Berbincang dengan Direktur Utama BNI Gatot M. Suwondo

Bank Harus Memperkuat Ketahanan Ekonomi Rakyat

| dilihat 2487

Sem Haesy

AKARPADINEWS.COM. HARI jelang senja, ketika beberapa waktu lalu saya berbincang dengan Direktur Utama BNI, Gatot M. Suwondo. Kepadanya saya hadapkan hasil survey Bank Dunia, yang menyebut, hampir separuh dari 234,2 juta penduduk Indonesia belum memiliki akses atas layanan lembangan keuangan formal, termasuk perbank­an.

Saya sampaikan, masih sekitar 40 juta orang belum terlayani sama sekali. Sedangkan lembaga keuangan non formal, seperti koperasi simpan pinjam, hanya mampu melayani sekitar 35 juta orang penduduk.

Secara teoritis, kondisi demikian disebabkan oleh lemahnya akses penduduk terhadap informasi tentang jasa perbankan (asymmetric information). Terutama infor­masi tentang layanan jasa keuangan yang vital bagi ke­hidupan masyarakat. Misalnya, penyimpanan dana, layanan sistem pembayaran, layanan kredit, dan asuransi, ter­masuk dana pen­siun di dalamnya.

Masyarakat juga tidak mempunyai akses informasi tentang profil risiko nasabah sebagai kon­sumen. Sebagian besar bank enggan melayani nasabah kecil, karena secara bisnis tidak sesuai antara biaya yang dikeluarkan untuk nasabah (cost to costumer) dengan keuntungan yang akan di­peroleh.

Pada saat bersamaan, laju per­tumbuhan industri perbankan nasional telah ber­gerak cepat dengan berbagai produk layanan jasa perbankan, sesuai dengan perkembangan teknologi informasi, namun nyaris tak terjangkau konsumen.

Sejumlah bank yang didirikan untuk melayani rakyat sampai ke pedesaan, pun nampaknya enggan untuk meneruskan komit­mennya tersebut sebagai core business. Bahkan secara terencana mengubah orientasi bisnisnya, memasuki pasar jasa keuangan yang lebih menguntungkan.

Kompetisi untuk menjangkau nasabah perkotaan dan pinggir­an kota berkembang semakin ketat. Sasarannya adalah menjangkau dan meng­uasai pasar dengan size yang lebih besar. Yaitu, masyarakat golongan berpendapatan ekonomi me­nengah – menengah dan menengah – atas.

Lemah­nya akses rakyat kepada modal, pasar, dan informasi, akan berakibat pada ber­tambahnya jumlah penduduk miskin secara kumu­latif.

Gatot, yang biasa saya panggil GMS, memperhatikan secara seksama kondisi ini. Dia berfikir: perlunya upaya konkret BNI memberdayakan masyarakat se­cara langsung, sebagai pijakan dari keseluruhan proses untuk me­lahirkan dan membentuk nasabah yang kokoh secara fundamental.

Ke­berdayaan masyarakat inilah kelak yang akan mening­katkan penguatan akses dan loyalitas mereka terhadap BNI. Per­baikan akses masyarakat terhadap BNI, itu menurut GMS merupakan bagian dari tanggung jawab sosial yang bersifat strategis dan berdimensi jangka panjang.

Di sisi lain GMS berfikir, lemahnya akses rakyat kepada bank, menjelaskan bahwa sistem keuangan belum berfungsi optimal. Padahal, sistem tersebut semestinya menjangkau seluruh lapisan rakyat. “Semakin kuat akses rakyat kepada jasa perbankan akan semakin baik fun­damental eko­nomi bangsa ini secara keseluruhan,” cetusnya.

GMS berpendapat, akses rakyat kepada perbankan di berbagai negara mem­berikan dampak positif ter­hadap laju pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran negara. Terutama pertumbuhan ekonomi berbasis ekuitas dan ekualitas masyarakat.

“Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% yang dijangkau oleh pemerintah sejak beberapa tahun terakhir, serta perbaikan ekonomi yang signi­fikan di berbagai sisi,  sebenarnya telah terjadi per­ubahan potensi pasar di level menengah ke bawah,” ungkapnya.

Persoalannya adalah pertimbangan bisnis yang tidak bisa menghadapkan secara diametral antara kepentingan menjangkau profit - benefit jasa dan aksi korporasi perbankan.

GMS berpandangan, pertumbuhan ekonomi harus memberikan dampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat. Antara lain, melalui peningkatan seluruh sektor ekonomi yang memungkinkan terjadinya penguatan akses rakyat terhadap modal, pasar, dan informasi.

Sejalan dengan pandangan itulah dia berfikir tentang inklusi ke­uangan secara menyeluruh. Tentu dengan tetap mem­pertimbang­kan berbagai kepentingan bisnis perbankan di dalamnya.

“Bank harus mendapat profit yang me­madai untuk memacu pertumbuhan dan kemajuan­nya. Bank juga harus men­ciptakan konsumen atau nasabah baru yang akan memper­kuat ketahanan ekonomi rakyat,” katanya.

Dengan demikian, bank memainkan berperan sebagai penggerak income generator rakyat dalam bentuk kegiatan usaha atau industri di seluruh lapisan, baik formal maupun informal. | 

Editor : Web Administrator
 
Polhukam
Humaniora
08 Mei 24, 19:52 WIB | Dilihat : 114
Sorbonne Bersama Gaza
03 Mei 24, 10:39 WIB | Dilihat : 415
Pendidikan Manusia Indonesia Merdeka
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 612
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1248
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
Selanjutnya