Fosil Yang Membuat Kita Bertahan [3]

Ihwal Batubara

| dilihat 1832

DARI dulu, sejak energi menjadi faktor dominan tumbuh berkembangnya sebuah industri, BBM dijuluki dan dikenal sebagai energi fosil tertua dan paling awal digunakan manusia. Padahal, ketersediaan energi fosil ini diramalkan tak lama lagi akan meninggalkan kita semua bukan saja karena cadangannya semakin habis tapi juga karena harganya yang semakin tidak terjangkau. Ia hanya akan tinggal sejarah karena perut bumi tak lagi menyediakan persediaan (stock) yang cukup untuk kelanjutan hidup, meski hanya untuk 25 tahun ke depan. Kalau demikian adanya, maka perlulah segera dipikirkan alternatif yang paling mungkin untuk "memperlambat" proses penuaan bagi usia keberadaan BBM sebagai energi fosil.

Kini, mari bayangkan kalau BBM tetap kita jadikan pola konsumsi masyarakat dunia selain cadangan SDA lain seperti batubara, sumber tenaga air, gas alam, bioenergi, tenaga matahari, serta cadangan lainnya. Padahal, kalau kita menyadari betapa isyarat kian menipisnya ketersediaan BBM sudah terang-benderang dengan munculnya kelangkaan atas bahan bakar tersebut, lalu mengapakah kita tidak menoleh, antara lain, kepada batu bara sebagai alternatif sementara. Ya ! Sementara untuk 100 tahun ke depan. Paling kurang untuk dua generasi.

Persoalannya, siapkah kita mengubah pola pandang dan orientasi agar tidak melulu mengandalkan cadangan BBM seperti yang sudah sudah? Ini juga terkait dengan kebudayaan penguasaan kita akan teknologi.

Terkait isu budaya yang saya maksudkan adalah budaya kita yang jika ada urusan tertentu harus datang dengan menemui ke lokasi tertentu yang membutuhkan transportasi. Padahal di negara lain, untuk berurusan, penggunaan telepon dan email sudah merupakan kelaziman. Bukankah, jika kita juga melakukan hal yang sama, yaitu berupaya meminimalisir penggunaan energi fosil tersebut. Tentunya hal itu akan mengurangi secara signifikan penggunaan BBM.

Mencari alternatif energi selain BBM, sebenarnya tak selalu memerlukan teknologi serba canggih. Tetapi, tetap saja kita harus selalu siap. Sebenarnya, ini hanya soal kebiasaan dan kesiapan kita untuk pindah haluan atau menyediakan haluan alternatif bagi ketersediaan bahan bakar selain BBM.

Sungguh pun demikian, harus jujur diakui bahwa semakin maju sebuah perangkat teknologi, maka tingkat risikonya juga harus sedari dini bisa diantisipasi, sekurang-kurangnya disosialisasikan sebelum sampai pada keputusan penerapan teknologi dimaksud. Apapun, semakin maju sebuah teknologi maka resikonya kian memungkinkan untuk terus diminimalisasi. Contohnya sepeda ontel.

Memang, perangkat teknologinya sangat sederhana tetapi tingkat keselamatannya besar. Kalau jatuh, mungkin cuma lecet tetapi tetap bisa bangun lalu melanjutkan perjalanan. Tetapi, sepeda dengan teknologi yang sederhana ini, hanya akan mengantarkan Anda sampai sekian kilometer atau tidak akan bisa menempuh jarak jauh dalam waktu yang segera.

Nah, kalau kita harus ke kota kecamatan tetangga, apakah juga akan menggunakan sepeda ? Memang mungkin, tetapi tentu tidak akan efisien karena membutuhkan tenaga besar dan waktu yang tidak sedikit.

Seharusnya hari itu sekian pekerjaan dapat dituntaskan, tetapi menjadi tumpukan kegiatan tertunda hanya karena kita tidak menguasai atau menampik teknologi yang lebih maju. Misalnya, kenapa kita tidak menggunakan sepeda motor atau moda darat beroda empat seperti angkutan bus kota. Dengan kendaraan jenis itu, kita tak butuh begitu banyak energi dan tenaga besar serta waktu yang lama, maka sebuah urusan bisa kita tuntaskan lalu kita bisa melanjutkan ke pekerjaan lainnya.

Memang, kalau kita tidak menguasai ilmu bagaimana menggunakannya, maka mengendarai sepeda motor memang berisiko. Tetapi, apa susahnya mempelajari cara-cara mengendarai sepeda motor ? Waktu pertama diluncurkan, mungkin masih banyak yang tidak berani, tetapi sekarang, di era kita, mengendarai sepeda motor bisa dilakukan siapa saja dari kalangan mana saja. Sebuah teknologi sederhana tetapi sudah terbukti sangat membantu kegiatan kita sehari-hari.

Nah, semakin maju perkembangan sebuah teknologi, maka akan semakin besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Dalam konteks teknologi transportasi ini, bagaimana kalau kita menoleh pada teknologi yang lebih maju seperti pesawat terbang.

Persoalannya kini adalah, kita hidup di dunia yang semua kebutuhan kita, nyaris terbantukan oleh adanya teknologi. Termasuk bagaimana seharusnya kita menyikapi pemanfaatan teknologi untuk memanfaatkan semaksimal mungkin energi non-BBM seperti batubara yang kini menjadi salah satu primadona bagi ketersediaan energi alternatif semua bangsa ke depan. | 

Dr. Arif S. Siregar, mantan Ketua Asosiasi Federasi Pertambangan ASEAN. 

Editor : Web Administrator
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 823
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1089
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1342
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1483
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Ekonomi & Bisnis
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 275
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 138
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya