
Pelintasan Karim Abu Salam yang berbatasan dengan Gaza dibuka kembali oleh zionis Israel, seperti diberitakan Reuters, Rabu (8/5/24). Kabar tersebut diterima odari sebuah badan Israel yang bertanggung jawab.
Kendati demikian truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan (untuk warga Palestina di Gaza) melalui Mesir mereka periksa dengan sangat ketat.
Zionis Israel menutup lintasan yang mereka sebut sebagai Kerem Shalom, itu pada Ahad (5/5/24), setelah pasukan Palestina melakukan serangan tembakan dan menewaskan empat serdadu zionis Israel. Serangan tersebut menyebabkan Israel menyerbu Rafah.
Jurnalis BBC, David Gritten memberitakan, terjadi pertempuran dan pemboman di pinggiran kota Rafah di Gaza selatan, saat Israel mengatakan membuka kembali pelintasan tersebut.
Militer Israel, sebagaimana diberitakan BBC, mengatakan pasukannya telah membunuh pejuang Hamas di Rafah timur sebagai bagian dari operasi mereka. Hamas juga melaporkan pertempuran tersebut.
Sebelumnya, militer mengatakan rombongan truk telah mencapai pelintasan tersebut, dan terhenti, karena jalur bantuan utama ditutup selepas pasukan Hamas melontarkan roket mereka. Namun, badan PBB yang bertugas di Gaza mengatakan belum ada pasokan yang masuk melalui pel;intasan tersebut.
PBB telah menyatakan kekhawatirannya pada hari Selasa (7/5/24) atas apa yang mereka sebut sebagai “tersedaknya” Israel terhadap dua jalur bantuan utama Gaza, setelah pasukan Israel mengambil kendali penuh atas sisi Palestina di dekat perbatasan Rafah dengan Mesir.

Bantuan Operasi Ihsan Terhambat
Amerika Serikat (AS) juga mengatakan, bantuan tidak dapat disalurkan melalui kedua persimpangan tersebut pada hari Rabu karena masalah logistik dan keamanan di lapangan. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller menggambarkan situasi ini sebagai hal yang “tidak dapat diterima”.
Sejalan dengan hal itu, perundingan mengenai gencatan senjata baru dan kesepakatan pembebasan sandera telah dilanjutkan di Kairo, dan AS mengatakan pihaknya yakin usulan Hamas yang direvisi dapat menghasilkan terobosan.
Militer Israel meremehkan pentingnya keputusan pemerintah AS untuk menghentikan pengiriman bom berkekuatan besar karena kekhawatiran, Israel akan melancarkan serangan besar-besaran di kota Rafah.
Dari Kuala Lumpur, (Rabu 7/5/24) Sekretariat Utama Operasi Ihsan mengutuk tindakan rezim zionis Israel yang menutup pintu penyeberangan Karem Abu Salam tersebut.
Tindakan tersebut dinilai sebagai tindakan tidak manusiawi yang dilakukan rezim zionis Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza. Karena penutupan pelintasan tersebut menyebabkan operasi bantuan kemanusiaan melalui pintu masuk di Rafah segera terhenti.
Perintah evakuasi kurang dari 24 jam oleh rezim zionis Israel, ini melanggar hukum humaniter internasional dan norma kemanusiaan. Tindakan demikian menimbulkan was-was karena akan menimbulkan berkurangnya pasokan makanan dan obat.
Tindakan tersebut akan memicu bencana kemanusiaan yang parah dan akan mencatat jumlah korban jiwa terburuk sejak Perang Dunia Kedua.

Inisiatif Dapur Ihsan
Ratusan trailer yang membawa bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina dilaporkan terdampar, termasuk 4.000 paket bantuan kemanusiaan terbaru Operasi Ihsan - Malaysia.
Selain penyediaan paket bantuan sembako atas inisiatif Kerau Ihsan, Sekretariat Utama Operasi Ihsan juga tengah menggarap inisiatif penyediaan makanan matang, Dapur Ihsan, kepada warga Palestina di Deir Al Balah.
Saat ini, Sekretariat Utama Operasi Ihsan sedang mencari informasi dan saran dari petugas dapur Ihsan untuk menganalisis implikasi penutupan pintu masuk perlintasan dan langkah terbaik dalam menghadapi krisis tersebut guna melanjutkan bantuan kepada masyarakat Palestina di timur Rafah.
Meski sudah diprotes di berbagai penjuru dunia, khasnya oleh kalangan mahasiswa dan akademisi melalui seruan moral, Israel nampak tak ambil peduli. Apalagi AS dan sekutunya, terutama Inggris, Prancis dan Jerman ikut mengabaikan aksi unjuk rasa tersebut. Presiden Biden bahkan menganggap aksi mahasiswa dan akademisi yang terjadi di Universitas Columbia - New York yang terkoneksi dengan Universitas Sorbonne sebagai tindakan vandalis.
Di lapangan, pertempuran terus berlangsung, sejak tujuh bulan usai pertempuran dengan Hamas di Gaza. Israel sebagaimana tercermin dari sikap membatu Perdana Menteri Benjamin Netanjahu, Iberambisi melakukan serangan ke Rafah. Menurut mereka, kemenangan zionis Israel tidak mungkin tercapai tanpa merebut Rafah.
Lebih dari satu juta warga Palestina yang mengungsi dan berlindung di sana dari pertempuran di tempat lain. PBB dan negara-negara Barat telah memperingatkan, serangan besar-besaran dapat menimbulkan konsekuensi kemanusiaan yang sangat buruk.
Militer Israel ada hari Ahad, berdalih bahwa mereka menutup penyeberangan Karem Abu Salam, untuk membantu konvoi setelah serangan Hamas itu. Padahal, mereka memang sengaja ingin membuat warga Palestina di Gaza semakin menderita.

Memutarbalik Fakta
Brigade Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengakui bahwa mereka melakukan serangan ke dekat area pelintasan tersebut. Namun serangan itu ditujukan kepada sekelompok pasukan Israel.
Dalam video yang dirilis kemudian, mereka menyatakan, bahwa roket yang mereka lontarkan, menghantam “markas komando dan mobilisasi” militer zionis Israel di perlintasan, sehingga menyebabkan tentara tewas dan terluka.
Tak jauh dari keterangan tersebut, militer zionis Israel mengatakan pihaknya mendeteksi 10 proyektil yang diluncurkan dari kota Rafah di selatan Gaza menuju daerah tersebut. Mereka mendeteksi dan menyerang sumber api dan infrastruktur pejuang Hamas lainnya.
Dewan Regional Eshkol, dikutip media Israel, mengatakan roket menghantam area terbuka dekat posisi militer.
Presiden Israel Isaac Herzog mengklaim bahwa Hamas "menyerang bantuan kemanusiaan karena mereka tidak peduli terhadap kemanusiaan." Dalam postingannya di akun X, Herzog menyatakan, “Dunia harus bertindak untuk membebaskan para sandera, dan membebaskan rakyat Gaza dari kekuasaan Hamas.”
Postingan yang bernada memutar balik fakta untuk kepentingan zionis Israel melakukan aksi genolsia tersebut, menyudutkan pejuang Hamas yang senyatanya membela dan berjuang membebaskan rakyat Gaza.
Pelintasan tersebut merupakan salah satu jalur penting bagi bantuan untuk memasuki Jalur Gaza yang terkepung. Pemerintah zionis Israel untuk kepentingan mereka sendiri, karena mereka mendapatkan tekanan dari Amerika Serikat di tengah situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.

Jalan Buntu Perundingan
Buktinya, mereka melakukan penyerangan berulang-ulang ke Rafah dan hanya mengizinkan sedikit bantuan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Palestina.
Jurnalis Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum melaporkan dari Rafah di Gaza selatan, bahwa pangkalan militer yang menjadi sasaran pejuang Hamas telah digunakan sebagai landasan peluncuran serangan Israel terhadap sasaran di Rafah.
Serangan itu “bisa menjadi tanda bahwa perundingan benar-benar menemui jalan buntu,” kata Abu Azzoum.. Maksud Azzoum, perundingan yang digelar di Kairo, Mesir yang diprediksi bakal buntu.
Para perunding Mesir dan Qatar berada di Mesir menyusul upaya baru untuk mencapai kesepakatan guna menghentikan pertempuran dan menjamin pembebasan lebih dari 100 tawanan yang ditahan oleh kelompok Palestina di Gaza sejak Oktober.
Namun poin-poin penting masih tetap ada. Hamas menginginkan gencatan senjata permanen dan menjamin bahwa zionis Israel tidak akan melancarkan invasi darat di Rafah. Israel telah lama menegaskan serangan itu akan terjadi terlepas dari apakah kesepakatan gencatan senjata tercapai atau tidak.
Setidaknya 34.683 orang telah tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan 78.018 orang terluka dalam serangan zionis Israel di Gaza sejak Oktober, menurut pihak berwenang Palestina.
Zionis Israel melancarkan perangnya di Gaza setelah Hamas memimpin serangan ke Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 1.139 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan Al Jazeera berdasarkan statistik Israel. | delanova