AJP2018 dan Kaus Kaki Hesti

| dilihat 1455

Malam pemberian trofi dan hadiah pemenang Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP2018), Jum'at (23/11) malam di Ball Room Gedung Utama Pertamina, meriah.

Selain dihadiri Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan jajaran direksinya, acara bertema Kampung Energi, itu juga dihadiri Timbo Siahaan (Forum Pemred), Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat - Atal Depari dan para pemimpin redaksi.

Acara dipandu sepasang favorit saya: Latief Siregar wartawan radio MNC Trijaya bersama Hesti Purwadinata yang gayeng. Suasananya karib, beberapa pemandu tamu berseragam hansip, ada juga yang bergaya kembang desa.

Celoteh Latief segar. "Cletukannya segar," cetus Riza Primadie - salah satu juri, yang kini komisaris PT Kereta Api Indonesia.

Di sela pemberian trofi dan hadiah, sekelompok pewarta dan staf corporate communication Pertamina yang menamakan dirinya "Adaaaa Band" menampilkan tiga lagu yang tak kalah dengan band profesional.

Kelompok musik Armada dengan Rizal, vokalisnya, tampil sangat prima dan menghibur, sekaligus komunikatif.

Selain menyajikan lagu-lagu mereka yang populer, Armada - lewat Rizal - juga menyajikan lagu Si Doel Anak Betawi - sound track sinetron seri Si Doel Anak Sekolahan. Juga lagu lawas yang melodius karya Rinto Harahap yang dipopulerkan Christine Pandjaitan.

Di sela acara, saya justru tertarik dengan kaus kaki yang dikenakan Hesti. Kaus kaki bergaris-garis dengan warna kombinasi hitam, putih, dan merah.

Seketika saya teringat Duta Besar Republik Indonesia untuk Polandia, Peter Gontha (PG) yang juga dikenal sebagai dedengkot JavaJazz.

Sebulan terakhir, PG rajin memposting aneka model dan warna kaos kaki, di akun Facebook-nya, dengan caption yang menggelitik.

Begitu melihat kaos kaki pembawa acara, itu - seketika saya teringat PG dan Deddy Mizwar, aktor yang selama lima tahun menjabat Wakil Gubernur Jawa Barat.

Deddy beberapa kali bercerita tentang kaos-kaki, yang ada dalam plot rancangan cerita (rencana) film-nya bertajuk Sang Presiden.

Kaos kaki -- dalam ingatan saya -- punya banyak cerita. Tak hanya karena, seperti kuliner, kaos kaki Indonesia lumayan punya pangsa pasar yang bagus di luar negeri. Setidaknya di jiran (Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam).

Setiap akan ke Malaysia, Thailand, atau ketika bertugas ke Jepun, Eropa dan Amerika Serikat, saya selalu sempatkan membeli kaos kaki beberapa pasang sebagai buah tangan, selain beberapa pasang untuk saya pakai sendiri.

Kaos kaki, merupakan berkah bagi Laksita Pradnya, gadis belia berusia 20 tahun berdarah Kebumen, yang membuatnya menjadi entreprenenur belia yang sukses dan kaya. Karena kaos kaki, Laksita beroleh income rata-rata per bulan sampai Rp300 juta.

Menurut SWA, Laksita berhasil mengubah produk kaus kaki biasa-biasa saja menjadi produk branded, dan membuatnya kaya setelah merintis bisnisnya selama tiga tahun.

Kendati begitu, bagi produsen kaus kaki di Bandung, Iwan Gunawan, melonjaknya nilai Dolar Amerika Serikat atas Rupiah, membuatnya 'ngos-ngosan,' lantaran kos produksi melonjak sampai 30 persen. Terutama, karena bahan kaos kaki, khasnya benang, masih barang impor. Apalagi, ketika lonjakan mata uang dolar, itu berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat.

Saya tak sempat tanya pada Hesti, seberapa banyak dia mengkoleksi kaus kaki, seberapa banyak juga modelnya.

Tapi cara dia memilih kaus kaki, saya menduga, dia terbilang perempuan yang menempatkan kaus kaki sebagai bagian penting dari fashion. Apalagi, malam itu dia mengenakan celana dan atasan jeans.

Meski tak seperti penggemar mode di Harajuku - Tokyo atau Boulevard de Chlichy (pun Champs Elysees) - Paris, pilihan warna dan model kaus kaki yang dipakainya malam itu, saya menduga dia tipe penyuka mode eksibisi di pedestrian kota yang ramai.

Para penyuka mode dan bintang-bintang street fashion, suka mengambil model kaos kaki yang oleh kebanyakan orang yang formal, mungkin dianggap sebagai kecerobohan mode. Tetapi, mereka mampu mengubahnya menjadi suatu kenyataan yang menarik dilihat. Bahkan, menjadikannya sebagai tren fashion.

Tak peduli, apakah kaus kaki yang dipakai serasi dengan sepatu atau alas kaki lain, termasuk model sandal platform bertali, sehingga kaus kakinya sekaligus menjadi menonjol. Atau menjadi performa ekstra pop untuk sepasang ankle boots yang dipakaikan ke kaki dengan betis proporsional, sehingga kaus kaki memang harus ditampakkan.

Banyak ragam kaus kaki yang menarik dan mengundang perhatian, termasuk kaos kaki build in dengan sepatu bot. tentu, beda dengan kaos kaki yang khas diproduksi untuk penggemar sepatu kets, seperti halnya kaus kaki ankle mesh yang tipis untuk sepatu kulit.

Khas untuk penggemar sepatu kets, kaus kaki menjadi fungsional untuk menyerap keringat di sela jemari atau telapak kaki.

Ah.. saya menyesal, tak sempat bertanya ihwal kaus kaki kepada Hesti. Saya cuma menyebutnya, "kaus kaki AJP2018." | Bang Sem

Editor : Web Administrator
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 918
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1153
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1411
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1557
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 712
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 869
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 821
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya