Puisi H.M Naruddin Anshoriy CH atawa Gus Nas
HIKAYAT TONGKAT
Ode buat Artidjo Alkotsar
Tongkat tegak lurus itu kini telah rebah ke tanah
Padahal terik matahari sedang tajam menatap bumi
Kemarau keadilan membara di sudut-sudut negeri
Tongkat tegak lurus itu kini telah dirobohkan oleh usia
Pada senja yang kebingungan mencari makna
Di kegelapan keadilan ini aku menyaksikan Sang Dewi Yustisia melenggang melenggok begitu kenesnya
Hukum dan keadilan yang acapkali tajam dan tumpul sesuai selera
Tapi di tanganmu semua menjadi beda dalam mengucap makna
Keadilan yang bersembunyi pada palu di meja hijaumu tak bisa dibeli
Sebab hukum bukan komoditi yang halal untuk transaksi
Aku menyebutmu tongkat tegak lurus yang menancap di kalbu
Ketika bayang-bayang bengkok memantulkan delik dan duplik di layar kaca
Dan pasal-pasal karet dijualbelikan pada lapak-lapak meja hijau dimana-mana
Di tanganmu palu hakim itu mengetuk nurani
Kebenaran dan keadilan menemukan titik-temu menjadi daulat hukum yang sesungguhnya
Aku mengenalmu sudah begitu lama
Bertatap muka di kantor LBH Jogja tahun 1983 itu menjadi cara Tuhan mempertemukan kita
Saat Orde Baru begitu jumawa dan kita berjuang untuk kesetaraan hak-hak manusia
Saat reformasi tak kunjung menemukan jati diri
Dan korupsi kian mengganas di negeri ini
Palu keadilan di tanganmu keras bernyali
Tapi palu itu telah rebah di bumi
Tongkat kurus tegak lurus itu pun sudah harus dikafani
Pada Sang Maha Adil semua pasti kembali
Gus Nas Jogja, 28 February 2021
ZIKIR EMBUN
Zikir siapa ini
Menyimak bening embun
Mendengar kesiur angin dan suara-suara serangga
Menziarahi degub jantung dalam tikungan rindu
Jum'at pagi yang basah oleh gerimis doa
Kusebut 99 Nama pada kafilah kerinduanku
Tapi dahaga cinta tak kunjung reda
Tuhanku
Tangis siapa ini
Meratap-ratap di hari Jum'at
Mengharu-biru di kecamuk cinta dan tadarus rindu
Pintaku satu
Jangan pernah palingkan cinta bertabur debu ini
Pada puncak rahmatMu
Kekasihku
Gus Nas Jogja, 19 Februari 2021
CINTAKU PAGI INI PENUH RAHASIA
Seiring rindu berliku-liku mendaki puncak kemesraanMu
Cintaku pada pagi ini penuh rahasia
Setelah semalam kupotong menjadi sepertiga saja
Kusibakkan selimut ini dengan jiwa meronta
Agar wabah dunia segera sirna
Agar badai pandemi lenyap selamanya
Sembari merajut fajar makrifat
Kususuri labirin cinta
Berliku-liku dan penuh pesona
Sebab menemukan jalan kembali
Hanya zikir lathoif yang selalu tabah menerangi sukma
Tuhanku
Jika esok atau lusa kita bertemu
Ijinkan hanya cinta dan rinduku yang tulus menatap wajahMu
Cinta dan rindu yang bersemayam di keabadian semesta
Biarlah bermilyar cinta mencari dan menemukan jalan rahasia
Ijinkan satu cintaku kupersembahkan padaMu tanpa tersisa
Gus Nas Jogja, 19 Februari 2021
Puisi N. Syamsuddin Ch. HAESY
CHAMPAWAT
Angin kering.
Debu beterbangan sepanjang Bareilly.
Di peluk gunung gunung berkabut.
Cakrawala siang manjakan pucuk pucuk daun di pepohonan.
Ketenangan terhampar panjang
digelar sepanjang hari.
Di Banbasa hutan jati berdiri tegak.
Di sini harapan hari esok disimpan.
Pinus tegak menggugus menyangga langit.
Bau hutan bau tanah kesegaran alam indah dicipta Allah.
Di bibir sungai kutulis puisi damai.
Kudengar cerita tentang Jim Corbett.
Pemburu rimau pemangsa manusia.
Ooo.. Allah tak pernah bosan manjakan insan
Di Champawat senja menjemput.
Inilah kota purba pusat kuasa
Som Chand mashur menegak dinasti merintah negeri.
Inilah kota purba saksi legenda Raja terbanting.
Rakyat murka melemparnya dari tebing.
Kemashuran kuasa berakhir di siksa.
Kejayaan berakhir sansai.
Kejam dan rakus ikut binasa.
Tenggelam di silam masa.
Seorang pangeran elok perangai. Dipinang raja bagi sang puteri.
Diminta rakyat diberi kuasa.
Di Champawat kurenung kisah
Suara rakyat suara Tuhan.
Siapa mau melawan?
Champawat-India, April 1992
KURMAVATAR
kura-kura merayap dalam batin yang sunyi
cahaya mentari memancar kala pagi
cahaya keemasan jaman lampau
sinari Chand yang merangkak, berdiri, berlari, mengepalkan tinjunya, menghunus pedangnya,
mengangkangi punggung-punggung bukit dan lembah
kura-kura merayap di lembah peradaban negeri ini
Kurmavatar jelmaan Wiçnu
kebajikan dilumatkan angkara murka
syahwat dan birahi mengalahkan cinta kasih
serdadu-serdadu bergerak tanpa irama
menguasai lembah dan punggung bebukitan
siapa kan hirau dengan kebajikan
sebelum sejarah dikuak dengan kejernihan pikir
Kurmavatar selamanya kan jadi kura-kura
berteman rengeng gumam do'a sepanjang waktu
ah.. kini nikmati saja keindahan Kuil Nagnath
penanda masa kuasa Kranteshwar Mahadev
keindahan seni dan irama budaya jadi hiasan
terkuak kelak, kala sejarah memercikkan kebenaran
Karmavatar selamanya kan jadi kura-kura
tak lagi berubah jadi Wicnu
matahari lebih suka memancarkan cahaya
pesona keindahan Kuil Baleshwar
tempat Çiwa rehat kala turun ke lembah ini
Kurmavatar selamanya jadiu kura-kura
merayap di bukit-bukit batu berukir
memburu cinta yang tinggal cerita
Champawat, April 1992