DALAM kisah para sufi, air bahkan bisa mengantarkan seorang perempuan pendosa ke surga. Bahkan Allah SWT menggunakan air (sungai) sebagai metafor untuk mendeskripsikan surga. Kisah seorang perempuan pendosa di tengah padang pasir dalam kehausan. Setelah berjalan jauh dan tiba di oase yang juga hampir kering, ia hanya bisa mengisi sedikit saja kantung airnya. Tapi, belum lagi sempat meneguk air itu untuk menghilangkan dahaganya yang tak alang kepalang, seekor anjing melolong kehausan. Pelacur itu memberikan air itu kepada sang anjing, ia sendiri tak pernah lagi merasakan bagaimana nikmatnya air untuk selamanya.
Air sangat berperan besar dalam kehidupan manusia.
Ilustrasi di atas menggambarkan bagaimana kita seringkali mengabaikan pentingnya air, lalu membuat kerusakan di bumi, yang menyebabkan datang menghampiri kita sebagai bencana. Air selalu memberi kemanfaatan bagi kehidupan manusia, meski merupakan benda cair, ketika tidak memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, namanya bukan lagi air.
Dalam realitas kehidupan sosial umat manusia, perkembangan peradaban bermula ketika suku-suku atau puak masyarakat tradisional membangun permukiman di daerah aliran sungai. Hal ini terus berkembang hingga kehidupan modern, dan kelak pada masa pasca modern, sebagaimana diprediksi Daniel Bell.
Dalam sistem peribadatan agama-agama samawi dan ardhi, air juga memegang peran yang sangat penting. Tak satupun agama yang dianut manusia di atas muka bumi ini tidak berhubungan dengan air.
Bagi umat Islam, air menjadi syarat dalam bersuci, bahkan kualifikasinya sangat jelas: suci menyucikan. Parameternya juga tegas: air yang berubah warna, berbau, dan atau berubah rasa, tidak termasuk sebagai air yang suci menyucikan. Karena itu tidak dapat dipergunakan untuk bersuci (wudhu’ atau janaba, misalnya).
PANTAI CINTA - MARISSA - POHUWATO - GORONTALO
Allah SWT secara khusus menciptakan air abadi yang tak pernah kering, mengandung mineral, menyembuhkan, dan khas rasanya, yaitu zam zam. Inilah air yang secara spesifik diciptakan Allah SWT sebagai imbalan langsung atas keikhlasan Siti Hajar, dan kesalehan Ismail alaihis salam.
Pada kehidupan ekonomi modern, air juga merupakan hal utama untuk budi daya pertanian, industri, pembangkit listrik, dan transportasi. Kita membangun begitu banyak waduk-waduk dan bendungan-bendungan untuk tujuan kemaslahatan hidup.
Disamping untuk meningkatkan dan memelihara produksi pertanian dan perikanan darat, juga memenuhi berbagai keperluan lagi. Untuk kepentingan itu kita mengerahkan dana yang sangat besar.
Air memang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia. Namun, ketika air tidak lagi kita perhatikan, tidak kita perlakukan dengan sebaik-baiknya, maka wajar kalau kemudian air berubah menjadi bencana. Ya, mungkin semua orang berharap, air diperlakukan secara arif sebagai bahan yang sangat bernilai, dimanfaatkan dengan bijaksana, dan dijaga dari pencemaran. Karena dengan demikian, air kian bermanfaat bagi manusia.
Kebutuhan kita terhadap air bersih untuk segala keperluan hidup kian hari kian bertambah. Kebutuhan air standar di Indonesia adalah 60 liter/orang/per hari. Namun yang baru bisa dipenuhi hanya rata-rata 10 liter/orang/per hari. Hal itu terjadi karena tidak seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan air.
Pada tahun ini, Indonesia mengalami surplus defisit air sebesar 334.739,4 juta M³, bila dilihat ketersediaan air rata-rata per tahun sebesar 691.314,6 juta M³ dan kebutuhan rata-rata per tahun sebesar 356.572,2 juta M³. Namun, bila dilihat dari masing-masing pulau, tercatat Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Timur akan mengalami defisit. Pulau Jawa akan mengalami defisit hingga -134.102,8 juta M³ per tahun, Bali defisit hingga – 27.651,7 juta M³ per tahun, dan Nusa Tenggara Timur hingga – 4.545,9 juta M³, Sulawesi hingga – 42.517,7 M³ per tahun.
SALAH SATU ANAK SUNGAI YANG MELINTASI JAKARTA DI CENGKARENG
Ironisnya, kita tidak pernah berhenti mencemari air. Ketidak-mampuan kita mengelola hutan telah berakibat berubahnya air menjadi bencana. Pulau Jawa yang luasnya 13.405.500 Ha sedang menanti bencana di masa depan. Kondisi lingkungan dan hutan Jawa hanya tinggal 4% dari seluruh luas Pulau Jawa. Padahal titik keamanan minimum yang disyaratkan adalah 30%. Yang dimaksudkan titik aman adalah kondisi lingkungan dan hutan yang harus dipertahankan di mana kawasan lindung terjaga dan terpelihara dengan baik, sehingga dapat melestarikan sumber-sumber air dan mencegah erosi. Kondisi kerusakan lingkungan di hampir semua puncak gunung di Jawa sangat memprihatinkan. Semuanya nyaris tidak lagi memiliki tutupan vegetasi.
Sejarah banjir di Jawa selalu sama penyebabnya, yaitu: terjadinya penggundulan hutan di daerah hulu dan penyumbatan oleh kotorangan di sungai-sungai dan jaringan saluran air, dari daerah tebing hingga ke muara. Penggundulan hutan, bahkan tidak hanya membawa banjir, karena mengangkut juga lumpur, dan kemudian mendangkalkan waduk-waduk yang dibangun untuk serapan air, dan kemudian limbah beracun dari aneka pabrik.
Banyaknya pabrik-pabrik dan permukiman kumuh yang pada umumnya terbangun di daerah aliran sungai (DAS), serta secara tidak bertanggung jawab membuang limbahnya secara langsung ke sungai-sungai, telah menyebabkan terjadinya pencemaran di sepanjang pantai utara Jawa. Sebagai misal beberapa DAS di Jawa Barat, seperti Ciliwung, Citarum, Cimanuk, Citanduy, dan Cipunagara mengalami kondisi yang mengkuatirkan. Banjir yang sering menenggelamkan pantai utara Jawa Barat adalah bukti paling kongkret di depan mata.
Akibat buruk yang terjadi kemudian adalah meningkatnya berbagai masalah, seperti: kekeringan, sawah puso dan gagal panen yang berakibat pada krisis pangan, serta, krisis kekurangan air bersih untuk rakyat. Mudah-mudahan waduk Jatigede dan semua waduk yang dibangun kini dan kelak akan membuktikan kesadaran kita.
PANTAI CARITA - PANDEGLANG - BANTEN
Kondisi itu bisa terjadi akibat pemikiran kita yang kumuh. Karena pikiran sudah kumuh, maka kita merasa tidak lagi memerlukan lingkungan hidup yang sehat. Prinsip-prinsip hidup sehat bisa dilihat dari tersedianya air bersih, pengelolaan persampahan dan pencemaran yang selama ini terabaikan.
Banyak dampak yang ditimbulkan oleh kekurangan air bersih. Hampir separuh penduduk dunia yang hidup di negara-negara berkembang, kekurangan air bersih menyebabkan penderitaan bagi penduduk.
Pada daerah-daerah yang kekurangan air, wabah penyakit mudah menyerang. Sebagiannya merupakan penyebab kematian yang tidak kalah ganasnya dengan penyakit lain. World Health Organization (WHO) mencatat, lebih dari 2 miliar orang di dunia saat ini mengalami penyakit diare dan muntaber yang disebabkan oleh air dan makanan. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian lebijh dari 5 juta anak-anak setiap tahunnya.
Banjir yang melandas ibu kota negara Jakarta, termasuk rob limpahan dari laut ketika pasang, mengingatkan kita tentang realitas buruknya akhlak terhadap sumber daya alam. Tidak hanya karena sungai-sungai dirampas fungsinya menjadi perkampungan kumuh. Lebih dari itu, inkonsistensi terhadap tata ruang kawasan utara Ibu Kota menunjukkan kenyataan pahit tahunan. Anehnya, meski siklus bencana itu selalu terjadi, tetap saja kita membiarkan perilaku tak berakhlak terhadap sumber daya alam.
Reklamasi pantai utara Jakarta, tak mempertimbangkan, kelak pada masanya, semua kemewahan yang menjadi mimpi indah hari ini di pantai utara Jakarta, akan berubah menjadi mimpi buruk. Terutama, ketika perubahan iklim terjadi, dan gunung - gunung es di kutub utara mencair. Lantas gelombang pasang, dengan ketinggian di atas rata-rata lima meter menerjang. Kita mencatat lebih dari 5 (lima) juta penduduk miskin di kawasan pantura Jawa Barat. Padahal mereka hidup di daerah lumbung padi dan pantai. Mereka juga mengalami persoalan ketersediaan air bersih. |