Kita Adalah Pemangku Kepentingan

Kala Anies Baswedan dengan Shireen Bertukar Gagasan

| dilihat 505

catatan Bang Sém

Bagaimana dua sosok cendekia dari dua negeri jiran sebati bertemu dan saling berbagi gagasan? Pertanyaan ini segera mengemuka, ketika seorang teman dari Free Malaysia Today (FMT) - Kuala Lumpur mengabarkan, Anies Rasyid Baswedan yang berbasis ilmu ekonomi, bisnis, politik, dan kebijakan publik menjadi tamu dalam acara We Are All Stakehoilders yang dipandu Shireen Muhiudeen.

FMT adalah salah satu media di Malaysia, yang sahamnya kini sebagian besar dimilikioleh pengusaha yang memiliki saham mayoritas di Utusan Malaysia dan Media Prima Bhd yang mengelola The New Straits Times, Berita Harian, TV3, TV7, TV8, TV9, Hot FM, dan lain-lain.

Anies Rasyid Baswedan - bakal Calon Presiden dari koalisi perubahan yang didukung dan diusung oleh Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Sebelumnya ia adalah Gubernur DKI Jakarta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Rektor Universitas Paramadina - Jakarta. Lulusan Universitas Gadjah Mada dan Illinois University - Amerika Serikat.

Anies akrab dengan sejumlah tokoh Malaysia, seperti Perdana Menteri Anwar Ibrahim (PMX), mantan Menteri Luar Negeri - Menteri Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan - Yang Dipertua Dewan Negara Tan Sri DSU Rais Yatim, pula mantan Chairman Media Prima -  Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia - Dramawan - Akativis - Wartawan Negara Tan Sri Johan Jaaffar (yang juga salah seorang penggagas ISWAMI - Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia Indonesia), dan lain-lain. FMT sudah mengambil perhatian terhadap kiprah Anies Baswedan sejak Pilkada DKI Jakarta 2016.

Akan halnya Datuk Shireen Ann Zaharah Muhiudeen yang beken dengan nama Shireen Muhiudeen, adalah mantan Chairman Bursa Malaysia (2019). Namanya kian sohor sebagai penulis buku laris bertajuk, "We Are All Stakeholders: Culture, Politics, and Radical Accountability in the Boardroom." Buku laris AMAZON, sejak dipublikasi April 2023.

Buku yang menegaskan, bahwa setiap kita adalah pemangku kepentingan: budaya, politik, dan akuntabilitas radikal di ruang rapat (pengambil keputusan). Buku ini mengeksplorasi strategi - cara mengatasi investasi lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG = environment, social, governance) di ruang rapat modern.

Sebelum menjadi bagian dari direksi Media Prima, Shireen selama 32 tahun berprofesi sebagai seorang fund manager yang berbasis di Kuala Lumpur dengan pengalaman 32 tahun. Tahun 2004 dia mendirikan Corston-Smith Asset Management. Ia memulai karir sebagai fund manager pada tahun 1988 di Arab-Malaysian Merchant Bank sebelum pindah ke Bumiputra Merchant Bankers. Ia lantas bekerja di AIG Investment Corporation sampai menjabat CEO (Chief Executive Officer) dan mengelola pasar negara berkembang di Asia, khususnya Malaysia, india, dan India.

Shireen tertarik secara mendalam dan fokus terhadap isu-isu suhu di atas permukaan tanah (LST = land surface temperature). Ia berpandangan,  bahwa isu-isu LST semestinya menjadi inti dari setiap bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Ketika memimpin Corston-Smith (2008), Shireen menjadi penandatangan awal Prinsip-Prinsip Investasi Bertanggung Jawab PBB (UN PRI), yang berkonsentrasi mempromosikan sistem keuangan global efisien secara ekonomi dan berkelanjutan sebagai kebutuhan untuk penciptaan nilai jangka panjang.

Gagasan Shireen yang tertuang dalam bukunya yang mencapai peringkat pertama dalam kategori Ilmu Manajemen Bisnis dan Etika Bisnis. Menariknya adalah, Shireen menyoroti secara khas dinamika pengambilan keputusan di ruang rapat perusahaan multinasional. Lantas berseru kepada 'penjaga lama' yang menolak perubahan.

Shireen, lantas mencari cara untuk menerobos status quo dengan strategi yang mampu mengubah perusahaan menjadi organisasi abad ke-21 yang transparan dan tahan terhadap masa depan. Terobosan yang dituangkannya dalam buku yang berorientasi masa depan tersebut, memantik kesadaran berbagai pemimpin korporasi dunia. Buku tersebut direkomendasi sebagai buku 'wajib baca' para pemimpin yang bosan dengan status quo.

Buku ini berisi “visi optimis dan cetak biru yang dapat ditindaklanjuti bagi para wirausahawan dan pemimpin perusahaan” yang ingin “mendobrak pola pikir,” ungkap situs Entrepreneur.com. Tak hanya karena buku ini fokus pada penerapan perspektif tentang ESG. Jauh dari itu juga berfokus pada transformasi budaya perusahaan dengan tujuan menuju transparansi radikal dan pengambilan keputusan yang berwawasan global.

Dialog Shireen dengan Anies Rasyid Baswedan yang direkam pada Selasa (10/10/23) tersebut boleh jadi sangat menarik, sehingga Anies tak membocorkan informasi percakapannya, meski secuil. Namun, saya membayangkan, dalam percakapan tersebut mengemuka saling curah gagasan untuk berbagai hal yang sangat urgen dan strategis bagi kehidupan masa depan. Tak hanya di Malaysia - Indonesia atau bahkan Asia. Melainkan dunia.

Sebagai perintis ESG dan DEI (diversity, equity, and inclusion), Shireen berada pada garis yang sama dengan Anies, yang sebelumnya telah berebagi gagasan saat memberi kuliah umum dan berdiskusi di Oxford University (baca: Membayangkan James Martin Menyimak Kuliah Anies di Oxford), King's College London, dialog tentang emisi dengan Menteri Perdagangan Internasional Inggris - Rt Hon. Anne-Marie Trevelyan MP, dan pembicaraan setopik (Net Zero Emission 2050) di Mansion House London. Juga di Lee Kwan Yew Public Policy Study - Singapura, dan lainnya. Termasuk tentang Cultural Public Obligation (PSO Kebudayaan) -- yang belakangan, di Jakarta - ketika dia tak lagi menjabat Gubernur DKI Jakarta -, disalah-tafsirkan secara keliru dan elementer.

Shireen dan Anies, agaknya akan berada pada point of view yang sama dengan perspektif yang mungkin berbeda dalam mendorong organisasi-organisasi (pemerintahan dan bisnis) untuk menjadi ramah lingkungan, baik sebagai investor maupun sebagai para pengambil kebijakan pembangunan visioner berkelanjutan. Termasuk menganggit dan mengembangkan kewirausahaan yang ingin mendobrak pola pikir.

Membayangkan pertukaran gagasan Anies dengan Shireen dalam menggerakkan pembangunan yang lebih bermanfaat, menggerakkan pertumbuhan ekonomi, berkelanjutan dengan struktur dan sistem tata kelola yang tepat. Termasuk paradigma human investment, akan terbayang desain kebijakan negara yang dapat menghindari jebakan utang raksasa.

Termasuk mengelola dengan tangkas dan tepat dalam mewaspadai investor luar yang datang dengan pandangannya sendiri tentang bisnis.

Di sini, visi seorang pemimpin yang kuat, akan menghidupkan etos investor berbasis etika bisnis yang mendahului dengan marka: keadilan ditegakkan, yang kecil diperkuat dan dikembangkan menjadi besar, yang besar ditingkatkan kualitas dan tanggungjawabnya. Pencapaian akhirnya adalah kesejahteraan semesta (universe prosperity).

Di Indonesia, cita-cita ini sudah mengemuka sejak 2011 dan disuarakan HOS Tjokroaminoto dalam Pidato Zelfbestuur (17/6/2016) di Societat Concorde (kini Gedung Merdeka - Bandung). Lantas dilanjutkan oleh murid HOS Tjokroaminoto (Bung Karno) dalam pledoinya bertajuk 'Indonesia Menggugat,' dalam sidang pengadilan, juga di Bandung (1930).

Gagasan Anies yang bertumpu pada keadilan, Dampaknya akan sangat positif dalam mengakhiri kebiasaan buruk 'jalan pintas' pemikiran kelompok-kelompok yang hanya memikirkan dirinya sendiri dan abai dengan kehancuran yang akan menghadang di masa depan.

Dalam konteks itu, prinsip "We Are All Stakeholders" dalam ruang pengambilan keputusan yang ditilik oleh Shireen menjadi relevan. Sambil menanti percakapan keduanya dipublikasi kepada khalayak, saya membayangkan dialog dua cendekia jenius ini akan membawa manfaat bagi Malaysia dan Indonesia. Sambil mengingat ulang keputusan Tun Mahathir menghadapi masa krisis ekonomi global tahun 1986-1987-an.

Inilah tiwikrama - kesungguhan berkhidmat -- yang nyata, bukan sekadar tiwikrama soal beras yang dpercikkan oleh PMX Anwar Ibrahim. Syabas Anies Baswedan !! Syabas Shireen !! |

Editor : haedar | Sumber : foto-foto fb_arb
 
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 239
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 336
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 527
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1619
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1398
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya