Duka Merayap di Elmina

| dilihat 623

Asap mengepul di udara, merayap naik dan hilang di udara, persis di atas jalan tol tak jauh dari kawasan perumahan Elmina, Shah Alam - Selangor, Kamis. 17 Agustus 2023, pukul 14.50 petang waktu setempat. Lantas terdengar bunyi ledakan. Api menyembur. Duka pun merayap.

Api dan asap yang membubung ke udara itu berasal dari pesawat jet pribadi dengan nomor registrasi N28JV yang dioperasikan Jetvalet Sdn. Bhd., yang akan mendarat di Bandar Udara Internasional Sultan Abdul Azis - Subang Jaya, Selangor, di luar Kuala Lumpur.

Pesawat itu meninggalkan bandar udara internasional Langkawi - Kedah, pukul 14.08 dan diperkirakan mendarat di bandar udara Sultan Abdul Azis pada pukul 14.50.

Nahas, pesawat jenis Beechcraft Model 390 (Premier 1), itu terhempas, jatuh di jalan tol Guthrie, beberapa menit saja sebelum mendarat.

Sepuluh (10) orang dikabarkan tewas, meliputi enam penumpang, dua awak pesawat, seorang pengendara sepeda motor dan seorang pengemudi mobil yang sedang melintas di jalan tempat jatuhnya pesawat.

Jumlah korban tewas dikonfirmasi oleh Kepala Polis Diraja Malaysia Negeri Selangor, Datuk Hussein Omar Khan. Ia mengatakan, korban diyakini berusia antara 40 dan 50 tahun.

 

Salah seorang korban adalah Dato' Seri Johari bin Harun, anggota Dewan Undangan Negeri sekaligus Exco (executive committee) -- di Indonesia semacam Kepala Dinas Perumahan, Lingkungan dan Teknologi Hijau -- Pemerintah Negeri Pahang. Korban baru saja mengikuti suatu pertemuan di Pulau Langkawi - Kedah.

Kapten Norazman Mahmud, Chief Executive Officer (CEO) Civil Aviation Authority Malaysia (CAAM) - otoritas penerbangan sipil Malaysia mengkonfirmasi media, pilot pesawat tersebut, Kapten Shahrul Kamal Roslan melakukan kontak pertama dengan Menara Pengawas Lalu Lintas Udara Subang, pukul 14.47 dan berleh izin mendarat satu menit kemudian.

Berdasarkan manifes penerbangan, pesawat ini memiliki dua awak pesawat, yakni Shahrul Kamal Roslan, 41, sebagai PIC atau pilot in command dan Heikal Aras Abdul Azim, 45, adalah SIC atau orang kedua. Keduanya, menurut Datuk Norazman Mahmud merupakan pilot berpengalaman dan memiliki lisensi yang sah.

Norazman juga mengonfirmasi, kepulan asap dari arah terhempasnya pesawat terlihat dari menara kontrol Subang sekira pukul 14.51. Tapi tak ada seruan lazim "mayday.. mayday.." dari pilot, tanda pesawat dalam keadaan bahaya.

Menyusul peristiwa nahas itu, Pusat Koordinasi Penyelamatan Penerbangan Kuala Lumpur (KL ARCC) segera melakukan aktivasi untuk melakukan koordinasi misi penyelamatan dan pencarian pesawat, sekaligus melaklukan investigasi sebagaimana diamanatkan Peraturan Penerbangan Sipil Malaysia 2016.

Petugas KL ARCC berhasil memadamkan pesawat selama sepuluh menit kemudian. Seluruh korban kemalangan pesawat jet pribadi tersebut dilarikan ke Hospital Tengku Ampuan Rahimah (HTAR) Klang.

Kecelakaan pesawat tersebut mengejutkan penduduk setempat, yang kemudian bergerak beramai-ramai menuju ke lokasi kecelakaan. Tak hanya itu, peristiwa malang bersimbah duka itu juga mengejutkan Yang Di Pertuan Agong Malaysia, Sultan Abdullah.

Sultan segera bergerak ke lokasi kecelakaan. Nampak, ia bersedih. Beberapa kali, nampak Sultan Abdullah yang juga Sultan Pahang, menghapus air mata kesedihan.

Kesedihan menyelimuti keluarga seluruh korban. Mereka datang ke lokasi kecelakaan dan ke rumah sakit. Kabar terkini, mereka telah menyerahklan sampel  acid DNA - deoksiribonnukleik - masing-masing untuk keperuan identifikasi pertalian keluarga. Keluarga korban yang terakhir tiba ke rumah sakit untuk menyerahkan acid DNA-nya selepas subuh hari ini, seperti keterangan Asisten Komisaris PDRM Cha Hoong Fong, Kepala Polis Diraja Malaysia Sektor Klang Selatan.

Allahyarham Kapten Shahrul, pilot pesawat tersebut sebelumnya merupakan pilot Malaysia Airlines, Abu Dhabi dan Etihad Airways. Ia kembali ke tanah air ketika pandemi Covid 19 saat berlangsung lock down di Malaysia.

Selama masa itu, Allahyarham hilang pekerjaan sampai kemudian diterima bekerja sebagai pilot pesawat pribadi tersebut.

Menurut ibunya, Mahanum Ismail - dalam keterangan kepada wartawan --, Allahyarham adalah ayah dari empat anak dari istri, yang sepenuhnya merupakan ibu rumah tangga.

Ia putera bungsu (dari dua anak) Mahanum yang sedang dirawat di Hospital Tengku Ampuan Rahimah (HTAR) Klang. Ia beroleh kabar kecelakaan tersebut dari suaminya, lebih satu jam setelah peristiwa nahas tersebut terjadi.

"Dia anak bungsu yang manja dan kesayangan saya," ungkap Mahanum, seraya mengatakan, beberapa hari lalu, Allahyarham menjenguknya. Pada pertemuan terakhir, itu Allahyarham sempat mengatakan kepada ibunya, "Adik sayang mama." 

Akan halnya Heikal Aras merupakan putera kedua dari lima bersaudara, keluarga Abdul Azim Aras, veteran wartawan Utusan Melayu.  Dalam keluarga tersebut, Haekal dan kakaknya berprofesi sebagai pilot. Sebagaimana halnya Shahrul Kamal, selama pandemi Covid 19, Haekal pun 'rehat terbang,' dari sebelumnya sebagai pilot di Air Asia dan Vietnam Air. Allahyarham Haekal merupakan ayah tunggal bagi tiga anaknya.

Sinar Harian mengungkap, tragedi pesawat jet pribadi terhempas yang mengorbankan 10 nyawa di Elmina, tersebut merupakan insiden pesawat kedua kalinya di kawasan itu.

46 tahun lalu, pernah terjadi peristiwa keelakaan yang sama, menimpa pesawat Japan Airlines Flight 715 yang merenggut 34 nyawa.

Peristiwa nahas tersebut, terjadi pada 27 September 1977, seramai 26 penumpang dan delapan awak pesawat meninggal dunia, ketika pesawat tersebut terhempas di sebuah bukit di Ladang Elmina yang ketika itu masih ladang getah (karet).

Pesawat tersebut dalam penerbangan dari bandar udara Haneda di Tokyo, dan dijadualkan mendarat di bandar udara Sultan Abdul Aziz Shah di Subang, sebelum melanjutkan penerbangan menuju Singapura.

Pesawat McDonnell Douglas DC-8 yang keseluruhannya membawa 69 penumpang dan 10 awak pesawat tersebut terhempas kira-kira 6.44 kilometer daripada bandar udara sebelum sempat mendarat.

Ketika itu dilaporkan, 29 orang dari seluruh penumpang merupakan warganegara Jepang. Pesawat Japan Air Lines itu seharusnya mendarat di jalur landasan 15. Pesawat terbang di bawah batas minimal 228 meter, kemudian pada level ketinggian 91 meter, sebelum terhempas ke tepi bukit.

CAAM terus melakukan penyelidikan keselamatan menyeluruh untuk menentukan penyebab dan faktor penyebab kecelakaan di Elmina tersebut.

Penyelidikan tersebut dilakukan untuk mengungkap urutan peristiwa yang menyebabkan kecelakaan tragis, menyoroti potensi masalah teknis, faktor manusia, atau faktor eksternal yang mungkin berperan.

Menurut pakar penerbangan Malaysia, Kapten (B) Abdul Rahmat Omar Tun Mohd Haniff, tidak adanya sinyal darurat yang dikirim oleh pilot sebelum pesawat jatuh, menunjukkan bahwa kecelakaan itu terjadi secara tiba-tiba.

Haniff menyatakan, sulit menganalisis penyebab sebenarnya dari insiden tersebut karena terbatasnya informasi yang tersedia saat ini. “Penyebab kecelakaan sebenarnya belum bisa ditentukan saat ini karena detail kecelakaan masih sangat terbatas.

Ia mengemukakan, faktor perawatan memegang peranan penting dalam operasional pesawat untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Dia yakin CAAM akan mempertimbangkan catatan perawatan pesawat tersebut.

Faktor penyebab kecelakaan pesawat yang menjadi pertimbangan antara lain cuaca, kemacetan lalu lintas udara menuju tujuan, dan jumlah bahan bakar yang dibawa.

“Selain itu, jarak yang dapat dijangkau dari bandara oleh pesawat juga diperhitungkan jika terjadi keadaan darurat selama perjalanan,” katanya. “Aspek lain yang akan difokuskan adalah apakah ada unsur human error,” tambahnya.

Akan halnya bandar udara Sultan Abdul Azis Shah yang menjadi tujuan penerbangan, yang terletak 15 kilometer di luar Kuala Lumpur, dikenal juga sebagai Bandara Subang atau Subang Skypark.

Bandar udara ini terletak di Subang, Distrik Petaling, Selangor, Malaysia. Bandar udara ini merupakan bandar udara tersibuk kedua di Malaysia setelah Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (KLIA). Dibangun pada tahun 1965 sebagai gerbang utama Kuala Lumpur. Kemudian, pada tahun 1998, digantikan oleh Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur pada tahun 1998. Saat ini, Bandara Sultan Abdul Aziz Shah digunakan untuk penerbangan umum, kargo, dan maskapai bertarif rendah.

Bandar udara ini memiliki satu terminal, yang dibagi menjadi dua concourse, masing-masing Concourse A digunakan untuk penerbangan domestik, sedangkan Concourse B digunakan untuk penerbangan internasional. Bandar udara ini juga memiliki terminal kargo dan hanggar pemeliharaan.

Bandara Sultan Abdul Aziz Shah melayani sejumlah maskapai, antara lain Firefly, Batik Air Malaysia, SKS Airways, Raya Airways, dan Berjaya Air. Bandar Udara ini juga menjadi hub bagi Firefly, yang merupakan maskapai penerbangan regional milik Malaysia Airlines. | haedar

 

Editor : delanova | Sumber : Sinar Harian, Bernama, dan berbagai sumber
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 542
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1643
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1417
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 969
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1185
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1456
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1604
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya