Konser Inspirasi Cinta Yovie Widianto, Katarsis di Masa Sungsang

| dilihat 1521

Catatan Bang Sèm

KONSER Yovie & His Friend di Balai Sidang Senayan - Jakarta,Rabu (7/11) menarik. Tema konser, Inspirasi Cinta. Yovie Widianto, sang komposer dengan perangai baik, itu seperti hendak mengingatkan, ada sesuatu yang 'hilang' selama ini dalam lingkungan masyarakat bangsa ini, yakni cinta.

Di usianya yang ke 50 tahun, dari konser ini -- meski tak semuanya -- Yovie Widianto berhasil menunjukkan hasil nyata dari suatu konsisten dalam menentukan pilihan hidup sebagai musisi.

Semua karya Yovie yang bertema cinta dan 'memuliakan' perempuan, dalam konser malam itu, menjadi energi kebaikan. Sekaligus membuktikan juga, pecinta musik Indonesia, masih cinta dengan produk budaya bangsanya sendiri. Meski, boleh jadi, keesokannya mereka menikmati konser Gun & Roses di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Sejumlah karya Yovie, yang kesemuanya bertema cinta digelar dengan performa yang patut dibanggakan. Baik Yovie maupun seluruh penampil karya-karyanya malam itu bermain apik. Terutama musisi dan penyanyi.

Saya nonton malam itu bersama Ferry Mursidan Baldan, politisi yang cinta banget dengan musik Indonesia, serta dua teman lain, seorang konsultan keuangan dan seorang laki hakim.

Sebagian terbesar penonton yang hadir malam itu, belia dan emak-emak muda, selebihnya: separuh tua dan tua. Beberapa nini-nini (oma-oma) tampak di antara penonton. tentu, ada juga musisi di antara penonton, seperti Melly Guslaw, Hud, dan lainnya yang tak pernah saya hafal.

Di panggung, tampil Kahitna, Glenn Fredly, Yovie & Nuno, Muhammad Arsy Yovie - puteranya yang mengikuti jejaknya, Tulus, Rossa, Bunga Citra Lestari, 5 Romeo, dan lain-lain, selepas dibuka dengan rileks oleh Sofia Latjuba.

Nampak kolaborasi menarik antara Yovie, musisi dan penyanyi dengan Dino Hamid, selaku Projects and Creative Director. Hasilnya, performa prima, paduan antara seni dan teknologi.

Keseluruhan pergelaran ditata dengan pendekatan psychorythm dan bioritme yang elok, meski di penghujung konser, pada lagu terakhir agak decline. Tak berhenti di puncak konser. Kendati demikian, konser berlangsung apik dan patut dipujikan.

Telinga saya merasakan, tata suara disajikan dengan porsi yang cukup, tak berlebih, dan pas untuk lagu-lagu cinta. Celoteh dalam interaksi Yovie dengan rekan-rekannya juga segar dan menghidupkan suasana.

Khasnya, ketika mereka mengilas-balik perjalanan karir, sosok pribadi, dan suasana batin proses kreatif penggubahan lagu dan musik karya Yovie. Hedi Yunus dan Rossa dengan 'idiom Sunda' yang meletik beberapa kali, menyegarkan suasana. Membuat interaksi dengan penonton menjadi sangat karib.

Meski berjarak anytara panggung dengan penonton, secara keseluruhan, seluruh sajian konser malam itu, terasa karib. Beberapa lagu yang dinyanyikan Kahitna, Tulus, dan Rossa beroleh resonansi baik. Hampir semua penonton, ikut menyanyikan apa yang mereka nyanyikan.

Samuel yang memberi aksentuasi dengan permainan drum, juga memberi 'gimmick' pada konser ini. Bunga Citra Lestari, tak hanya mendendangkan lagu yang pas di telinga dan pas di rasa, celotehnya tentang kedekatannya secara personal dengan Yovie, memberi pesona persona lain.

Tentu, demikian halnya dengan Rossa, yang mengulang ingat peristiwa yang sempat meletik di media, ketika Yovie sebagai leader di Kahitna, menghukum Hedi yang sempat limbung terseret narkoba. Dan, Hedi bersama Mario Ginanjar dan Carlo Saba berhasil pula membangun suasana dialektis dengan teman-temannya di Kahitna, khasnya Bambang, Budiana, Harry, Dody, dan Andrie.

Glenn juga memberi warna pada konser ini, dengan model performanya yang memang pas melantunkan lagu cinta.

Konser musik dengan selingan-selingan 'bodoran' khas anak muda Bandung menciptakan suasana pergelaran yang mengalir proporsional dan pada setiap momentnya terkait dengan perjalanan karir Yovie.

Konser malam itu, juga menghantarkan pesan-pesan edukatif dengan konsep hiburan yang apik. Terutama, ketika Yovie bercerita tentang dukungan ibunya, sebagai fans pertama dirinya, serta suasana dialogis dia dengan ayahnya, yang seperti kebanyakan ayah masa itu, tak begitu suka anaknya berkarir di musik.

Konsep visual dengan teknologi virtual disajikan Dodi Hamid dan kawan-kawan memberi atribusi yang kaya pada panggung. Materi visual yang disajikan memberi nilai lebih atas kepiawaian penyanyi dan musisi dalam menyajikan karya Yovie.

Selebihnya, Yovie sebagai kreator memang menunjukkan kematangan berkarya yang terasakan dari ekspresi komposisi musikal yang disiapkannya. Berkelas. Dan, menjanjikan harapan, di wilayah kreatif - khasnya pergelaran musik - apa yang terjadi malam itu benar-benar cair, sesuai konsepnya.

Tentu, konsep kreatifnya berbeda dengan, misalnya, kolaborasi Erwin Gautama - Jay Subiakto ketika menghadirkan konser tribute untuk Chrisye di tempat yang sama beberapa waktu lalu. Terbayang, kelak bila kolaborasi antar creative director dan komposer dalam konser musik bisa berkolaborasi dengan televisi, tentu akan menghasilkan programa siaran yang sangat apik. Tak sekadar bergenit-genti dengan teknologi virtual dan visual.

Boleh jadi, banyak musisi dan seniman yang lain -- terutama yang tak terseret oleh arus politik yang sungsang dan meniadakan akalbudi -- punya daya luar biasa. Perlu terus difasilitasi, sehingga kemampuan dalam 'melihat dengan cinta' akan hidup terus.

Konser musik Inspirasi Cinta Yovie & His Friends, menjentik kesadaran nuraniah kita, betapa hidup harus terus diperkaya dengan paduan artistika - estetika - etika dalam kemasan kreatif mutakhir. Konser semacam ini, akan menjadi oase sekaligus katarsis, di tengah kehidupan masyarakat yang cenderung understressed. Khasnya, karena imbas kondisi perekonomian dan perpolitikan yang membuat sisi kemanusiaan kita, tak terasa, tergerus perlahan-lahan.

Ke depan, negara perlu memikirkan membangun infrastuktur kesenian sebagai produk budaya, gedung konser yang berskala dunia. Tak hanya mengurusi infrastruktur jalan - jembatan dan wahana transportasi yang dalam banyak hal, juga tak berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat. |

Editor : sem haesy
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 634
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 784
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 751
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 168
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 340
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 365
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 335
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya