* Manfaat Kebersihan untuk Kinerja Bisnis

Sukses Lewat Toilet

| dilihat 2099

PERUBAHAN dapat dimulai dari toilet alias tandas kata orang Melayu. Ketika menjabat Perdana Menteri Malaysia, Dr. Mahathir Mohammad (Dr. M), ambil peduli terhadap pengelolaan tandas. Acap berlibur, Dr. M selalu memperhatikan soal tandas. Kata kuncinya: kebersihan lingkungan.

Al hasil kebersihan kota di seluruh negara Malaysia menjadi perhatian utama. Di pusat-pusat perdagangan dan perkantoran, toilet menjadi utama. Petronas memasukkan ‘kemampuan mengelola tandas’ sebagai syarat bagi siapa saja yang mau menjadi agen rumah pompa minyak (petrol station). Lantas, satu-satunya BUMN Malaysia yang mengurusi minyak dan gas bumi itu, beroleh untung tak alang kepalang. Miliaran ringgit. Dan, secara fair berkompetisi bisnis dengan rumah pompa minyak lainnya. Terutama, Shell.

Kini, pengelolaan tandas awam (WC Umum) di pusat-pusat keramaian, kian terkelola, dan berbayar: RM2 alias Rp6.000,- sekali buang air, tak peduli besar atawa kecil. Ada juga tandas eksekutif yang berbayar lebih mahal. Di sentra-sentra mobilitas sosial yang menjadi pusat keramaian, seperti pasar, mall, terminal bis, stasiun kereta api dan bandar udara (airport), free. Tapi, pemeliharaannya selalu terjaga. Sama bersihnya dengan pengelolaan kebersihan di kantor-kantor pemerintah dan masjid. Bahkan di setiap kedai, termasuk kedai nasi kandar, pemeliharaan toilet menjadi perhatian utama.

Malaysia menerapkan dengan baik prinsip pencitraan substantif dalam kehidupan sosial dan bisnisnya. Termasuk adagium: toilet merupakan citra utama sebuah bangsa. Pengelolaan toilet yang bersih menentukan harkat dan martabat manusia dan masyarakatnya. Lepas dari soal itu, dari sisi bisnis, toilet yang bersih dan nyaman, membuat suasana dan kesan pertama terhadap mitra bisnis langsung terbentuk. 

UPAYA mengelola toilet secara bisnis, juga sudah berlaku di Indonesia. Meski masih terlalu banyak WC Umum yang tak terkelola dengan baik, meski tetap dikutip Rp1.000,- berbagai lokasi community center dan terminal mobilitas sosial telah mampu mengelola toilet dengan baik. Bahkan ada yang secara sengaja membangun dan mengelola toilet khas di sejumlah rumah pompa minyak. Mereka menyebut Toilet VIP dengan imbal bayar Rp5.000,- Sejumlah rest area jalan tol di Jawa relatif sudah mengelola toilet dengan spirit perubahan ke arah yang lebih baik.

Dalam konteks toilet yang menjadi sentra kepedulian utama adalah mengelola kebersihan. Sentra-sentra aktivitas masyarakat harus bersih. Bukan karena kebersihan berkait dengan citra bisnis. Juga karena kebersihan, secara religius, merupakan bagian integral dari keimanan seseorang. Para orang saleh, misalnya, berada di antara kebersihan dan keimanan, itu.

Dari sisi bisnis, pengelolaan toilet yang baik dan benar akan berdampak positif. Tak hanya dalam konteks bisnis WC umum semata. Melainkan lebih jauh daripada itu lagi, yakni: korelasinya dengan pengembangan industri pariwisata alias pelancongan. Pengelolaan toilet yang buruk akan merusak citra obyek pelancongan atawa pesiaran.

Itulah sebabnya, kebersihan merupakan bagian integral dari keseluruhan konteks rencana bisnis berbagai lapangan industri.  Belanja untuk pos kebersihan dalam struktur budget berbagai perusahaan nasional dan multi nasional, terbilang besar.  Termasuk yang dikelola dengan skema outsource. Sebagian perusahaan memasukkan belanja kebersihan sebagai bagian dari belanja promosi, meskipun sebagian terbesar perusahaan memasukkannya dalam belanja pemeliharaan kantor.

Kesadaran terhadap kebersihan dan kemampuan mengelola toilet secara profesional, akan menumbuhkan bisnis yang relatif besar. Sekaligus mampu menampung tenaga kerja, dan mendorong pencapaian bisnis industri perangkat kebersihan dan seluruh aksesorisnya. Inilah yang menjadi medan bisnis berbagai perusahaan cleaning services dan general affair.

Seorang sahabat yang kini menjadi pengusaha sukses dengan bisnis berat, termasuk mengelola gedung perkantoran di Jakarta, bercerita, bagaimana bisnis keluarganya dimulai dari cleaning services. Kemudian bertumbuh ke jalur kontraktor, dan kemudian properti. Tidak mudah memang. Memakan waktu tiga generasi untuk sampai ke titik pencapaian yang dialaminya kini.

Dia bilang, bisnis di sub sektor kebersihan yang berurusan dengan tandas atau toilet, memerlukan kesabaran dan ketangguhan. Termasuk konsistensi dalam meramu berbagai aspek yang menjadi faktor pendorongnya.

Mulai dari komitmen terhadap kebersihan, nilai-nilai positif yang berorientasi pada kebersihan, pengembangan core business pada industri kebersihan, serta kemampuan mendidik tenaga kerja terampil yang siap sukses dari toilet. Selebihnya adalah kemampuan mengelola keuangan dan keyakinan terhadap prospek yang kian baik.

Ignatius Jonan, Direktur Utama KAI (Kereta Api Indonesia), pun menggerakkan transformasi di perusahaan jasa pelayanan publik itu dengan membenahi toilet lebih dulu.. | Bang Sem 

 

Editor : Web Administrator
 
Humaniora
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 98
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 515
Momentum Cinta
12 Mar 24, 01:26 WIB | Dilihat : 524
Shaum Ramadan Kita
09 Mar 24, 04:38 WIB | Dilihat : 444
Pilot dan Co Pilot Tertidur dalam Penerbangan
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1095
Rumput Tetangga
Selanjutnya