharita.., bayi istimewa. Tak hanya cantik dan sehat. Juga atraktif. Sejak bisa duduk, Sharita menunjukkan aktivitasnya yang lucu. Kadang dia mengambil spidol, kemudin mencoreng-moreng kulit wajah dan tangannya yang putih bening.

Tapi Sharita selalu tenang mengenakan hijab mungil, duduk tak jauh dari posisi Tanya bersujud. Sharita kerap membuka juz amma kecil, acapkali Tanya bertadarus selepas salat.

Sharita menirukan Tanya, mamanya. Seolah-olah dia juga sedang menderas.

Aku merasa Sharita sebagai anakku sendiri. Dia tenang ketika kugendong pertamakali. Matanya menatap wajahku dan tertawa cantik, acapkali kuajak bermain.

Lama aku tak sua dengan Sharita dan Tanya. Sudah hampir dua bulan aku tak sua. Terutama, karena aku mesti meninggalkan kotaku, menyelesaikan beberapa pekerjaan di Kuala Lumpur.

Entah kenapa, botol susu Sharita, selalu ikut bersamaku.

Tanganku reflek dan spontan memasukkan botol susu itu ke dalam kopor pakaian. Dan, di hotel, ketika menyoapkan bahan presentasi untuk suatu acara esok harinya, botol susu Sharita, kuletakkan di atas meja tulis. Dan.. aku selalu menjerang air, memasukkannnya ke dalam botol, itu.

Kangen?

Sangat mungkin. Suatu malam, aku kontak Tanya. Tapi telepon bimbitnya tak aktif. Sharita seolah hadir di hadapanku. Duduk sesuka hati sambil minum susu di atas ayunan, yang kugoyang-goyang perlahan.

Wajah Sharita nampak ceria. Dia terlihat tersenyum, seperti biasa dia tersenyum acap kugoda.

Bayangan itu tiba-tiba menjelma jadi realitas kedua. Tanya mengirimkan rekaman video Sharita. Dia perlihatkan Tanya yang sedang duduk dengan hijab kecil yang menutupi kepala dan tubuhnya. Lucu dan menggemaskan.. Sharita terlihat ikut berdiri di belakang Tanya, seolah-olah sedang menjadi makmum mamanya.

Aku mengontak Tanya. Tapi lagi-lagi tak ada sahutan. Yang kudengar hanya nada sibuk.

Kupegang botol susu, itu. Kuletakkan di meja kecil, sebelah pesawat telepon. Kuletakkan kepalaku di atas bantal. Tanganku menekan tombol dimmer, meredupkan cahaya lampu yang tak jauh dari kepalaku.

Baru saja terpejam, tiba-tiba telepon bimbitku berbunyi. Tanya mengontakku via video call. Nampak Sharita dalam pelukan Tanya. Matanya redup, tapi terlihat menatap lagi.

“Sharita tak mau tidur. Sudah dua hari ini dia kena flu. Cobalah minta bujuk dia tidur,” ujar Tanya.

Aku bicara. Tanya menampakkan wajah Sharita, seolah melirik ke arahku, sambil senyum. Aku terus membujuk dia dari kejauhan, agar segera tidur.

Perlahan, kulihat mata Sharita terkatup, lalu terlelap tidur.

Aku ingin bicara dengan Tanya. Belum sempat aku bicara, Tanya sudah memutus sambungan.

“Sorry.. aku tidurkan Sharita..” tulis Tanya via Whatsapp.

Kalau Tanya sudah mengatakan seperti itu, artinya tak akan ada sambungan komunikasi, sampai dia menghubungi, bila sedang tak sibuk.

Tanya memang ibu yang sibuk. Dia single parent, sekaligus entrepreneur yang tak menggunakan waktu sepenuhnya memenuhi nafkah halal. Bahkan sambil mengurus bisnisnya dia sering membawa Sharita dan baby sitter-nya

Ka adalah buah hatinya. “Ia terlahir karena cinta yang tulus dan utuh kuberikan kepada papanya,” cerita Tanya suatu kali. Wajah Tanya yang teduh.., nampak semakin teduh. Matanya yang tajam, nampak sayu.

Sebenarnya aku ingin bercerita pada Tanya, tentang botol susu Sharita, yang tiba-tiba hinggap di benakku, ketika sedang presentasi kemarin pagi.

Entah mengapa, tiba-tiba ihwal botol susu itu menjadi lustrasiku tentang industri baby equipment yang tak pernah merugi. Bukan karena kelahiran bayi selalu berkembang bilangannya, tapi karena di dalam botol susu itu ada kreativitas dan inovasi yang klop dengan industrinya.

Aku merebahkan kepalaku di atas bantal. Lalu lelap dalam tidur malam. Lalu terbangun. Botol susu itu terjatuh. Dari bimbitku terdengar alarm. Lamat-lamat Adzan subuh kumandang dari Masjid Jamek.. | KL13418

Editor : sem haesy
 
Polhukam
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 244
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
05 Mar 24, 08:18 WIB | Dilihat : 422
Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif
22 Feb 24, 11:50 WIB | Dilihat : 317
Jalan Terjal Perubahan
18 Feb 24, 05:52 WIB | Dilihat : 272
Melayari Dinamika Kebangsaan dan Demokrasi
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 823
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1089
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1342
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1483
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya