Memilih Idola

| dilihat 1778

BOLEH jadi karena terlalu lama menderita dan terlahir di negeri kaya, sebagian besar masyarakat kita cenderung sensitif dan melodius. Lebih dari itu, juga cenderung mengabaikan akal sehat.

Banyak sekali keputusan rakyat, teutama dalam menentukan perubahan politik, ditentukan oleh naluri dan perasaan. Termasuk dalam menentukan suksesi kepemimpinan nasional.

Saya tidak tahu pasti, seberapa besar pengaruh film Bollywood yang secara penetratif hypodermic mentransfer praktik demokrasi rakyat secara visual. Sama halnya dengan seberapa besar telenovela mentransformasi hedonisma dan sikap a sosial dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa belakangan hari. Apalagi format dan pola transformasi pesan film Bollywood dan telenovela, menginspirasi sinetron Indonesia yang juga ikut memengaruhi pandangan khalayak.

Cermatilah media sosial kita. Sekali-sekala coba, lembaga survey melakukan penelitian content analysis yang tidak sekadar poling untuk mencapai persepsi tentang popularitas dan elektabilitas. Tentu akan ditemukan realitas kedua hasil survey: popularitas dan elektabilitas selalu didorong oleh relasi – cita (imagi relations) dan relasi – citra (image relations).

Sejumlah tokoh yang memperoleh tingkat popularitas dan elektabilitas teratas, hampir semuanya merupakan tokoh dengan perilaku yang mengundang simpati media. Lalu, mereka menjadi media darling. Pada suatu kondisi seorang tokoh sudah menjadi media darling, sulit kekuatan politik apapun akan membendung gerak naik sang tokoh.

Di tengah proses transformasi demokrasi, media mainstream dan media sosial menjadi penggerak utama terbentuknya citra ideal seorang tokoh sebagai calon pemimpin. Dan, menariknya, sejak tiga dasawarsa terakhir, media lebih suka memilih tokoh dengan ‘arus berbeda’ dari kebanyakan tokoh.

Masyarakat yang melodius, sebagian terbesar dipengaruhi oleh orientasi paradoksal dalam memilih idola. Tokoh dengan citra diri populis modes, merakyat dan bersahaja -- yang dipilihkan media -- segera akan menjadi idola.

Dari sisi kejiwaan dan kebatinan khalayak (massa) yang masih didominasi oleh kemiskinan struktural, kemiskinan kultural, dan miskin persisten, akan menjadikan tokoh-tokoh semacam itu sebagai panutan. Mereka merasuk ke relung nurani dan perasaan, lalu bersemayam di benak rakyat sebagai konstituen.

Apalagi, bila tokoh-tokoh itu tertakdir berwajah melas (pitiful face) yang menyimpan impresi ‘perjuangan gigih melawan derita.’ Bukan tokoh yang dipandang ‘menimbulkan derita.’

Dahlan Iskan dan Jokowi merupakan representasi sosok ideal dalam imaji rakyat kebanyakan. Apalagi, selama ini, mereka secara rasional dipandang pas dengan situasi jaman. Mereka terkesan demokratis, egaliter, ngawula, dan punya intimasi dengan dinamika kehidupan rakyat sehari-hari.

Belum lagi, kini, ketika terjadi peralihan peran pengambil keputusan politik domestik (di dalam rumah tangga), dan kaum perempuan bebas menentukan pilihannya sendiri.  Naluri dan perasaan mereka menentukan sendiri kriteria kepatutan dan kelayakan seorang tokoh sebagai pemimpin.

Pada bangsa yang melodius, dan suksesi kepemimpinan lebih ditentukan oleh naluri dan rasa, tokoh dengan pitiful face, akan lebih ‘ringan’ bergerak melampaui tokoh-tokoh lainnya. Celoteh Lady Gaga tentang perilaku batin perempuan memburu lelaki untuk mewujudkan impiannya, boleh jadi layak sebagai amsal, bagaimana rakyat menentukan nasib pemimpinnya.

Ketika kata ‘women’  kita ubah menjadi ‘people,’ celoteh itu, menjadi: “All people choose to follow leader, and some people choose to follow their dreams. If you're wondering which way to go, remember that your career will never wake up and tell you they are doesn't love you anymore.”

Seluruh rakyat (boleh diduga) memilih untuk mengikuti pemimpin (idola) mereka. Saat sang pemimpin meninggalkan mereka, karir mereka berlalu, dan rakyat tak pernah memberitahu, bahwa mereka sudah tak menyintai (pemimpinnya) lagi. |

Editor : N Syamsudin Haesy
 
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 538
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1062
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 291
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 756
Momentum Cinta
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 954
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1176
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1443
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1589
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya