Bangun Solidaritas Sosial Bantu Korban Gempa Sulteng

| dilihat 1901

GEMPA bumi berkekuatan 7,7 skala richter (SR) yang terjadi di Sulawesi Tengah (Donggala dan Palu), Jum’at petang (28/9/18), sekira pukul 16.00 waktu setempat, mengguncang tak hanya bumi Sulawesi.

Gempa yang disusul oleh tsunami itu, menerjang apa saja. Mulai dari rumah penduduk, rumah sakit, kampus, dan berbagai bangunan lain.

Berbagai video dramatik diunggah banyak orang melalui akun media sosial mereka masing-masing.

Seruan solidaritas untuk merespon bencana itu segera bermunculan di berbagai akun media sosial, termasuk akun para petinggi negeri, politisi, dan para relawan bencana.

“Bangun solidaritas sosial. Bantu korban gempa Sulteng,” ujar Ferry Mursidan Baldan, mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang.

“Begitu bandara Al Jufrie di Palu sudah berfungsi, kita mesti bergerak ke Sulawesi Tengah,” ungkap Sofhian Mile, mantan politisi Partai Golkar dan sekaligus mantan Bupati Luwuk Banggai.

Pola gempa yamng berlangsung di Sulawesi dan susulan tsunami kemudian, termasuk tidak biasa.

Sebelum gempa besar terjadi, gempa-gempa kecil sudah berlangsung lebih awal, termasuk gempa yang 6,1 skala richter yang terjadi pukul 6,1.

Salah satu wilayah kaya di Indonesia yang menyimpan potensi minyak bumi, gas alam dan deposit berbagai jenis tambang, mengisyaratkan wilayah itu mempunyai struktur geologi yang unik.

Diperkirakan, sebelum terjadi kemuncak gempa pada 7,7 SR itu, menurut pandangan apara ahli, seperti yang dipublikasikan nationalgeographic.com, gempa itu menyusul serangkaian gempa yang dimulai sekitar pukul 14.00 WIB dengan berkekuatan 6,1 SR. Peristiwa itu menurut Reuters, menghancurkan puluhan rumah. 1 orang korban tewas, dan setidaknya 10 cedera.

Tanah terus bergolak dengan 27 gempa susulan yang akhirnya memberi jalan kepada gosongan 7,5-magnitude yang kuat dan dangkal yang berpusat sekitar 6 mil dalam, menurut Survei Geologi AS. Sejak itu, 31 gempa susulan mengguncang pulau Sulawesi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) pada awalnya mengeluarkan peringatan tsunami tetapi segera menariknya berdasarkan analisis lapangan pada saat itu.

Gelombang tsunami yang direkam dari lantai parkir atas Palu Grand Mall, menunjukkan ombak bergerak, merambah kota Palu. Video lain menggambarkan kendaraan yang terjebak di tengah kepungan air. Ada juga yang mempublikasikan runtuhnya beberapa bagian bangunan pasar,  kerumunan orang berlari menyelamatkan diri.

Secara teoritis, Tsunami biasanya ditimbulkan oleh gerakan tiba-tiba dari gempa bumi bawah laut besar di batas lempeng tektonik.

Bila hanya sekadar gempa, masyarakat Palu dan Sulawesi lainnya, termasuk penduduk bagian lain Indonesia yang memang berada di tengah jejaring cincin api, sudah biasa merespon cepat. Apalagi di kepulauan Indonesia, sering terjadi gempa.

Masyarakat terkondisikan oleh kecerdasan dan kearifan lokal untuk merespon kondisi alam lingkungannya. Namun, di belakang hari, kepekaan tersebut mulai berkurang.

Pengetahuan dan kesadaran penduduk tentang kondisi geologis kawasan cincin api, belum merata. Pemahaman tentang rantai rantai batas lempeng tektonik berbentuk melengkung yang memeluk cekungan Pasifik, belum merata. Indonesia sebagai negara kepulauan dari gugusan lapisan bumi purba, adalah tempat bagi sekitar 90 persen gempa bumi di dunia.

Nationalgeographic menulis, gempa bumi berkekuatan 7,5 (sumber lain menyebut 7,7) SR tampaknya merupakan hasil dari apa yang dikenal sebagai sesar mendatar, yang terjadi sebagai dua blok pergerakan yang seolah menggiling kerak bumi terhadap satu sama lain. Sebagian besar dalam arah horizontal.

Tsunami lebih sering mengikuti gerakan vertikal di kerak bumi, yang mengganggu air di atasnya dan menimbulkan gelombang besar menerjang daratan.

"Ini benar-benar kejutan," kata Baptiste Gombert, seorang ahli geofisika di Universitas Oxford. Dia mencatat, geologi Indonesia sangat kompleks.

Jaringan spidery dari berbagai jenis sesar memotong wilayah tersebut, jadi fenomena alam yang terjadi adalah sebuah tantangan. Tetapi hasil awal mengisyaratkan beberapa kemungkinan.

Tsunami yang menyusul gempa, itu mungkin hasil dari beberapa gerakan vertikal di sepanjang patahan, kata Gombert. Tapi dia menemukan, hal itu tidak mungkin sepenuhnya bisa menjelaskan gelombang tinggi seperti itu — beberapa model awal memperkirakan gelombang setinggi 16 kaki.

"Bahkan jika ada pergerakan vertikal sedikit, akan terjadi tsunami yang cukup besar," katanya.

Kemungkinan lain, terjadi lapisan tanah longsor di dalam dan berbagai pergerakan yang juga mengganggu perairan teluk, sehingga menyebabkan gelombang.

Batas-batas teluk itu sendiri mungkin juga merupakan masalah, catat Janine Krippner, seorang ahli vulkanologi di Concord University.

"Itu dapat memperkuat tinggi gelombang karena menyalurkan air ke area yang lebih kecil," tulisnya melalui pesan Twitter. Namun dia menekankan bahwa masih banyak ketidakpastian seputar kejadian hari ini.

Lembaga-lembaga Indonesia mengarahkan penduduk setempat untuk tetap sadar akan bahaya yang terus berlanjut. "Masyarakat didorong untuk tetap waspada," kata juru bicara badan bencana Sutopo Purwo Nugroho, sebagaimana dilaporkan AP melaporkan.

“Lebih baik tidak berada di rumah atau gedung karena potensi gempa susulan bisa berbahaya. Orang didorong untuk berkumpul di area yang aman. Hindari lereng bukit," imbU Nugroho.

Tsunami dapat mendatangkan malapetaka pada populasi dan lanskap pesisir. 26 Desember 2004, tsunami di Samudra Hindia menewaskan sekitar 150.000 jiwa dan membersihkan lanskap di jutaan ekar medan lautan.

Untuk merespon gempa yang mengundang tsunami, secara umum diimbau, agar masyarakat, ketika berada di daerah pesisir, tetap waspada terhadap peringatan tsunami. Pelajari detail sistem peringatan lokal.

Tetap sadar dan jangan panik, sehingga bisa merencanakan rute evakuasi yang mengarah ke tempat yang lebih tinggi.

Peringatan terjadinya tsunami, bisa diketahui tanda-tandanya:  naik atau turunnya air pantai dan gemuruh gempa bumi lepas pantai. Jangan berkerumiun dekat pantai untuk melihat fenomena alam yang mengundang tsunami masuk.

Kepala BMKG Dwi Korita Karmawati memastikan, benar terjadi tsunami, menghantam kawasan pantai Talise, Kota Palu dengan ketinggian hingga 1,5 meter akibat gempa berkekuatan 7,7 pada skala Richter yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, tetapi air sudah surut.

"Dari pemantauan di lapangan, benar terjadi tsunami, dan bahwa video yang beredar itu memang benar," kata Dwi Korita Karmawati dalam jumpa pers di kantor BMKG, Jumat malam (28/09).

"Tsunami mencapai ketinggian sekitar 1,5 meter, terjadi pada pukul 17:32. Namun kemudian setelah beberapa lama, air sudah surut," tambahnya.

Selain di Palu dan Donggala, tsunami juga melanda Mamuju di Sulawesi Barat.

Pengumuman bahwa terjadi tsunami akibat gempa di Donggala disampaikan beberapa jam setelah peringitan dini tsunami dicabut.

Sistem Peringatan dini tsunami relatif dalam kondisi baik. Segera aktif saat gempa di Palu terjadi, "namun sesudah setengah jam situasi kondusif, sehingga peringatan tsunami diakhiri," ungkap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho.

Untuk merespon bencana alam tersebut, agar tak menimbulkan bencana sosial, masyarakat di seluruh Indonesia perlu bergerak memberikan bantuan. Tentu dalam keadaan siap, agar tak menjadi beban di lapangan.

Solidaritas sosial mesti diutamakan dan urusan-urusan politik menyambut Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden & Wakil Presiden, bisa dikesampingkan dulu.

Pemerintah mesti tanggap dan sigap menilai kondisi obyektif, tak harus berfikir untung rugi seperti yang mengemuka sebelumnya, ketika terjadi bencana di Lombok. | delanova, beranti.

Editor : Web Administrator | Sumber : berbagai sumber | reuter, AP, antara, nationalgeographic
 
Humaniora
06 Mar 25, 02:43 WIB | Dilihat : 581
Buka Puasa Bersejarah di Istana Windsor Inggris
04 Mar 25, 03:55 WIB | Dilihat : 414
Shaum di Zaman Sungsang
31 Jan 25, 05:17 WIB | Dilihat : 846
Keserakahan
Selanjutnya
Sainstek
19 Feb 25, 19:05 WIB | Dilihat : 833
Presiden Prabowo Lantik Brian Yuliarto Mendiktisaintek
25 Okt 24, 10:37 WIB | Dilihat : 971
Maung Garuda Limousine yang Membanggakan
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 2748
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 2969
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
Selanjutnya