Bincang Bebas tentang Bank (1)

Bank dan Golsdmith

| dilihat 3249

SEORANG BANKIR, sahabat saya, kesal mendengar celotehan saya tentang karakter bankir yang kudu selalu curiga dan kudu kreatif dan produktif mendulang untung dari nasabahnya. Termasuk dengan cara menjerat nasabah.

Dia ‘murka’ ketika saya bilang, bankir cenderung berpura-pura melayani. Filosofi kuno [ara bankir jaman baheula adalah: “Sediakan bangku (kursi) dan bantu nasabahmu.”

“Ah.. celoteh ngaco aja !”

Yang saya pahami (boleh jadi salah dan keliru), bank merupakan salah satu institusi modern dalam perkembangan peradaban manusia. Secara eti­mologi, istilah bank itu bermula dari kata Banque, dalam bahasa Itali. Secara harfiah, artinya, ‘bantu’ atau ‘pembantu.’

Pandangan lain menyebut, makna kata Banque sesungguhnya kursi panjang dari besi dan kayu (bangku), tempat orang menunggu kesempatan ber­transaksi.

Pada perkembangannya, pengertian bank menjadi pranata sosial untuk membantu masyarakat mengelola keuangan.

Bank berurusan dengan ber­bagai aspek dan produk jasa keuangan, langsung dan tak langsung, Tapi, titik beratnya adalah pelayanan jasa. 

Bank, sejalan perkembangan peradab­an manusia, berperan sebagai lembaga bisnis yang mengurusi tata kelola keuangan. Khasnya dari dan kepada pihak ketiga. Karena itu bank berkaitan langsung dengan ke­mampuan masyarakat mengelola keuang­an (finance viability).

Se­makin modern suatu masyarakat, semakin memerlukan bank. Semakin maju perbankan di suatu negara, semakin diperlukan tata kelola perbank­an, yang tidak lagi hanya se­kadar mengurusi tran­saksi jasa menerima, menyimpan, dan mengeluarkan uang.

Bankir yang berfikir benar, akan memusatkan fungsi bank dan perbankan, sebagai salah satu pilar pembangunan masyarakat. Dalam penyelenggaraan negara modern, bank dan per­bankan merupakan unsur vital dalam me­ngembangkan perekonomi­an ne­gara secara baik. Terutama, karena bank dan per­bankan ber­korelasi langsung dengan produktiv­itas manusia. Baik untuk menggerakkan berbagai aktivitas ekonomi: industri, maupun untuk men­distribusikan ke­sejahteraan ekonomi masyara­katnya.

Sebaliknya, bankir yang berniat hanya ingin mendulang dana masyarakat, mendirikan bank untuk kepentingannya sendiri. Karenanya banyak sekali bank yang bangkrut dan mengakhiri eksistensinya dengan persoalan yang bisa menjadi keriuhan sosial dan politik. Apalagi ketika terjadi tindakan kriminalitas ekonomi dalam pengelolaannya.

Bank mulai dikenal dan berlaku, sejak manusia mengenal dan me­lakukan transaksi eko­nomi. Ketika itulah manusia mengenal modal, utang piutang, dan keuntungan fi­nansial.  Persisnya, sejak emas dan perak menjadi alat tukar dalam transaksi barang dan jasa, termasuk se­bagai standar untuk mengukur nilai barang dan jasa tersebut.

Praktik perbankan dikenal sejak bangsa Yahudi mengambil peran sebagai penjual jasa pe­nyimpanan emas, sehingga masa itu dikenal istilah goldmith, alias ‘orang-orang Yahudi yang mengelola pe­nyimpanan emas’.

Pengua­saan bisnis ini oleh orang - orang Yahudi, tersebab oleh keadaan, ketika mereka dilarang memiliki tanah untuk pertanian di Eropa.

Di tangan orang-orang Yahudi inilah penge­lolaan emas dan perak sebagai alat tukar dan tolok ukur nilai barang dalam transaksi menemu­kan bentuk­nya sebagai institusi yang dipercaya oleh orang-orang kaya.|

Editor : N Syamsuddin Ch. Haesy
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 238
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 461
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 452
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 422
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 733
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 890
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 841
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya