Aksi Islamphobia

Ektremis Denmark Kembali Bakar Al Quran

| dilihat 734

Kesumat kelompok ekstrimis dan radikal Denmark yang anti Islam, tak henti berulah. Ahad (2.423) mereka kembali membakar Al Qur'an di depan Kedutaan Besar Turki, Kopenhagen, ibukota salah satu negara Skandinavia (Nordic) tersebut.

Kekejian tersebut mereka lakukan di bulan mulia, Ramadan. Bulan yang mewajibkan umat Islam ibadah shaum (puasa) dan mengendalikan diri, termasuk dari amarah. Bulan rahmah, ampunan, kasih sayang, dan penghindaran diri dari segala kemungkinan petaka.

Kelompok ekstrem senantiasa memprvokasi dan berulang-kali membakar Al Qur'an untuk dan atas nama freedom of expression.

Mereka merasa aman dan nyaman melakukan tindakan tak beradab tersebut, meski apa yang mereka lakukan bertentangan dengan keunggulan yang menjadi ciri budaya negara-negara Nordic. Yakni kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di atas keadilan yang ditopang oleh kekuatan asimilasi, integrasi, pembangunan konsensus, dan rekonstruksi institusi.

Kementerian Luar Negeri Kerajaan Denmark, memang menekankan perlunya memperkuat nilai-nilai dialog, toleransi, dan rasa hormat. Kerajaan menolak segala sesuatu yang mendorong ekstremisme, kebencian, atau pengucilan.

Salah seorang pentolan ekstrimis radikal anti Islam di Denmark adalah Rasmus Paludan. Lelaki berkewarganegaraan ganda (Denmark dan Swedia) ini, sebelumnya (27.01.23) membakar dua eksemplar kitab suci Al Qur'an, yang dilakukannya di depan kedutaan besar Turki di Stockholm, dan di dekat sebuah masjid di ibukota Kopenhagen - Denmark. Akasinya memantik gelombang protes kepada Swedia di berbagai negara.

Paludan tak hanya merupakan sosok ekstrimis penggerak Islamphobia yang paling pongah menistakan Islam dan Al Qur'an di Denmark. Tindakannya, sering menimbulkan pertanyaan besar tentang sistem hukum di Denmark, yang memungkinkan para Islamofobia beroperasi secara bebas dan secara diam-diam menyebarkan kebencian.

Tentu, komunitas Islam internasional tidak bisa tinggal diam menyikapi aksi teror para penyebar kebencian ini. Khasnya pada saat ada keperluan yang semakin meningkat akan kerukunan antar agama dan saling menghormati untuk hidup berdampingan secara damai, seperti diungkap Samira Yusuf dalam The Islamic Information.

Aksi pembakaran Al Qur'an yang kali ini dilakukan dan disiarkan luas melalui Facebook oleh kelompok Islamphobia Denmark, Patrioterne Går Live (The Patriots Go Live), memang sudah bertindak di luar batas.

Dalam aksinya, mereka juga membentangkan spanduk -spanduk dengan pesan Islamofobia, selain membakar bendera Turki di depan kedutaan besar Turki.

Tentu aksi mereka mendapat reaksi keras dan kecaman dari berbagai negara. Di Jakarta, aksi mengecam dan demonstrasi di depan Kedutaan Swedia berlangsung pada Januari 2023.  Demikian juga halnya di Kuala Lumpur, Malaysia.

Kementerian Luar Negeri Turki menyebut insiden tersebut sebagai kejahatan kebencian, dan menyatakan bahwa Ankara tidak akan menerima "tindakan keji yang diizinkan dengan kedok kebebasan berekspresi" tersebut.

Media Turki, Daily Sabah memberitakan sikap kementerian tersebut, "Tindakan ini, yang dilakukan pada bulan suci Ramadan, sekali lagi dengan jelas menunjukkan bahwa Islamofobia, diskriminasi, dan xenofobia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan di Eropa dan tidak ada pelajaran yang dapat dipetik dari masa lalu."

Kecaman yang sama juga dinyatakan oleh Kementerian Luar Negeri Yordania, yang menyebut insiden tersebut sebagai "tindakan rasis, tidak dapat diterima, dan memprovokasi perasaan umat Islam, terutama di bulan suci Ramadhan."

Kementerian ini juga menyatakan, pembakaran Al Qur'an tersebut merupakan "tindakan kebencian yang serius dan manifestasi dari Islamofobia yang menghasut kekerasan dan penghinaan terhadap agama."

Tindakan biadab dan dungu Patrioterne Går Live, ini juga dikecam oleh Qatar via pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri, yang menyatakan bahwa tindakan kelompok ini merupakan "tindakan penghasutan dan provokasi serius terhadap perasaan lebih dari dua miliar Muslim di dunia, terutama di bulan Ramadan yang penuh berkah."

Reaksi sejenis mengemuka di Maroko. Pemerintah Kerajaan Maroko menyatakan, "Meskipun tindakan keji ini dilakukan di depan perwakilan diplomatik negara Muslim lain (Turki), Kerajaan Maroko menganggapnya sebagai tindakan provokatif."

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga mengutuk keras aksi pembakaran Al Qur'an tersebut.

Aktivis gerakan Islamphobia yang mempunyai ketakutan dan kekuatiran tertentu atas perkembangan Islam di Eropa dan Amerika tersebut telah berulang kali melakukan aksi biadabnya.

Aksi bodoh Paludan di penghujung Januari 2023, keesokan harinya diikuti oleh kedunguan yang sama di Belanda. Pelakunya,  Edwin Wagensveld, yang memimpin partai Anti-Muslim PEGIDA,. Ia merobek-robek Al-Quran, sebelum membakarnya.

Seorang netizen dari Eropa, Khawla Zayed, lewat akun twitternya mencuit, "Kami mengutuk keras serangan yang menargetkan pembakaran #Quran di Denmark, dan tindakan ini menunjukkan bahwa Islamofobia, diskriminasi, dan xenofobia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan di Eropa. Sejak awal Ramadhan, kami melihat adanya provokasi yang disengaja untuk menyakiti perasaan #Muslim." | Jeehan, Tique

Editor : Web Administrator | Sumber : berbagai sumber
 
Humaniora
03 Mei 24, 10:39 WIB | Dilihat : 122
Pendidikan Manusia Indonesia Merdeka
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 558
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1092
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 317
Isyarat Bencana Alam
Selanjutnya
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 276
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 371
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya