Mimpi Menghuni Planet Mars

| dilihat 3970

AKARPADINEWS.COM | BUMI semakin sesak dihuni manusia. Laku manusia yang kelewat serakah pun makin membuat bumi yang renta, kehilangan kuasa menopang kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya.

Alam dirusak, hutan digunduli, udara, air, dan tanah pun dicemari. Penghuni bumi mulai kelimpungan. Berebut lahan untuk menetap, sekaligus menjadi sumber kehidupan. Kondisi itu yang membuat sejumlah astronom untuk untuk mencari cara agar manusia kelak dapat tinggal di planet lain. Dan, itu sudah dilakukan ilmuan sejak beberapa dekade ini. Mereka berusaha mencari planet yang kiranya dapat dihuni manusia.

Dari sekian banyaknya planet, ilmuan lembaga luar angkasa Amerika Serikat (NASA) memperkirakan, planet terdekat yang dapat dihuni manusia ialah Planet Mars Hipotesis itu mengacu pada temuan yang menunjukan ada kemiripan pola struktur mars dengan bumi. Misalnya, ilmuan NASA menemukan adanya unsur air di mars. Struktur tanah di planet berwarna merah itu juga berpotensi untuk ditumbuhi tanaman yang tumbuh dan berkembang di bumi.

Dari berbagai ujicoba yang telah dilakukan, NASA pun bekerjasama dengan perusahaan swasta SpaceX untuk mematangkan membuat koloni manusia di mars. Rencana itu akan dieksekusi pada tahun 2030.

Untuk itu, kedua lembaga itu, akan meluncurkan pesawat otomatis Red Dragon pada tahun 2018 untuk memantau keadaan mars. Agar bisa mendarat di mars, SpaceX menggunakan roket besar Falcon. Hal itu karena jarak antara bumi dan mars cukup jauh. Diperkirakan, jaraknya mencapai 56 juta kilometer.

Red Dragon didesain dengan kemampuan untuk memasuki segala medan yang ada di mars. Pesawat ini juga mampu membawa barang-barang peneliti untuk melakukan penelitian secara langsung di mars.

Pesawat berukuran besar itu mampu mengangkut barang-barang hingga mencapai empat ton. Bahkan, volume internal Red Dragon dapat memuat sebuah mobil berjenis SUV.

Dengan begitu, NASA dan SpaceX, dapat membawa segala keperluan untuk kepentingan penelitian di mars. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan data akurat untuk menyempurnakan kalkulasi potensi mars sebagai planet hunian baru untuk manusia.

Penelitian mengenai mars selama ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi satelit dan robotika. Hasil penelitian juga menyimpulkan mars memiliki atmosfer yang berbahaya bagi manusia. Komposisi atmosfer mars terdiri dari 95,32 persen karbondioksida, 2,7 persen nitrogen, 1,6 persen argon, 0,08 persen karbonmonoksida, dan 0,13 persen oksigen.

Dengan komposisi itu maka manusia tidak dapat tinggal di planet tersebut. Oleh sebab itu, penelitian secara langsung dibutuhkan untuk menemukan cara bagaimana idealnya mengakali atmosfer yang berbahaya itu sehingga mars dapat nyaman dan aman bagi manusia.

Setelah mendapatkan data yang lebih akurat, SpaceX akan mengaplikasiakan data tersebut untuk menyempurnakan teknologi Mars Colonial Transporter (MCT). Dengan begitu, NASA dan SpaceX dapat membuat koloni baru yang dilengkapi teknologi mapan untuk menopang kehidupan di planet mars.

Adapun penyempurnaan teknologi untuk dapat membuat koloni manusia di mars harus dipusatkan pada teknologi rekayasa atmosfer agar unsur oksigen yang ada di mars dapat meningkat.

Dengan begitu, potensi manusia tinggal di mars tidak hanya dalam beberapa puluh tahun saja. Namun, bisa lintas generasi. Untuk itu, teknologi MCT harus mampu melakukan rekayasa oksigen dan iklim.

Misi membuat koloni manusia di mars merupakan mimpi yang fantastis. Berdasarkan laporan Government Accountability Office (lembaga akuntan pemerintah Amerika Serikat), NASA dan SpaceX telah menghabiskan dana hingga US$24 miliar atau setara Rp315 triliun.

Mimpi membuat koloni manusia di mars pastinya akan memberikan dampak positif bagi keberlangsungan peradaban manusia. Selain itu, bila koloni manusia di mars dapat terwujud, maka upaya membuka tabir misteri semesta pun semakin tampak.

Walau demikian, bila mimpi itu kandas di tengah jalan, maka akan menjadi kerugian besar bagi kedua instansi tersebut. Ditambah, perjalanan luar angkasa pastinya akan memiliki resiko yang besar. Jika perjalanan luar angkasa dikapitalisasikan, pastinya perlu pertimbangan masak-masak akan berbagai resiko nantinya.

Dan, untuk dapat mengeksplorasi perjalanan di luar angkasa, tidak dapat dirasakan dalam waktu dekat. Butuh puluhan tahun. Bisa saja, hijrah ke mars menjadi solusi masa depan, khususnya dalam menyikapi persoalan makin sesaknya manusia di bumi. Penantian manusia menginjakkan kaki di planet mars pada tahun 2030 patut untuk dinanti.

Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : Nasa Spaceflight/The Verge/CNBC/NPR
 
Energi & Tambang
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 915
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1152
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1408
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1553
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya